BANYUWANGI, KOMPAS.com - Kabupaten Banyuwangi memiliki tarian magis yang digelar setiap setahun sekali setelah Hari Raya Idul Fitri. Tarian yang dibawakan seorang gadis dalam keadaan tidak sadar tersebut dikenal dengan tarian Seblang Olehsari.
Tarian tersebut dilakukan selama tujuh hari berturut-turut pada bulan Syawal di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi. Penentuan waktu dan siapa yang akan menarikan tarian yang berusia ratusan tahun tersebut melalui proses 'kejiman' atau kerasukan yang dialami oleh tetua di Desa Olehsari, Banyuwangi.
Di tahun 2016, kejiman berlangsung pada 6 hari sebelum Lebaran dan menunjuk Fadiah Yulianti (10), gadis yang masih bersekolah kelas 3 SDN 1 Glagah sebagai penari Seblang. Anak kedua pasangan Misati dan Juli ini sudah dua tahun berturut-turut sebagai penari Seblang menggantikan sepupunya yang bernama Suidah yang telah menikah.
Masyarakat memercayai jika penari Seblang pertama kali harus seorang gadis dan keturunan dari Seblang pertama. Sedangkan pelaksaan dilakukan pada Jumat (8/7/2016) hingga Kamis (14/7/2016). Padahal sebelumnya, tarian magis yang masuk dalam agenda Banyuwangi Festival tersebut dijadwalkan pada Senin (11/7/2016).
"Jadwalnya maju karena sesuai petunjuk leluhur kami yang merasuk ke dalam tubuh Mbah Marni (kejiman), Seblang harus diadakan tanggal 8 Juli. Mau tidak mau kami harus mengikuti," jelas Mbah Sawan (85), pemangku Seblang kepada Kompas.com, Rabu (13/7/2016).
Persiapan dimulai sekitar pukul 13.00 WIB. Fadiah, sang penari berdandan di rumah tetua adat. Seluruh tubuhnya dilumuri dengan lulur warna kuning atau dikenal dengan nama "atal".
Tidak seperti penari pada umunya, penggunaan make up sangat minimalis. Hanya bedak tipis, perona mata, dan lipstik. Setelah menggunakan kain panjang dan menggunakan kemben, Diah begitu panggilannya menutupi kepala dan wajahnya dengan kain panjang.
Lalu mereka bersiap di jalan desa dengan rombongan keluarga yang akan mengiringi penari Seblang menari. Seorang dukun membakar dupa dan seorang perempuan tua membawa makhkota Seblang yang terbuat dari pupus daun pisang, yang diletakkan di atas sebuah nampan.
Selanjutnya rombongan tersebut berjalan menuju pentas Seblang yang terletak di tengah Desa Olehsari. Ratusan orang telah menunggu kedatangan penari. Di bawah payung agung, ritual tari tradisi Seblang dimulai.
Penari Seblang menari mengelilingi payung Agung diiringi sekitar 45 gending atau lagu. Penari juga mengajak penonton untuk menari dengan melemparkan selendang ke kerumunan masyarakat.
Siapa yang terkena selendang wajib naik ke atas pentas dan ikut menari bersama seblang. Sementara itu saat gending yang dimainkan Kembang Dirmo, penari Seblang menjual bunga yang berisi 3 kuntum bunga yang dirangkai di bambu kecil.
Masyarakat percaya bunga tersebut memiliki khasiat untuk keselamatan, keberuntungan, rejeki dan tolak bala. Harga yang dijual adalah Rp 5.000 untuk dua bilah bambu berisi bunga.
"Masyarakat sini percaya kalau minum rendaman bunga ini agak terjaga keselamatannya, banyak rejekinya, dan juga enteng jodoh," jelas Mbah Sawan.
Ritual tersebut akan berlangsung selama 7 hari berturut turut dan pada hari terakhir mereka akan keliling Desa Olehsari dan juga ziarah Mbah Buyut Ketut, yang dipercaya sebagai leluhur desa.
Sementara itu Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas kepada Kompas.com mengatakan Seblang adalah salah satu contoh kegiatan festival yang muncul dari masyarakatar tanpa ada intervensi terhadap penyelenggaraan karena sudah menjadi adat tradisi.
"Kita cukup mendukung infrastruktur sekitar dan melakukan promosi hingga akhirnya tradisi ini mendapatkan perhatian khalayak yang lebih luas,” ujar Anas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.