Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perang Tarif Hotel Mulai Terjadi di Bandung

Kompas.com - 22/10/2012, 15:30 WIB
Ni Luh Made Pertiwi F

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Pertumbuhan hotel di Jawa Barat, terutama Bandung, memberi dampak pada persaingan tarif hotel yang tidak sehat. Hal tersebut sudah mulai terjadi di Bandung. Demikian diungkapkan Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jawa Barat, Herman Muchtar pada acara seminar "Bandung Tourism Outlook 2013" di GH Universal Hotel, Bandung, Senin (22/10/2012).

"Saya salut dengan satu hotel di Bandung, saya kirim tamu ke hotel bintang tiga ini, dia nggak mau kasih harga turun. Tetapi ada hotel-hotel bintang empat dan lima malah di weekdays kasih tarif di bawah 500 ribu rupiah," tutur Herman yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Promosi Pariwisata Jawa Barat.

Ia menambahkan kondisi bintang empat dan lima yang menurunkan harga membuat hotel-hotel bintang dua ke bawah protes dan kebingungan untuk memasang tarif.

Sebagai gambaran, ungkap Herman, terdapat 168 hotel di Jawa Barat. "Total okupansi 35 sampai 40 persen. Ini seluruh Jawa Barat. Di Bandung memang bisa tinggi, tetapi di daerah lain, kita lihat di Pangandaran okupansi 29 persen. Pelabuhan Ratu yang merupakan daerah tujuan wisata, tak lebih dari 30 persen," jelasnya.

Herman memperkirakan saat ini jumlah kamar di Bandung mencapai lebih dari 15 ribu kamar. Namun, lanjutnya, tingkat okupansi hotel di Bandung di kisaran 55 sampai 60 persen. "Memang ada hotel yang tingkat okupansinya 90 persen, ada yang sampai 200 persen. Tetapi ada juga yang masih 40 persen," ujarnya.

Dalam waktu dekat akan bermunculan hotel-hotel baru yang saat ini tengah dalam proses pembangunan. Ia memberi contoh daerah Jalan Cihampelas. "Dulu cuma ada tiga. Sekarang kalau semua sudah selesai, jadi ada 13 hotel. Itu baru di Cihampelas saja," katanya.

Oleh karena itu, menurut Herman, perlu promosi yang tepat dan terarah untuk masing-masing hotel. Ia menyebutkan jika lokasi hotel, fasilitas, dan pelayanan bagus ditunjang promosi yang terarah, tak menutup kemungkinan minimal 70 persen tingkat okupansi hotel bisa tercapai.

Selain itu, perlu adanya kerja sama dengan segala pihak, baik antara hotel, hotel dengan biro perjalanan wisata, serta industri pariwisata dengan pemerintah daerah. Ia berharap pemerintah daerah dapat mendorong dan membenahi destinasi wisata untuk menarik kunjungan ke Jawa Barat.

"Seperti Gunung Tangkuban Perahu, Maribaya, dan Ciwedey. Maribaya sekarang sangat kotor, tapi saya dengar sekarang sedang ada perbaikan." katanya.

Hal lain yang disoroti Herman adalah mengenai klasifikasi hotel di Jawa Barat. Ia berharap hotel di Jawa Barat melakukan klasifikasi hotel sesuai standar internasional. "Di Jawa Barat, baru ada 49 hotel yang melakukan standardisasi hotel. Bandingkan di Jawa Timur yang setiap tahunnya ada 25 hotel," katanya.

Salah satu kendala untuk urusan klasifikasi hotel adalah hotel-hotel di Jawa Barat seringkali menghadapi pungutan liar dari oknum-oknum di Dinas Pariwisata Jawa Barat. "Ada hotel yang diminta pungutan liar 5 juta sampai 8 juta. Ternyata ada pungutan-pungutan dari oknum-oknum di Dinas Pariwisata," ujarnya.

Namun, tambah Herman, saat ini oknum-oknum tersebut telah dipindahkan, sehingga hotel-hotel di Jawa Barat bisa tenang mengajukan klasifikasi hotel ke Dinas Pariwisata Jawa Barat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Larangan 'Study Tour', Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Tanggapi Larangan "Study Tour", Menparekraf: Boleh asal Tersertifikasi

Travel Update
Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Ada Rencana Kenaikan Biaya Visa Schengen 12 Persen per 11 Juni

Travel Update
Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com