Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Nyemplung" Sejenak ke Pusat Laut

Kompas.com - 07/09/2015, 15:42 WIB
DENGAN langkah tangkas, Fahrul (21) menyambangi tempat yang konstruksinya belum rampung. Di bawah sebuah pohon yang berjarak sekitar 9 meter dari konstruksi, ia melepaskan sepatu. Tak lama, ia sudah berada di mulut sumur. Setelah melirik kiri dan kanan sambil tersenyum, ia terjun ke dalam sumur.

Sejenak ia berada di dasar sumur. Begitu muncul di permukaan, setengah berteriak ia berujar, ”Ayo, terjun,” dengan gerakan tangan memprovokasi dua temannya di tangga teratas. Pengunjung yang berada di pinggir mulut sumur di tingkat teratas tersenyum
menyaksikan tingkah Fahrul, mahasiswa semester VII Universitas Tadulako Palu, Sulawesi Tengah.

Sumur alami di pinggir pantai Desa Towale, Kecamatan Banawa Tengah, Kabupaten Donggala, Sulteng, Minggu (16/8/2015), dijejali sekitar 300 pengunjung yang kebanyakan berasal dari Palu, ibu kota Sulteng. Banyak yang berenang dan tidak sedikit juga yang puas hanya dengan mengelilingi sumur sembari berfoto dengan berbagai pose.

Sumur alami yang dikenal dengan nama Pusat Laut itu terletak sekitar 5 kilometer dari Trans-Sulawesi poros Donggala-Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. Tempat itu berjarak sekitar 55 kilometer dari Palu atau 30 km dari Kabupaten Donggala.

Masyarakat setempat menyebut sumur itu Pusentase, bahasa Kaili, bahasa dominan di Sulteng, yang berarti pusat (pusen) laut (tase). Dinamai Pusat Laut karena air sumur ini dipercaya mengalir dari pusaran Laut Sulawesi, sekitar 1 kilometer dari sumur. Titik pusar tersebut punya semacam terowongan untuk mengalirkan air ke sumur. Pusaran itu merupakan titik temu dua arus berbeda.

Menurut Rahman (38), petugas jaga Pusentase, tempat wisata tersebut pertama kali ditemukan pada 1980-an. Saat itu seekor kerbau terjerembap. Sehari kemudian kerbau itu ditemukan di titik pusar di tengah laut. ”Mungkin karena itulah orang-orang percaya ada terowongan di dalamnya,” katanya.

Jika diperhatikan di dinding dan dasar sumur, terowongan yang dimaksud sudah tidak terlihat. Bisa jadi tertutup batu. Air mungkin mengalir merembes di sela-sela bebatuan. Lokasi sumur berada di ketinggian dari permukaan air laut. Namun, keberadaan dasar sumur tetap lebih rendah daripada permukaan air laut.

Sumur itu dalamnya 25 meter dan diamater mencapai 15 meter. Sumur bulat dengan dinding batu yang terlihat kokoh berpijak satu sama lain. Air sumur berupa air laut yang sejuk dan biru. Bagian dasarnya berbatu, tetapi tidak tajam. Pasir ada di beberapa titik dan tak membuat air keruh.

Di dalam sumur terdapat dua batu besar di bagian selatan dan utara. Kedua batu itu tak tajam dan bersih dari lumut. Pengunjung yang berendam di dalam sumur menjadikan dua batu itu tempat untuk menarik napas sejenak. Sumur juga mengalami pasang dan surut. Saat laut di pantai di bagian timur sumur surut, air sumur malah pasang. Sebaliknya, saat air laut pasang, debit air di sumur berkurang.

Mulai dibenahi

Pusat Laut mulai dilirik Pemerintah Donggala untuk dijadikan destinasi wisata pada masa Bupati Nabi Bija (2003-2008). Waktu itu dibangun sejumlah kamar penginapan. Saat ini kamar-kamar yang berjejer di pinggir pantai di bagian utara sumur berjumlah sembilan unit. Separuhnya rusak dan sedang diperbaiki.

Di area sekitar sumur terdapat sejumlah pohon yang memberi keteduhan kepada pengunjung. Pengunjung bisa memanfaatkan pohon-pohon itu sebagai tempat santap siang atau sekadar duduk santai sambil memandang hamparan laut lepas Laut Sulawesi.

Secara umum, obyek wisata tersebut belum ditata dengan baik. Area sekitar sumur masih belum dilengkapi sejumlah fasilitas yang seharusnya dan memberikan kenyamanan.

Belum ada tangga permanen ke genangan air. Pengunjung yang ingin berenang harus terjun dari ketinggian bervariasi, mulai dari 25 hingga 7 meter ke sumur. Satu-satunya tangga tempat orang keluar dari sumur adalah melalui tali yang ditambatkan pada pohon. Tali itu dibikin simpul untuk pegangan tangan dan pijakan kaki.

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Donggala tengah membangun tembok tinggi mengelilingi sumur. Dari konstruksi sementara, mininal ada tiga tingkatan tempat wisatawan menikmati sumur.

Di luar Pusat Laut, ada bentangan pantai di bagian utara yang berpasir putih. Hanya saja di depan hamparan pasir terdapat bebatuan yang licin dan agak tajam. Pantai ini agak sulit dipakai untuk berenang.

Selain pantai pasir putih, ada juga gua yang biasanya dipakai pengunjung untuk berfoto. Gua dengan batu berwarna kecoklatan menggantung di pinggir pantai.

Menjelang malam menyergap, jika cuaca cerah, pengunjung bisa menikmati keindahan matahari terbenam dengan pijaran sinar keemasan di hamparan Laut Sulawesi. Biasanya pengunjung Pusat Laut tak membiarkan momen tersebut berlalu begitu saja.

Di sekitar Pusat Laut tak ada perkampungan warga. Di kiri-kanan jalan masuk yang di sejumlah titik aspalnya terbongkar, pengunjung disuguhi lambaian nyiur milik warga Towale.

Beberapa tahun terakhir, Pusat Laut menjadi alternatif wisata bagi warga Palu dan Donggala selain Tanjung Karang yang tak jauh dari Donggala. Dengan kesejukan air laut dan keunikan bentuknya, Pusat Laut layak disambangi dan ditingkatkan fasilitasnya. (Videlis Jemali)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Kemenparekraf Dorong Parekraf di Bogor Lewat FIFTY, Ada Bantuan Modal

Travel Update
DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

DAOP 6 Yogyakarta Tambah 6 Kereta Tambahan Jarak Jauh untuk Long Weekend

Travel Update
Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Long Weekend, Ada Rekayasa Lalu Lintas di Jalanan Kota Yogyakarta

Travel Update
5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

5 Hotel Dekat Yogyakarta International Airport, 5 Menit dari Bandara

Hotel Story
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara pada Maret 2024 Capai 1,04 Juta

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com