KOMPAS.com - Kepala Museum Multatuli Ubaidillah Muchtar mengatakan bahwa karya seorang Eduard Douwes Dekker pernah dinilai sebagai bualan, lantaran apa yang ia tulis di dalam buku "Max Havelaar tidak sesuai dengan sikapnya sehari-hari.
Sebagai informasi, Eduard Douwes Dekker atau lebih dikenal dengan nama pena Multatuli merupakan seorang pemuda berkebangsaan Belanda yang mengungkap kekejaman pemerintah kolonial Belanda saat masa tanam paksa di Banten.
Praktik tanam paksa yang dilakukan dahulu ialah penanaman kopi, maka kopi pada masa itu menggambarkan kehidupan yang menyakitkan.
Baca juga: Festival Kopi Road To Max Havelaar Digelar di Bentara Budaya Jakarta
"Tanam paksa dulu terjaid di karena kopi, sekarang kopi menjadi salah satu komponen kehidupan sosial. Sekarang kalau ingin bertemu seseorang, ngajaknya ngopi," kata Direktur Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid di Bentara Budaya Jakarta, Kamis (5/10/2023).
Perjalanan sejarah kopi di Indonesia saat ini bisa dilihat di pameran seni yang tergabung ke dalam kegiatan Festival Kopi "Road to Max Havelaar".
Festival ini diadakan di Bentara Budaya Jakarta, Jalan Palmerah Selatan Nomor 17, Gelora, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Jika berkesempatan datang, berikut beberapa aktivitas yang bisa dilakukan di Festival Kopi "Road to Max Havellar".
Lukisan yang dipajang di pameran seni Festival Kopi "Road to Max Havelaar" mengusung tema "The Book That Killed Colonialism".
Di sini pengunjung bisa melihat beragam lukisan mengenai perjalanan kopi di Indoensia dan sosok Eduard Douwes Dekker atau Multatuli.
Baca juga: Melihat Koleksi Museum Multatuli, Ada Buku Asli Max Havelaar
Pameran seni ini berlangsung hingga Minggu (8/10/2023) WIB, pengunjung bisa datang mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB.