KOMPAS.com - Kawasan pecinan atau Chinatown di Singapura meliputi area Tanjong Pagar, Bukit Pasoh, Kreta Ayer, dan Telok Ayer.
Siapa sangka, di balik padatnya pertokoan dan pengunjung, Chinatown menyimpan sejarah panjang. Tepatnya dari rencana Sir Stamford Raffles untuk mengalokasikan seluruh area di barat Sungai Singapura sebagai permukiman orang China, dilihat dari peta miliknya tahun 1822.
Baca juga: 3 Aktivitas di Chinatown Singapura, Minum Teh dan Nonton Opera
Dilansir dari laman resmi Chinatown, kawasan ini pun diperbarui secara menyeluruh pada akhir tahun 1983 akibat kepadatan penduduk dan lalu lintas.
Chinatown tidak hanya terdiri dari deretan pertokoan dan restoran, tapi juga beberapa tempat lainnya yang bisa dikunjungi. Berikut selengkapnya dari keterangan resmi Chinatown Business Association:
Sebenarnya Trails of Tan Ah Huat: Back to 1920s adalah tur naik sepeda menjelajahi sejumlah tempat terkait karakter seorang imigran bernama Tan Ah Huat pada tahun 1920-an.
Berdurasi sekitar empat jam dengan bahasa Inggris, tur ini membawa peserta kembali ke tahun 1920-an di Singapura, ditambah multimedia dan narasi. Beberapa lokasi yang dikunjungi, antara lain Raffles Hotel dan Chinatown.
Dilansir dari laman resmi Chinatown, biaya tur ini mulai 148 dollar Singapura (sekitar Rp 1,72 juta) per orang.
Baca juga:
Sesuai namanya, Kuil Relik Gigi Buddha (Buddha Tooth Relic Temple) menyimpan relik gigi sang Buddha.
Kuil ini terdiri dari beberapa lantai, dengan Buddhas of the World Museum di lantai tiga dan Eminent Sangha Museum di lantai mezzanine, dikutip dari laman resminya.
Wisatawan bisa ikut tur berpemandu setiap minggunya yang gratis guna mengetahui lebih jauh terkait koleksi artefak yang ada, serta arsitektur kuil yang terlihat rumit.
Baca juga: TransNusa Buka Rute Jakarta-Singapura PP, Tiket mulai Rp 599.000