Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menengok Makam Para Pemimpin Zaman Kolonial di Kebun Raya Bogor

Kompas.com - 26/05/2017, 07:16 WIB
Muhammad Irzal Adiakurnia

Penulis

BOGOR, KOMPAS.com - Sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia dipimpin oleh Belanda dengan nama Hindia Belanda, walaupun sempat juga dipimpin Inggris. Ternyata makam para tokoh kala itu tidak dipulangkan ke Belanda, melainkan di Indonesia.

Makam Belanda ini ada di dalam Kebun Raya Bogor (KRB). Puluhan nisan besar ini tersusun rapi, tepatnya di KRB seberang Kantor Utara KRB dan Istana Bogor. Dari Gerbang Nomor dua untuk pejalan kaki, bisa dijangkau dengan berjalan kaki, mengikuti arah menuju Istana Bogor.

Tak hanya para pemimpin negara, yang kala itu disebut Gubernur Jenderal, tetapi orang-orang penting lainnya di VOC, peneliti terkemuka, hingga ahli hukum negara.

(BACA: Kebun Raya Bogor Akan Renovasi Makam Peninggalan Belanda)

Tak banyak yang tertarik pada komplek makam tersebut, padahal jika dilihat dari nilai sejarahnya orang-orang yang dimakamkan di sana pada masanya merupakan orang nomor satu di Hindia Belanda.

“Turis Belandanya sering ke sana, tiap bulan pasti ada beberapa rombongan, mungkin cucu cicitnya. Biasanya termasuk tempat yang penting buat wisatawan luar, kalau orang kita sedikit, pada gak tahu juga mungkin,” ujar Iteng, salah satu pemandu wisata di KRB pada KompasTravel, Selasa (16/5/2017).

(BACA: 5 Tempat Ikonik dan Wajib Dikunjungi di Kebun Raya Bogor)

Kepala Kebun Raya Bogor, Didik Widyatmoko saat dikunjungi KompasTravel di kantornya Selasa (23/5/2017), mengatakan makam-makam itu sudah ada sejak 30 tahun sebelum KRB berdiri.

Hal ini tebukti dari nisannya Cornelis Potmans yang tertulis wafat pada 2 Mei 1784, KRB sendiri didirikan 18 Mei 1817.

KOMPAS.COM / MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA Beberapa wisatwan anak sedang membaca papan penjelasan situs, Selasa (23/5/2017), yang berlokasi di Kompleks makam para Gubernur Jendral Hindia Belanda dan para tokoh yang berjasa dalam pengembangan ilmu alam di Kebun Raya Bogor.
Di lain kesempatan, seorang budayawan di Bogor, Taufik Hassuna membenarkan bahwa di sanalah bagian dari sejarah asal-usul KRB, juga bagian dari sejarah awal Indonesia zaman Kolonial. Karena yang dimakamkan sendiri merupakan ring satu zaman kolonialisme pada masa itu.

Saat Anda berkunjung, memang tidak ada deret khusus mana gubernur jenderal dan mana deretan makam peneliti ahlinya, hampir semua makam memiliki nisan yang unik. 

Pada nisan-nisan itu bertuliskan nama orang Belanda dan tahun meninggal. Sebuah tanda orang-orang Belanda telah meninggalkan jejaknya di Indonesia.

Jika diperhatikan, berbagai nisan besar di sini menggunakan jenis tulisan yang tak biasa. Bentuk-bentuk hurufnya menggunakan jenis gotik, roman, kapital, dan sambung.

Bagi orang-orang Belanda, jenis tulisan tersebut memiliki arti khusus. Penggunaan huruf gotik pada makam biasanya digunakan oleh orang-orang terhormat dan juga dianggap sakral.

Selain itu dibawah keterangan nama dan waktu hidupnya, terdpat beberapa kalimat yang melukiskan siapa orang tersebut ketika hidupnya.

Sayangnya tulisan-tulisan itu dalam bahasa Belanda, dehingga untuk membacanya perlu keahlian berbahasa Belanda.

Dari total 42 makam yang ada, baru 38 yang tercatat dengan jelas, baik di nisan maupun arsip data KRB. Sisanya masih sulit untuk ditemukan data makam tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

8 Penginapan di Ciwidey dengan Kolam Air Panas, Cocok untuk Relaksasi

Hotel Story
Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Capaian Timnas U-23 di Piala Asia Bawa Dampak Pariwisata untuk Indonesia

Travel Update
Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Harga Tiket Masuk Taman Safari Prigen 2024 dan Cara Pesan via Online

Travel Tips
3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

3 Promo BCA Australia Travel Fair 2024, Ada Cashback hingga Rp 2 Juta

Travel Update
4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

4 Promo Tiket Pesawat dan Tur BCA Australia Travel Fair, Rp 7 Juta ke Perth PP

Travel Update
Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Hari Ini, BCA Australia Travel Fair 2024 Digelar di Gandaria City

Travel Update
10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

10 Tips Wisata Saat Cuaca Panas, Pakai Tabir Surya dan Bawa Topi

Travel Tips
5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

5 Wisata di Palangka Raya, Ada Wisata Petik Buah

Jalan Jalan
5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

5 Tips ke Museum iMuseum IMERI FKUI di Jakarta, Reservasi Dulu

Travel Tips
Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Cara Menuju ke Bukit Tangkiling Kalimantan Tengah

Jalan Jalan
Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Bukit Tangkiling Palangka Raya untuk Pencinta Alam dan Petualangan

Jalan Jalan
Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Rute Menuju ke Jungwok Blue Ocean Gunungkidul, Yogyakarta

Jalan Jalan
Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Segara Kerthi Diperkenalkan ke Delegasi World Water Forum di Bali, Apa Itu?

Travel Update
Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Sederet Aktivitas Seru di Jungwok Blue Ocean, Tak Hanya Bisa Foto

Jalan Jalan
Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Kering sejak Maret 2024, Waduk Rajui Jadi Spot Instagramable di Aceh

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com