Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Aksara Kuno di Indonesia...

Kompas.com - 11/10/2014, 13:10 WIB
DUA ikat daun lontar terpajang rapi dalam etalase pameran Museum Masuk Kampus di Gedung Sasana Budaya Universitas Negeri Malang, Rabu (8/10/2014). Dua ikat daun lontar itu, yang terpajang sejak Selasa lalu, merupakan replika Kitab Sutasoma dan Negarakertagama.

Replika itu ditulis dalam bahasa Bali meski naskah aslinya berbahasa Jawa Kuno. ”Karena pembuatnya dari Bali, naskahnya ditulis dalam bahasa Bali. Meski begitu, pesan yang disampaikan sama,” tutur Aang Pambudi Nugroho, mahasiswa jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang (UNM), yang menjadi panitia pameran Museum Masuk Kampus itu.

Tak jauh dari setiap daun lontar itu dijelaskan dalam bahasa Indonesia mengenai isi kitab itu. Negarakertagama, misalnya, memiliki nilai luhur bagaimana pemimpin harus menjunjung tinggi musyawarah, dekat dengan rakyat, mampu melindungi dan menyejahterakan rakyatnya.

”Barangkali pemimpin kita, yang bertikai soal kekuasaan di pusat sana, tidak pernah tahu kitab-kitab sejarah ini. Mereka sibuk berpolitik untuk kepentingannya sendiri dan melupakan kepentingan rakyat,” celetuk Wanto (34), seorang pengunjung pameran.

Bagi Wanto, bukan hanya isi kitab yang bisa dijadikan pembelajaran. Huruf Jawa Kuno-nya pun sebenarnya bisa menjadi bahasa sandi tersendiri bagi bangsa Indonesia. ”Coba saja ini jadi bahasa sandi kita, pasti tak akan bisa dibobol negara lain,” katanya lagi.

Pameran itu hasil kerja sama Museum Negeri Mpu Tantular, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, serta Fakultas Ilmu Sosial UNM. Di kampus itu dipamerkan sejumlah benda bersejarah, mulai dari kitab kuno, patung, perhiasan masa lalu, hingga batik tradisional.

Selain mengenal benda kuno itu, pengunjung yang tertarik pada naskah kuno akan ditunjukkan dan dijelaskan mengenai beberapa aksara yang pernah dipakai di Indonesia. Huruf Pallawa (dari India), misalnya, dipakai di Tanah Air hingga abad ketujuh Masehi. Adapun abad kedelapan hingga ke-16 Masehi digunakan huruf Jawa Kuno. Huruf inilah yang menjadi dasar aksara Jawa modern.

Tradisi literal atau baca tulis memang berkembang baik di Indonesia. Salah satunya dalam Prasasti Kanjuruhan. Prasasti ini oleh sejarawan dari UNM, Dwi Cahyono, dinilai sebagai tonggak revolusi baca tulis di negeri ini. Prasasti itu untuk pertama kalinya ditulis menggunakan huruf Jawa Kuno dan bukan menggunakan huruf Pallawa. Sebelumnya, teks prasasti masih ditulis dengan aksara Pallawa.

”Kalau tidak ada local genius yang luar biasa di negara kita, mungkin kita hanya akan mengenal aksara Pallawa. Namun, ternyata bangsa kita memiliki kecerdasan budaya dan akhirnya membuat dan menggunakan aksaranya sendiri,” tutur Dwi.

Namun, akankah aksara kuno itu terlupakan seiring zaman? (Dahlia Irawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com