Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Wajib Coba Lotek Pak Widodo di Yogyakarta, Harganya Ala Anak Kos-kosan

Ya, loket menjadi makanan andalan bagi Warung Pojok. Nama warung itu dipilih olehnya sebagai tempat ia berjualan lotek.

Lotek Pak Widodo, begitulah hidangan makanan tersebut dikenal oleh banyak masyarakat di Yogyakarta, khususnya bagi para kalangan mahasiswa dan anak-anak kos.

Warung yang berada di Jalan Blimbingsari, Caturtunggal, Depok, Sleman itu kerap diserbu para mahasiswa dan anak kos untuk merasakan cita rasa sajian lotek yang dibuat oleh Agung Widodo, atau lebih akrab disapa Widodo.

Tribun Jogja sempat melakukan pengamatan beberapa waktu pada warung lotek miik Widodo itu.

Sampai-sampai, kami pun sempat beberapa kali tidak bisa mencicipi menu loteknya karena sudah habis disantap oleh para mahasiswa dan anak-anak kos yang berada di sekitaran warungnya.

“Wah maaf, loteknya sudah habise. Besok ke sini lagi saja,” kata Widodo sambil tersenyum saat Tribun Jogja mencoba untuk membeli sajian loteknya.

Ketika itu baru pukul 11.30 WIB, dan baru beberapa jam saja Widodo menjual loteknya. Warung miliknya itu buka dari hari Senin sampai Sabtu dari pukul 07.30 hingga 15.00 WIB.

Saat melakukan sesi bincang-bincang singkatnya bersama Tribun Jogja, Widodo mengakui bahwa menu lotek yang dijual olehnya kerap habis walau waktu buka warung masih beberapa jam lagi.

“Alhamdulillah seringnya habis. Kebanyakan pelanggan saya adalah mahasiswa dan anak-anak kos sekitar warung. Tapi ada juga langganan saya yang sering ke sini walaupun rumahnya bisa dibilang jauh dari sini. Dulu sebelum saya menambah bahan baku untuk lotek yang saya buat, biasanya jam 11.00 sudah habis. Kalau sekarang habis dzuhur paling baru habis,” tutur pria yang murah senyum ini.

Dalam setiap porsinya, saat ini Widodo menjual lotek buatannya kepada pelanggan dengan harga Rp 9 ribu.

“Dulu pertama jual per porsinya Rp 6 ribu. Cuma karena makin ke sini harga bahan baku semakin naik, saya naikan sedikit. Tapi saya jualnya tetap dengan harga standar teman-teman mahasiswa,” paparnya.

Kata Widodo, dengan ia menjual lotek selama enam tahun terakhir ini, dirinya tidak hanya berusaha untuk melestarikan makan-makanan tradisional di tengah masyarakat Yogyakarta.

Di sini, ia ingin banyak masyarakat bisa memenuhi asupan gizinya setiap hari dengan mengkonsumsi sajian makanan penuh gizi yang terdapat dalam sayuran yang menjadi bahan baku dari loteknya.

Contohnya saja seperti bayam, toge, kol, timun, kacang panjang dan lainnya menjadi beberapa jenis sayuran yang ia sajikan dalam lotek.

Di tengah maraknya makanan yang banyak mengandung bahan kimia dan pengawet, di sini ia sangat prihatin jika banyak masyarakat malah banyak mengkonsumsi santapan seperti itu.

“Alhamdulillah saya pakai bahan baku yang masih fresh sama teman-teman pelanggan. Justru di sini saya tidak hanya berjualan. Di mana-mana banyak makanan yang kurang sehat dan berbahan kimia. Untuk lotek yang saya jual, saya nggak pakai penyedap, cuma pakai garam saja. Saya sangat menghindari bahan kimia,” pungkas ayah dari Rahmat Ibrahim Putra dan Safira Nur ini.

Hal serupa dikatakan oleh Hamzah Jundi, seorang mahasiswa Vokasi UGM yang telah menjadi pelanggan setia Lotek Pak Widodo.

Menurutnya, makan-makanan dengan bahan baku alami, terutama dengan bahan baku sayuran sangat diperlukan oleh masyarakat saat ini.

Selain banyaknya makanan yang mengandung zat kimia, pola hidup masyarakat saat ini pun kurang begitu mementingkan kesehatannya.

“Apalagi kalau buat saya sebagai seorang mahasiswa yang kadang sering begadang untuk mengerjakan tugas, asupan makanan seperti ini (lotek) sangat membantu kondisi tubuh saya. Lotek Pak Widodo tuh fresh banget dari sayurannya, dan itu kerasa pas dimakan. Makanya itu saya bisa terbilang sering makan di sini,” tutur Hamzah saat ditemui Tribun Jogja. (TRIBUN JOGJA / SEPTIANDRI MANDARIANA)

https://travel.kompas.com/read/2018/01/02/220000027/wajib-coba-lotek-pak-widodo-di-yogyakarta-harganya-ala-anak-kos-kosan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke