Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencerna Nusantara Masa Lampau di Indonesia Heritage Museum

Kompas.com - 08/01/2018, 13:38 WIB
Andi Hartik

Penulis


MALANG, KOMPAS.com - Berdiri di atas bangunan seluas 1.000 meter persegi, Indonesia Heritage Museum (IHM) di Kota Batu, Jawa Timur menyimpan ribuan koleksi benda-benda kuno. Benda tersebut menceritakan tentang kondisi Nusantara di masa lampau.

Seperti koleksi topeng. Ribuan topeng dari sejumlah daerah di Indonesia berjejer di dalam museum itu. Usianya pun beragam. Diantaranya adalah Topeng Sindhakarya.

Ada juga koleksi kain jarit batik, kain batik sarung dan kain jarit batik yang digunakan serdadu untuk dijadikan alat perang di zaman penjajahan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) antara tahun 1602 hingga 1799.

Koleksi kain jarit batik yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur saat dimbil pada Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/ANDI HARTIK Koleksi kain jarit batik yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur saat dimbil pada Senin (1/1/2018).
Selain itu juga ada benda yang menjadi simbol pengantin di sejumlah daerah di Jawa. Benda itu berupa pahatan menyerupai sepasang mempelai suami istri yang tengah duduk di pelaminan.

Konon, benda itu diletakkan di dalam kamar mempelai yang baru menikah untuk mengukuhkan hubungan sebagai suami-istri. Rata-rata usia benda itu lebih dari 200 tahun.

Ada juga miniatur kerapan sapi yang merupakan kesenian dan kebudayaan Madura serta berbagai jenis mas kawin dan perhiasan pernikahan yang ada di seluruh Nusantara.

Al Quran berusia sekitar 17-18 abad yang ada di Indonesia Heritaga Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/ANDI HARTIK Al Quran berusia sekitar 17-18 abad yang ada di Indonesia Heritaga Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).
Al Quran berbahan kulit dan kertas merang berusia antara 17 hingga 18 abad yang digunakan di pondok-pondok juga ada di lokasi itu.

Tidak hanya itu, berbagai kesenian dari sejumlah daerah di Indonesia juga ada di lokasi tersebut, seperti perisai Suku Dayak dan wayang golek.

Founder sekaligus CEO Indonesia Heritage Museum (IHM) Reno Halsamer mengatakan, ada sekitar 2.000 lebih benda koleksi di dalam museum tersebut. Mulai dari benda pada Zaman Majapahit, Mataram Islam hingga benda yang ada di tahun 1.800-an.

Ribuan koleksi topeng yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/ANDI HARTIK Ribuan koleksi topeng yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).
"Handle keris zaman Majapahit sampai Mataram Islam juga ada," katanya kepada Kompas.com, Minggu (7/1/2018) malam.

Reno menjelaskan, museum itu pertama kali berdiri pada tahun 2010 di Bali dengan nama Museum D'Topeng Kingdom. Pada Tahun 2014, di pindah ke Kota Batu dan menjadi bagian integral dengan Museum Angkut milik Jatim Park Group.

Wisatawan yang berkunjung ke Museum Angkut secara otomatis juga bisa berkunjung ke museum dengan berbagai benda kuno bersejarah Nusantara itu.

Simbol pernikahan yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).KOMPAS.com/ANDI HARTIK Simbol pernikahan yang ada di Indonesia Heritage Museum (IHM) Kota Batu, Jawa Timur, Senin (1/1/2018).
Sekitar enam bulan lalu, Museum D'Topeng Kingdom berubah nama menjadi Indonesia Heritage Museum (IHM). "Lewat pertimbangan yang panjang, maka diganti nama menjadi Indonesia Heritage Museum," kata Reno.

Animo kunjungan ke museum itu cukup tinggi. Bahkan, banyak peneliti dan akademisi yang melakukan penelitian tentang sejarah Nusantara di museum tersebut.

Dikatakannya, seluruh benda yang ada di dalam museum itu merupakan koleksi pribadi yang dimulai sejak 25 tahun yang lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com