Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menikmati Hadiah dari Sungai Nil

Kompas.com - 30/11/2014, 13:52 WIB
APA yang terbayang pertama kali saat mendengar soal Mesir? Piramida? Gurun Sahara? Universitas Al-Azhar? Atau Revolusi 2011 dengan segala kekacauan yang mengikutinya? Pendeknya, pernah kah Anda membayangkan melancong ke negeri itu?

Meminjam kalimat Ahmed Lasheen, Sekretaris Tiga Kedutaan Besar Mesir di Jakarta, Indonesia dan Mesir sama-sama mempunyai daya tarik besar bagi satu sama lain. Satu hal, kata Lasheen, Indonesia punya pemandangan serba hijau dan biru yang tak ada di Mesir. Sebaliknya, orang Indonesia akan dibuat tercengang dengan pemandangan serba coklat dari gurun-gurun pasir di Mesir.

Tentu saja tak hanya ada gurun pasir di negeri di ujung utara Benua Afrika itu. Yang sering tak disadari banyak orang di sini, Mesir punya jauh lebih banyak hal untuk ditawarkan dari sisi pariwisata daripada yang dibayangkan selama ini. Apakah itu wisata sejarah, budaya, religius, sampai kuliner dan wisata alam, Mesir punya semuanya.

Harus diakui, hal pertama yang membuat Mesir layak dikunjungi adalah jejak-jejak peradaban tuanya. Peradaban firaunik yang telah berusia hampir 5.000 tahun diakui dunia sebagai bentuk peradaban tinggi tertua dalam sejarah manusia.

Hingga kini, jejak-jejak peradaban itu masih bisa dilihat nyata. Kompleks Piramida Besar Giza yang termasyhur itu, misalnya, hanya berjarak sekitar 11 kilometer (km) dari pinggir selatan kota Kairo.

Setelah selama ini hanya bisa melihat sosok tiga piramida besar itu di foto, kartu pos, situs web, atau film dokumenter, ada perasaan takjub saat akhirnya bisa melihat bangunan-bangunan raksasa itu di depan mata. Muncul pertanyaan mendasar yang mungkin menghinggapi semua orang hingga kini: bagaimana bisa membuat bangunan sebesar itu 4.500 tahun silam?

Saat Kompas menyambangi Nekropolis Giza (nekropolis artinya kota orang-orang mati karena piramida-piramida itu memang berfungsi sebagai kuburan), Oktober lalu, kompleks tersebut terlihat sepi. Kekacauan yang sempat terjadi di Mesir menyusul Revolusi 2011 telah memukul sektor pariwisata negara itu. ”Jumlah wisatawan yang datang ke sini belum kembali normal seperti era sebelum revolusi,” kata Ashraf El Naggar, pemandu yang menemani kami waktu itu.

Tak hanya bangunan piramida itu yang masih tersisa dari peradaban para firaun di Mesir. Kembali ke Kairo, tepat di pusat kota di dekat Alun-alun Tahrir yang terkenal itu, terdapat Museum Purbakala Mesir (Egyptian Antiquities Museum). Di dalamnya tersimpan ribuan artefak Mesir Kuno yang menunjukkan betapa majunya peradaban waktu itu.

Mulai dari benda-benda kecil seperti perhiasan atau permainan papan mirip catur, hingga patung-patung raksasa dan set peti mati berlapis emas untuk menyimpan mumi Raja Tutankhamun yang sangat terkenal. Masyarakat Mesir Kuno waktu itu juga sudah mengenal sistem pengukuran waktu dalam bentuk jam matahari atau jam air.

Ashraf, seorang sarjana ahli Mesir Kuno atau egiptolog, bahkan menunjukkan salah satu benda di dalam makam Tutankhamun yang diyakini berfungsi sebagai kondom. ”Benda ini terbuat dari usus binatang yang diberi tali pengikat,” tuturnya.

Jejak Islam dan Kristen

Bicara soal sejarah, Mesir tak hanya memiliki kekayaan peninggalan era firaun. Sejarah panjang peradaban yang sudah terentang ribuan tahun menyimpan jejak-jejak bangsa lain yang pernah berkuasa di Mesir. Mulai dari Yunani, Romawi, hingga peradaban Kristen dan Islam.

Banyak peninggalan era itu bisa ditemukan di kawasan Old Cairo atau Kota Tua Kairo. Salah satunya adalah kompleks Benteng Babylon yang diyakini dibangun pada 525 SM. Benteng yang kemudian dibangun ulang oleh orang-orang Romawi itu diduga menjadi tempat memungut pajak bagi orang-orang yang melintas di Sungai Nil.

Kini benteng itu berada di kompleks Museum Koptik. Di dalam kompleks itu juga ada Gereja Al-Muallaq atau Gereja Gantung, gereja Kristen Koptik yang dibangun pada abad ke-4. Artinya, bangunan dasar gereja itu jauh lebih tua daripada Candi Borobudur.

Disebut Gereja Gantung karena gereja itu dibangun di atas struktur Benteng Babylon tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

8 Tips Hindari Barang Bawaan Tertinggal, Gunakan Label yang Mencolok

Travel Tips
Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Sandiaga Harap Labuan Bajo Jadi Destinasi Wisata Hijau

Travel Update
10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

10 Tips Bermain Trampolin yang Aman dan Nyaman, Pakai Kaus Kaki Khusus

Travel Tips
Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Ekspedisi Pertama Penjelajah Indonesia ke Kutub Utara Batal, Kenapa?

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com