Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Puncak William’s Torren

Kompas.com - 03/10/2016, 15:02 WIB

DARI ketinggian 45 meter, biru laut, hijau gunung, dan jejeran tebing layaknya lukisan. Pulo Aceh, gugusan pulau terluar di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, menyimpan potensi wisata bahari, tetapi masih terabaikan.

Bangunan tua dengan tinggi 45 meter itu adalah mercusuar William’s Torren. Mercusuar itu dibangun pada tahun 1875 oleh kolonial Belanda, dua tahun setelah menyatakan maklumat perang dengan Aceh. William’s Torren dibangun dengan cucuran keringat dan darah rakyat pribumi yang dijajah Belanda.

Meski sudah berusia 141 tahun, mercusuar William’s Torren masih berdiri kokoh di atas tebing curam. Bangunan itu berbentuk silinder dengan ketebalan dinding mencapai 1 meter.

Dinding luar dicat warna merah dan putih. Mercusuar memiliki enam lantai. Setiap lantai dilengkapi jendela. Dari jendela bergaya Eropa itu, ketenangan Samudra Hindia menenteramkan mata.

Untuk mencapai puncak, harus menaiki 174 anak tangga yang terbuat dari besi berukir. Konon, mercusuar William’s Torren hanya terdapat tiga di dunia, yakni di Pulau Karibia, Belanda, dan Pulo Aceh. Penabalan William’s Torren sebagai nama mercusuar merupakan penghormatan kepada Raja Luksemburg Willem Alexander Paul Frederich Lodewijk.

Kala itu, Belanda ingin membangun pelabuhan besar di Sabang dan mercusuar itu menjadi penunjuk arah kapal-kapal pengangkut hasil bumi merapat ke pelabuhan. Pada masa lampau, Pulo Aceh adalah penghasil kopra dan cengkeh. Setelah Belanda pulang, bangunan itu dibiarkan begitu saja.

Saat berada di atas mercusuar, Samudra Hindia dan Selat Malaka terlihat tanpa penghalang. Lautan luas terhampar dibatasi kaki langit. Di atas laut yang tenang, belasan perahu nelayan hilir-mudik. Hanya suara debur ombak pecah membentur tebing yang terdengar. Burung-burung laut terbang rendah bersama embusan angin timur yang tenang.

Tidak terlalu jauh dari lokasi itu, Pulau Sabang terlihat ditutup kabut. Pulau Rondo di sisi Pulau Sabang dengan ukuran lebih kecil seperti mengapung di atas permukaan air.

Pantai dengan pasir bersih dan air biru seperti mengajak siapa saja untuk menceburkan diri ke dalamnya.

Terabaikan

Pulo Aceh adalah kecamatan di Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh. Kecamatan Pulo Aceh terdiri atas gugusan pulau-pulau kecil. Dari sejumlah pulau, hanya Pulo Breuh (beras) dan Pulo Nasi yang berpenghuni.

Pulo Breuh dan Pulo Nasi dipisah laut 400 meter. Meski dua pulau tersebut masuk dalam satu kecamatan, warga Pulo Nasi dan Pulo Breuh justru lebih sering bertemu di Banda Aceh. Penyebabnya, tidak ada kapal yang rutin berlayar antarpulau. Warga berharap, suatu saat pemerintah membangun jembatan penghubung dua pulau.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com