Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harmoni Gamelan di Kota "China Kecil" yang Kian Sunyi...

Kompas.com - 16/03/2017, 09:07 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

LASEM, KOMPAS.com - Pergelaran gamelan itu masih berlangsung di Kelenteng Cu Ang Kiong. Jelang pukul 22.00 WIB, pemain-pemain gamelan masih asyik dengan alatnya masing-masing.

Sementara, tiga orang waranggama tetap memegang mikropon dan melantunkan harmoni lagu-lagu berbahasa Jawa.

Mereka duduk bersimpuh di sebelah kanan pintu masuk Kelenteng Cu Ang Kiong. Para pemain gamelan, duduk ke arah utara kelenteng. Sesekali bangkit dari duduk untuk beristirahat dan makan.

Mata mereka terlihat tak berkedip saat memainkan alat-alatnya. Sesekali mereka berbincang seusai membawakan sebuah lagu.

Penonton pergelaran gamelan di Kelenteng Cu Ang Kiong tak ramai dibandingkan acara malam sebelumnya. Jumlahnya tak melebihi jari-jari tangan. Bahkan, tak jarang hanya tiga orang.

Saya pertama kali melihat pergelaran gamelan itu sekitar pukul 11.00 WIB. Sementara, 12 jam setelah itu, mereka masih khusyuk memainkan paduan kenong, gong, gendang, bonang, gambang, dan beragam alat musik lainnya.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Kelompok Sekar Laras memainkan musik gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Pagelaran gamelan hadir dalam rangka menyemarakkan Cap Go Meh di Lasem.
Kala itu, saya datang ke Kelenteng Cu Ang Kiong di Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, pada saat perayaan Cap Go Meh, Februari lalu.

Gegap gempita yang sangat berbeda dibandingkan perayaan lain seperti di Bogor, Jawa Barat. Di Lasem saat itu, Cap Go Meh hanya bersua dalam keheningan.

Seorang sesepuh Kelenteng Cu Ang Kiong, Opa Gandor bercerita pergelaran gamelan di kelenteng rutin diadakan saat menyambut acara-acara hari kebesaran. Salah satunya adalah Cap Go Meh.

"Karena sumber daya manusia khusus Tionghoa di Lasem itu sudah tinggal lima persen jadi ya sepi. Tidak seperti dulu, ramai. Karena tradisi itu kita masih merayakan," kata Opa Gandor saat ditemui di Kelenteng Cu Ang Kiong.

Pergelaran gamelan di Cu Ang Kiong hadir sejak pagi hingga malam hari jelang Cap Go Meh. Pada hari Cap Go Meh, pergelaran gamelan ditiadakan.

"Saat pagi ada sembahyang, musik gamelan sudah tidak ada," ceritanya.

KOMPAS.com / GARRY ANDREW LOTULUNG Kelompok Sekar Laras memainkan musik gamelan di pelataran Klenteng Cu Ang Kiong, Desa Dasun, Kecamatan Lasem, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Sabtu (11/3/2017). Pagelaran gamelan hadir dalam rangka menyemarakkan Cap Go Meh di Lasem.
Gamelan bagi kalangan kelenteng khususnya dan masyarakat Lasem pada umumnya punya arti tersendiri. Opa Gandor menyebut gamelan dipilih untuk pergelaran di kelenteng lantaran letak Lasem dan budaya masyarakat setempat.

"Jadi tidak bisa semua kelenteng disamakan, beda. Dari lokasi, kotanya, daerahnya juga. Semua disesuaikan. Kalau di Semarang Kota, musiknya musik berbau China. Di sini sumber daya manusia keturunan China gak ada untuk memainkan musik berbau China," tambahnya.

Bagian dari tradisi dan budaya

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

7 Hotel Dekat Bandara Ngurah Rai Bali, Ada yang Jaraknya 850 Meter

Hotel Story
6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

6 Taman untuk Piknik di Jakarta, Liburan Hemat Bujet

Jalan Jalan
7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

7 Taman Gratis di Yogyakarta, Datang Sore Hari Saat Tidak Terik

Jalan Jalan
Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Istana Kepresidenan Yogyakarta Dibuka untuk Umum, Simak Caranya

Travel Update
Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Jadwal Kereta Cepat Whoosh Mei 2024

Travel Update
Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Cara Berkunjung ke Museum Batik Indonesia, Masuknya Gratis

Travel Tips
Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Amsterdam Ambil Langkah Tegas untuk Atasi Dampak Negatif Overtourism

Travel Update
Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Perayaan Hari Tri Suci Waisak 2024 di Borobudur, Ada Bhikku Thudong hingga Pelepasan Lampion

Travel Update
Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Destinasi Wisata Rawan Copet di Eropa, Ternyata Ada Italia

Jalan Jalan
Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Kenaikan Okupansi Hotel di Kota Batu Tidak Signifikan Saat Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus

Travel Update
KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

KA Bandara YIA Tambah 8 Perjalanan Saat Long Weekend Kenaikan Yesus Kristus, Simak Jadwalnya

Travel Update
Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Kekeringan Parah Ancam Sejumlah Destinasi Wisata Populer di Thailand

Travel Update
Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Libur Panjang Kenaikan Yesus Kristus, Kunjungan Wisatawan ke Kota Batu Naik

Travel Update
Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Bangka Bonsai Festival Digelar Sepekan di Museum Timah Indonesia

Travel Update
Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Cara ke Tebing Keraton Bandung Pakai Angkot, Turun di Tahura

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com