UNGARAN, KOMPAS.com - Gerimis pada Sabtu (9/3/2024) tak menghalangi 35 siswa dan guru dari SMA Ichthus Jakarta Barat untuk keluar dari rumah induk semang.
Mereka malah terlihat antusias untuk menyapa kabut pagi yang ada di lereng Gunung Merbabu.
Dingin yang menerpa, membuat para siswa aktif bergerak untuk menghangatkan tubuh. Dengan mengenakan pakaian hangat, mereka mengikuti serangkaian kegiatan selama live in di Dusun Ngaduman, Desa Tajuk, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Meski Diguyur Hujan, Warga Semarang Antusias Ramaikan Prosesi Dugderan
Kepala Sekolah SMA Ichthus Jakarta Barat Bevita Glory Sandra mengatakan, live in di Ngaduman tak hanya sekadar berwisata dan melepas penat, tapi juga banyak pelajaran yang bisa dipetik.
"Siswa bisa mengenal lebih dekat dengan kehidupan di perdesaan, mulai dari aktivitas keseharian, pertanian, budaya dan kesenian lokal, karya yang dihasilkan serta merasakan keindahan dan kesejukan alam," ungkapnya.
Lihat postingan ini di Instagram
Dari segi pembelajaran, lanjutnya, banyak yang dilakukan siswa. mereka juga membuat design thingking untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi warga, membuat solusi atas permasalahan yang dihadapi.
"Dari sini mereka menggali masalah yang dihadapi warga dengan cara wawancara ke warga, lalu didiskusikan dalam project hingga mendesaian produk yang bisa membantu masalah warga di desa," ungkapnya.
Baca juga: Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Candi Gedong Songo di Semarang
Siswa kelas XII SMA Ichthus Jakarta Barat Benneth Surya mengatakan live in di Dusun Ngaduman ini menjadi pengalaman pertamanya berinteraksi langsung di perdesaan.
"Sangat berkesan tentunya, meski aktivitasnya terlihat biasa dan serupa dengan di Jakarta, tapi yang membedakan disini adalah soal kekeluargaan," ucapnya.
Menurut dia di Ngaduman, jelang malam orang-orang sudah di rumah, keluarga saling berbincang. Kalau di Jakarta, orang-orang masih beraktivitas di luar, bekerja, dan kena macet.
Ketua Karang Taruna Krida Bhakti Ngaduman, Yoel Dwi Teguh Santoso mengatakan, live in di Ngaduman mulai digarap secara serius sekira satu tahun belakangan ini.
"Kalau tamu-tamu yang datang sudah ada sejak 1994," ungkapnya.
Keunggulan Ngaduman, lanjutnya, adalah permukiman tertinggi di lereng Gunung Merbabu yang ada di Kabupaten Semarang, sekira 1.700 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Dengan ketinggian tersebut, Ngaduman menawarkan suasana sejuk, pemandangan yang indah, toleransi antar penduduk, serta suasana penuh kekeluargaan.
"Untuk harga per orang, per paket Rp 10.000 tidak termasuk konsumsi. Biasanya yang live in ke Ngaduman itu tiga hari dua malam kisaran Rp 415.000 per orang untuk total biaya. Namun, kita juga bisa menyesuaikan," kata Yoel.
Baca juga: Lepas Penat dengan Live In di Ngaduman, Permukiman Tertinggi di Gunung Merbabu