Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Hijau Semakin Diminati Wisatawan Dunia

Kompas.com - 19/04/2018, 06:19 WIB
Silvita Agmasari,
I Made Asdhiana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pariwisata hijau alias pariwisata berbasis lingkungan dan berkelanjutan semakin diminati oleh wisatawan dunia.

Lewat penelitian yang diselenggarakan oleh Booking.com terhadap 12.134 responden, 87 persen wisatawan ingin atau bersedia melakukan wisata berkelanjutan.

Sedangkan empat dari 10 responden mengaku sudah melakukan wisata berkelanjutan. Sisanya 28 persen responden mengaku jarang berkeinginan melakukan wisata berkelanjutan.

Apa yang menginspirasi orang-orang untuk melakukan wisata berkelanjutan?

1. Terinpirasi melihat keindahan alam seperti hutan atau karang laut yang indah (60 persen).
2. Sadar akan kerusakan lingkungan dari destinasi yang mereka kunjungi (54 persen).
3. Melihat efek positif wisata berkelanjutan ke masyarakat lokal (47 persen).
4. Melihat efek negatif dari wisata tidak bertanggung jawab di negeri sendiri (42 persen).
5. Merasa bersalah, efek liburan sendiri terhadap lingkungan (32 persen).

Bentuk wisata berkelanjutam sendiri ada banyak. Jika ingin menjadi wisatawan berkelanjutan dapat ikut serta dengan wisatawan dunia yang telah melakukan hal di bawah ini:

1. Membeli produk lokal buatan masyarakat ketimbang suvenir buatan pabrik (53 persen).
2. Berwisata menggunakan transportasi umum ketimbang taksi (52 persen).
3. Makan di restoran lokal yang menggunakan produk pangan lokal (41 persen).
4. Menghindari pergi ke obyek wisata massal, dan memilih berkunjung ke tempat wisata yang lebih memberi ilmu (40 persen).
5. Memilih akomodasi dengan sertifikasi eco tourism atau akomodasi tradisional (30 persen).

Suku Sasak di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Sade menjajakan kain tenun khas Lombok kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung tradisional tersebut.KOMPAS.COM/I MADE ASDHIANA Suku Sasak di Desa Sade, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Warga Desa Sade menjajakan kain tenun khas Lombok kepada wisatawan yang berkunjung ke kampung tradisional tersebut.
Sebenarnya tidak terlalu sulit untuk melaksanakan wisata berkelanjutan. Namun banyak wisatawan yang mengaku kurang mendapat informasi dan mengetahui sertifikasi kredibel dari wisata berkelanjutan.

Kendala lainnya adalah takut akan harga mahal, kurang waktu, pilihan destinasi yang sedikit, takut destinasi tidak nyaman atau layak.

Selanjutnya ada wisatawan India (32 persen), Brasil (21 persen), dan China (18 persen) yang bersedia membayar lebih untuk wisata berkelanjutan.

Sebagai catatan survei dari Booking.com dilakukan terhadap 12.134 wisatawan dari 12 negara yakni Australia, Brasil, Kanada, China, Jerman, Perancis, India, Italia, Jepang, Spanyol, AS, dan Inggris.

Survei dilakukan dari Februari-Maret 2018. Khusus untuk wisatawan yang berwisata 12 bulan sebelum atau berencana berwisata 12 bulan ke depan. Hasil penelitian dirilis Selasa (17/4/2018).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Arjasari Rock Hill, Lihat Sunset dan City View Bandung dari Ketinggian

Jalan Jalan
5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

5 Hotel Indonesia Masuk Daftar Hotel Terbaik di Asia 2024 Versi TripAdvisor

Travel Update
[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

[POPULER Travel] 5 Kolam Renang Umum di Depok | Barang Paling Banyak Tertinggal di Bandara

Travel Update
8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com