CERITA Perang Dunia II yang dituturkan sang kakek membekas dalam ingatan Muhlis Eso.
Muhlis yang kala itu masih berusia sepuluh tahun tergerak untuk mencari jejak peperangan tentara Amerika Serikat dan Jepang di bumi Moro.
Kini, 26 tahun sudah Muhlis mengelilingi Pulau Morotai, masuk dan keluar hutan mencari barang peninggalan perang untuk membuktikan cerita kakeknya.
Benda-benda bersejarah bernilai tinggi itu semestinya bisa membuatnya kaya. Tapi, Muhlis memilih hidup penuh keterbatasan demi menyelamatkan sejarah penting dunia di Morotai.
Semangatnya berapi-api ketika bertutur tentang Morotai dalam peta Perang Dunia II. Hampir semua jenis senapan ia hafal, lengkap dengan tahun pembuatan dan penggunanya.
Dari setiap benturan dan bekas goresan di besi, ia segera tahu benda yang terkubur di dalamnya.
Raut murung tergores di wajah Muhlis tatkala ia menceritakan benda-benda peninggalan perang di Pulau Morotai tiba-tiba diambil dan dihancurkan untuk dilebur.
Pesawat tempur, tank amfibi, dan mobil perang yang masih bisa ia lihat saat kecil kini hanya tersisa dua unit amfibi.
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Juli 2016, di halaman 32 dengan judul "Sejarah Perang di Balik Gubuk Muhlis Eso".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.