Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seni Menikmati Hidangan "Robatayaki"

Kompas.com - 12/01/2015, 15:14 WIB
Kontributor Travel, Sri Noviyanti

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pegawai kantoran di Jepang memiliki kebiasaan unik saat malam tiba, yaitu mengunjungi tempat makan dengan konsep robatayaki. Keda makan ini sederhana, biasa disebut Izakaya. Dahulu konsep robatayaki hanya ada di Izakaya yang kebetulan berada di pesisir. Penjajanya juga nelayan. Dengan konsep robatayaki, pengunjung bisa melihat langsung proses memanggang sate-sate khas Jepang atau yang biasa disebut dengan kushiyaki.

“Di Izakaya, pengunjung mengelilingi nelayan yang sedang memasak dengan proses robata. Nelayan memanggang lambat dengan arang panas di atas lubang pasir. Di depannya telah tersedia aneka varian sate. Mulai dari yang berbahan dasar ayam hingga seafood,” ungkap Japanese Chef Yoshi Izakaya-Gran Melia Jakarta, Tomoaki Ito pada Kompas Travel.

Karena sudah menjadi kebiasaan dan berakhir menjadi budaya, Izakaya selalu ramai saat malam tiba. Pengunjung biasanya pria, karena teman menikmati hidangan sate ini adalah sake. Mereka menikmati kushiyaki dan sake sampai mabuk. Saking populernya, Izakaya tidak hanya hadir di pesisir. Rumah makan berkonsep robatayaki menyebar di Jepang.

“Pulangnya pun bisa sampai tengah malam. Mungkin ini juga yang menjadi alasan mengapa rumah-rumah makan yang menawarkan konsep robatayaki hanya dibuka saat malam hari. Selain itu, pastinya pakaian akan bau asap,” terang Chef Ito.

Berbeda dengan di Jepang, restoran berkonsep robatayaki di Indonesia masih belum terlalu banyak. Walaupun diminati banyak orang, tempat khusus yang menawarkan hidangan ini masih terkesan eksklusif dan menawarkan harga yang sedikit mahal.

“Mungkin karena bahan dasar yang digunakan harus seafood segar dan belum banyak resto yang menyediakan menu ini. Jujur saja, karena bumbu yang dipakai sederhana, seafood harus benar-benar segar karena kalau tidak akan mempengaruhi rasa saat dinikmati,” tuturnya.

Bumbu yang dipakai saat memanggang sate memang tergolong sederhana, menurut Chef Ito bumbu yang digunakan hanyalah serai dan lemon agar seafood tidak terlalu amis. Belakangan ada tambahan cita rasa, beberapa kushiyaki dilumeri keju mozarela untuk menambah kaya cita rasa.

“Mungkin kalau di Indonesia varian kushiyaki masih terbatas karena paling hanya aneka seafood, daging ayam, dan sapi. Kalau di Jepang, variannya lebih kaya lagi. Apapun bisa jadi bahan dasar kushiyaki. Mulai dari aneka sayuran, lalu semua bagian tubuh ayam bisa dipakai. Misalnya jantungnya, ati ampela, sayap, kulit, leher, sampai buntutnya pun banyak yang suka. Kalau kushiyaki yang berbahan dasar seafood, kurang lebih sama dengan di sini,” tambahnya.

Perbedaan lain dengan Indonesia yaitu konsep restoran yang sudah mulai modern. “Kalau di Jepang datang ke restoran berkonsep robatayaki sudah pasti pakaian bau asap, tapi tidak dengan di Indonesia. Peralatan yang dipakai sudah modern, restorannya pun begitu. Mungkin ada tempat khusus yang memungkinkan pembeli duduk di depan dapur terbuka tempat proses memanggang, tapi kebanyakan pengunjung lebih pilih duduk di tempat biasa tinggal tunggu pelayan membawa hidangan robatayaki yang dipesan,” tutupnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com