Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pulau Berhala nan Elok Menanti Sentuhan

Kompas.com - 15/07/2015, 10:29 WIB
HAMPIR sejam Linda (32) gelisah menunggu di atas kapal tumpangannya. Dari kejauhan Pulau Berhala tampak menawan di depan mata, tetapi sang nakhoda tak kunjung merapatkan kapal ke dermaga karena kondisi permukaan laut tengah surut. Kapal terancam kandas jika dipaksakan melaju ke bibir pulau itu.

Linda baru mulai merasa lega melihat sebuah perahu datang mendekat. Para penumpang kapal yang jumlahnya berkisar 20 orang itu pun dilansir bergantian oleh nelayan setempat. Namun, persoalan tak selesai sampai di situ. Perahu tidak dapat merapat di dermaga karena permukaan air surut. Terlebih lagi, satu-satunya dermaga di pulau itu tidak dilengkapi tangga.

Para penumpang, yang sebagian di antaranya anak-anak, terpaksa turun dari perahu dan melanjutkan berjalan kaki menembus laut sejauh 100 meter untuk mencapai tepi pantai. ”Pakaian pun basah kuyup,” tambah Linda yang ditemui pada 23 Juni lalu.

Betapa sulitnya mencapai Berhala, tetapi perjuangan mereka akhirnya terbayarkan oleh keindahan pantai berpasir putih itu. Pulau Berhala pada masa lalu dikenal sebagai Pulau Dakjal, Pulau Bratail, Pulau Bertayil atau Pulau Afgorl (Belanda), Pulau Birella (Tome Pires), dan Pulau Verrela (Portugis). Bahkan, ada yang menyebutnya sebagai Pulau Hantu. Meski namanya menyeramkan, Berhala menyimpan keindahan.

Sudut mana pun di pulau seluas 60 hektar itu, pemandangan selalu cantik. Bebatuan kuarsa besar menjulang dan menyebar di dekat dermaga, pos peristirahatan, ataupun di antara pepohonan kelapa yang telah berusia 30-an tahun. Pepohonan tersebut memenuhi pulau hingga mendekati puncak bukit setinggi 200 meter dari permukaan laut. Air laut di sekitar pantai berwarna hijau, bukan biru, seperti kebanyakan pantai.

Sejumlah peninggalan bersejarah terdapat di pulau ini, seperti makam Datuk Paduko Berhala, pendiri Kerajaan Melayu Jambi. Makam itu berada di pinggang bukit. Ada pula meriam katak di leher bukit pulau itu. Semakin ke puncak, terdapat sebuah meriam Jepang di antara semak-semak liar.

Di bagian bawah pulau, terdapat dapur tentara Jepang berbentuk mirip tungku penghangat setinggi 1,5 meter. Tidak jauh dari situ, ada tempat persembunyian alias bungker tanah.

Dari warisan sejarah dan keindahan alam Pulau Berhala, tak kalah menarik justru kekayaan bawah lautnya yang menyimpan karang akar bahar atau gorgonian penuh warna. Bawah lautnya pun kerap menjadi lokasi penyelaman bagi peneliti ataupun wisatawan minat khusus, yang ingin melihat temuan bangkai-bangkai kapal tenggelam di masa lalu.

Sengketa wilayah

Pulau Berhala pernah mengalami status quo selama 10 tahun karena menjadi obyek sengketa antara pemerintah daerah di Jambi dan Kepulauan Riau. Kedua pemda mengklaim sebagai pemilik wilayah pulau itu. Sengketa baru berakhir pada 2013. Mahkamah Konstitusi memenangkan otorisasi wilayah kepada pemerintah Kepri.

Namun, dua tahun setelah keputusan MK, Pulau Berhala nyaris tak berubah. Belum tampak pembangunan berarti dari otoritas setempat untuk memperkuat daya tarik pariwisata Berhala. Satu dari dua dermaga di pulau itu telah hancur sehingga hanya menyisakan tonggak kayu di tengah laut. Satu dermaga lainnya juga rusak sebagian, tetapi belum pernah diperbaiki hingga kini. Alih-alih membangun, Pemerintah Kabupaten Lingga malah memungut retribusi kepada setiap pengunjung pulau Rp 2.500.

Warga setempat, Djunaedi, mengatakan, sejak awal masyarakat tidak pernah mempersoalkan pihak yang berhak menguasai pulau ini. Bagi mereka, yang terpenting adalah Pulau Berhala mendapat perhatian lebih setelah 10 tahun terabaikan.

”Setelah keputusan MK keluar, sampai sekarang belum ada upaya perbaikan,” ujarnya. Satu-satunya pembangunan yang masuk ke pulau adalah pembangkit listrik tenaga surya berkapasitas 15 kilowatt, dibangun pada 2013 melalui dana pemerintah pusat. Padahal antusiasme turis meningkat pesat sejak setahun terakhir meski 90 persen wisatawan dari wilayah Jambi. Dalam sepekan, ada 5 hingga 10 rombongan wisatawan berkunjung untuk menginap di pulau.

Transportasi kapal cepat umum menuju pulau ini hanya akhir pekan. Biayanya Rp 230.000 hingga Rp 250.000 per orang dari Nipah Panjang atau Kampung Laut, Jambi, dengan waktu tempuh satu jam. Belum ada pula penginapan di Berhala, salah satu alasan bagi pengunjung untuk memanfaatkan rumah- rumah transmigran yang ditinggal pemiliknya beberapa tahun lalu sebagai tempat menginap. Daya tarik itu jangan sampai meredup akibat pengabaian. Pulau Berhala kini tak lagi ber-status quo. Butuh sentuhan berupa penyediaan berbagai fasilitas agar keelokan makin bersinar. (Irma Tambunan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com