Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Langka! Pabrik Gong Berusia 370 Tahun di Bogor

Kompas.com - 04/01/2016, 09:32 WIB
Wahyu Adityo Prodjo

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Tembok jingga dengan plat bertuliskan "Gong Factory" berdiri di sebuah pinggir jalan di Kawasan Kota Bogor. Tak disangka di balik tembok tersebut adalah tempat pembuatan gong dan alat musik gamelan yang telah ada sejak 370 tahun yang lalu.

KompasTravel bersama para wartawan sempat mengunjungi Gong Factory dalam rangka Media Trip Ezytravel.co.id, November 2015 lalu.

Beberapa pekerja terlihat berada di dalam ruang kerja yang panas dan tanpa penerangan. Di dalam ruang tersebut, pekerja sibuk melakukan pekerjaannya seperti memanaskan lempeng logam, mengendalikan alat penghembus angin, menempa besi, dan menghaluskan permukaan gong.

Di sisi lain dalam ruangan, bunyi logam beradu memenuhi telinga. Tiga orang bertugas menghantamkan palu untuk membentuk pola gong dan satu orang lainnya bertugas untuk menjaga logam agar tak lepas ketika dihantam palu.

"Ayo pukul. Satu, dua, tiga!" kata seorang pekerja.

Bara dari api menyebar ke sekitar pekerja. Para wartawan juga sempat terpercik oleh bara. Sementara, para pekerja tampak santai berada di dalam ruangan walaupun tak menggunakan kaus.

Pemandangan itulah yang akan terlihat ketika mengunjungi tempat pembuatan gong di Gong Factory, Bogor. Usaha pembuatan gong ini telah hadir sejak jaman kolonial menduduki Indonesia.

Turun temurun

Pemilik Gong Factory yang merupakan generasi keenam sejak pertama kali berdiri, Sukarna (91) mengatakan tempat pembuatan gong telah turun temurun. Begitupun juga pengetahuan cara pembuatan gong yang juga diwariskan oleh generasi pertama.

"Sudah ada sejak 370 tahun yang lalu. Turun temurun cara pembuatan gongnya dari sejak generasi pertama," kata Sukarna kepada wartawan.

Ia mengatakan pengetahuan membuat gong telah ia pelajari selama 41 tahun. Logam dan timah yang menjadi bahan baku ia pelajari untuk menciptakan gong yang berkualitas bersama para pekerja.

"Karyawan Gong Factory ada 12 orang. Mulai bekerja antara jam 08.00-15.00," jelasnya.

Hasil gong dan alat-alat musik gamelan yang dihasilkan di Gong Factory juga menarik untuk dicermati. Sukarna mengatakan jika para turis asing juga sering menjadikan gong sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang.

"Ada orang asing juga yang ke sini untuk melihat pembuatan. Waktu pulang beli buat oleh-oleh, beli 1 kilo harganya Rp 2,5 juta. Kalau per kilo sekitar Rp 2,5-3,5 juta," jelasnya.

Cara mengunjungi

Sukarna mengatakan biasanya datang pada hari Sabtu sekitar siang hari untuk melihat pembuatan. Pengunjung bisa datang dengan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

Gong Factory beralamat di Jalan Pancasan RT 02 / RW 03, Kampung Pancasan, Kelurahan Pasirjaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat. Dari Stasiun Bogor bisa menaiki angkutan umum nomor 02 jurusan Sukasari - Bubulak dan turun di Bogor Trade Mall. Kemudian dilanjutkan dengan naik angkutan umum dengan jurusan Rayamana - Ciapus dan turun di Pancasan tepat di depan Gong Factory.

 Jika mengunjungi kendaraan pribadi, Gong Factory tak memiliki lahan parkir yang luas. Di sana hanya cukup untuk sekitar 2-3 kendaraan berjenis mobil.

Untuk dapat melihat proses pembuatan gong, datanglah antara pukul 08.00 - 15.00 WIB. Tidak dikenakan biaya untuk dapat melihat proses pembuatan gong yang telah ada sejak 370 tahun yang lalu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com