Bendungan tersebut merupakan pintu masuk menuju kawasan hutan, Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS), lokasi di mana Air Terjun Paliak berada. Dari bendungan menuju lokasi air terjun memakan waktu tak lama bagi masyarakat setempat, sekitar 30 menit menembus hutan, menyeberangi sungai, dan melompati bebatuan.
Diperlukan nyali, kemampuan berenang, fisik, dan mental untuk menjumpai air terjun nan cantik itu. Maklum, selama ini Air Terjun Paliak cukup populer bagi masyarakat setempat, tetapi tak banyak wisatawan datang mengunjungi karena kurangnya promosi. Tetapi tak apalah, dengan kondisi tersebut, ia tetap asri dan alami serta bebas sampah.
Tantangan pertama memulai perjalanan pengunjung harus menuruni bendungan yang membelah sungai dengan lebar sekitar 30 meter. Pengunjung meski menuruni dinding bendungan yang telah disediakan 10 anak tangga. Sampai ke dasar sungai, air hanya setinggi mata kaki lalu berpindah ke dinding berikutnya. Jumlah anak tangganya pun sama hanya 10 undakan.
Berhasil melewati tantangan itu, Anda akan disuguhkan dengan hutan dengan tutupan kanopi yang lebar sehingga udara sejuk terasa, bahkan sempat menggoda mata menjadi terkantuk. Perjalanan menyisir sungai dengan tantangan batu-batu berukuran besar akan kita temui. Memang dibutuhkan kemampuan melompat dan kesimbangan yang baik agar tidak terjatuh. Sebab, terjatuh akan berisiko, artinya celaka.
Awalnya, mengikuti irama kaki Rino dari satu batu ke batu lain untuk menyeberangi sungai cukup merepotkan. Belum lagi bila terbentur batu seukuran truk yang menghalangi penyeberangan. Kami harus melakukan pemanjatan (rock climbing) atau mencari celah lain dengan cara berenang menerobos arus sungai yang jernih dan sejuk itu.
Saat menyelam air sejernih kaca itu, mataku sempat membentur beberapa ekor ikan seukuran telapak tangan pria dewasa yang tampak berenang lincah seolah meledek. Suasana semakin terasa khas hutan saat beberapa ekor siamang bersahut-sahutan dari kedua sisi sungai, seakan menyoraki kami yang terkepung dalam satu celah air dan diimpit bebatuan berukuran raksasa yang banyak tersebar di sungai.
Lagi-lagi, Rino membantu mencarikan alternatif jalan lain dengan menerobos arus sungai dengan cara berenang sekuat tenaga. Jika tidak, kami akan hanyut terbawa arus. Dari hitungan setidaknya empat kali menyeberang sungai dengan tantangan semacam itu, akhirnya pemandangan sungguh indah terbentang di hadapan kami, Air Terjun Paliak, dengan air berwarna putih mengalir deras berdiri kokoh setinggi tidak kurang dari 30 meter.
Buih dan kabut dari hamparan air terjun itu tampak berserakan di sepanjang sungai dan embunnya sempat pula menyapu wajah. Hati-hati bila mengeluarkan kamera atau peralatan lain yang berteknologi karena embun dari air terjun akan cepat membasahi. Jutaan liter air tercurahkan secara serentak, seolah ditumpahkan dari langit ke satu lubang jika dilihat dari bawah. Sementara di sisinya berdiri barisan pohon juga berukuran raksasa, seperti menyampaikan pesan bahwa merekalah pengawal air terjun itu.
Tak ada yang tahu tentang sejarah Air Terjun Paliak. Namun, apa pun itu, kawasan tersebut merupakan penyuplai air bagi ribuan jiwa warga Kabupaten Lebong. Menuju ke lokasi ini, jika dari Bandara Fatmawati Soekarno, Kota Bengkulu, ke Kabupaten Lebong, dapat menggunakan jalur darat dengan jarak tempuh sekitar empat jam. Sampai di Kabupaten Lebong, warga setempat dengan senang hati akan memberikan arah menuju lokasi Air Terjun Paliak.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.