"Bagi kami dengan naiknya nilai dollar AS sebenarnya tidak menguntungkan bagi kami (pelaku pariwisata), tidak banyak membantu. Justru dirugikan dengan kondisi yang tidak pasti seperti ini," kata Cok Ace, Denpasar, Bali, Jumat (28/8/2015).
Mantan Bupati Gianyar yang akrab dipanggil Cok Ace ini menyampaikan bahwa beberapa bulan lalu PHRI menandatangani MoU atau nota kesepahaman untuk penggunaan kurs rupiah dalam bertransaksi. Akan tetapi, pihak hotel dan restoran yang menggunakan bahan baku dan fasilitas impor maka harus menggunakan nilai tukar dollar.
"Masih banyak produk yang digunakan masih impor seperti daging, wine, barang cetak mencetak, masih didatangkan dari luar negeri. Dan membelinya mengunakan dollar bukan rupiah," tambahnya.
Cok Ace berpikir untuk menaikkan tarif agar seimbang dengan kondisi nilai tukar dollar yang merangkak naik beberapa bulan terakhir ini yang mencapai angka Rp 14.000. Tarif hotel dan harga menu di restoran belum dievaluasi sejak terjadinya Bom Bali beberapa tahun lalu di mana asumsi rate dollar Rp 9.300.
Menurut Cok Ace, evaluasi sudah dilakukan saat ini, tidak pada evaluasi tahunan tapi sudah dihitung jam per jam dengan perubahan yang terjadi. Walaupun menguatnya dollar tidak menguntungkan bagi pelaku pariwisata tapi tidak berdampak buruk pada kunjungan wisatawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.