Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tak Hanya di TN Komodo, "Si Naga Purba" Juga Hidup di Pulau Flores

LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Adanya informasi dari masyarakat melalui media sosial pada Sabtu (21/7/2018) mengenai penangkapan komodo (Varanus komodoensis), tim terpadu dari Balai Besar KSDA NTT, Balai Taman Nasional Komodo, dan Seksi III Wilayah Jawa-Bali-Nusa Tenggara Balai Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan bergerak cepat.

Informasi awal yang diterima pada Sabtu (21/7/2018) sekitar pukul 11.30 Wita menyebutkan bahwa seorang warga Desa Bari, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat,  Flores, NTT telah menangkap seekor komodo dan diunggah di media sosial.

Penangkapan ini dilakukan karena masyarakat khawatir atas kehadiran satwa tersebut di sekitar perkampungan.

Unggahan itu pun kemudian menyebar, hingga diterima oleh Balai Taman Nasional Komodo dan diteruskan kepada Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Demikian dijelaskan Kepala bidang Hubungan Masyarakat Balai Taman Nasional Komodo, Margaretha Priska kepada Kompas.com, Senin (23/7/2018).

Margaretha menjelaskan, personel pada Rayon Konservasi Wilayah Cagar Alam Wae Wuul bersama personel Balai TN Komodo dan Seksi Wilayah III Balai Penegakan Hukum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menuju lokasi dan tiba pada Minggu (22/7/2018) sekitar pukul 02.00 Wita.

Tim kemudian melakukan identifikasi dan memastikan bahwa satwa tersebut memang benar komodo. Petugas mendapati komodo tersebut dalam kondisi hidup dan terikat serta terdapat bekas luka pada paha kanan, leher kiri, dan bahu kiri.

Margaretha menjelaskan, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh tim diketahui bahwa komodo yang berjenis kelamin betina tersebut memiliki panjang 233,60 cm.

Menurut Margaretha, berdasarkan koordinasi antara tim dengan pihak Pemerintah Desa Bari, Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) Macang Pacar disepakati komodo akan dilepasliarkan di area Watu Bari.

Pelepasliaran komodo telah dilakukan pada pukul 11.45 Wita dengan disaksikan Kepala Desa Bari, Muspika Macang Pacar, dan masyarakat Desa Bari, Kecamatan Macang Pacar, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT.

Tantangan yang terberat, lanjut Margaretha, pada umumnya warga masyarakat di kawasan Utara dan Selatan dari Pulau Flores tidak percaya binatang komodo ada di daratan Pulau Flores.

Menurut pengetahuan warga, komodo hanya ada dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Ini merupakan salah satu tantangan besar konservasi komodo di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

“Setahu saya saat ini Balai Besar Konservasi Sumber daya Alam (BBKSDA) NTT bersama Yayasan Komodo Survival Program (KSP) masih tahapan inventarisasi lokasi penyebaran komodo di Flores, yang diketahui populasi kemungkinan hanya di cagar alam Wae Wul. Di luar itu masih diinventarisasi lokasi penyebarannya. Komodo tidak hanya ada di Taman Nasional Komodo tetapi juga di daratan Pulau Flores yakni Cagar alam Wae Wul, Tanjung Karita Mese, serta pesisir utara Flores termasuk di Pulau Longos, Pota hingga di Pulau Ontoloe, Riung, Kabupaten Ngada,” katanya.

Kepala Desa Bari, Muhammad Ali Ismail dan Camat Macang Pacar, M Sarimin Malonde menyampaikan bahwa komodo adalah anugerah luar biasa bagi masyarakat Bari, Kecamatan Macang Pacar dan berkomitmen untuk menjaga, melindungi, dan memanfaatkan potensi tersebut sebagai daya tarik pariwisata di Desa Bari.

Dalam kesempatan tersebut masyarakat juga menyampaikan permohonan agar dapat ditempatkan personel Balai Besar KSDA NTT dan dilakukan pembangunan pos jaga di Desa Bari dan Longos.

Pelaksana Tugas Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BSDA) NTT, Hans Nico Sinaga kepada Kompas.com, Senin (23/7/2018) menjelaskan, komodo tersebar di  pulau-pulau kecil di kawasan utara Pulau Flores dan kawasan Selatan dari Pulau Flores.

Sinaga menjelaskan, komodo tersebar di kawasan Cagar Alam Wae Wul, di daratan Pulau Flores, di kawasan Kecamatan Komodo. Soal populasi binatang komodo di kawasan Pulau Flores masih diinventarisasi oleh pegawai yang ditempatkan di cagar alam tersebut.

“Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam NTT bersama dengan Yayasan Komodo Survival Program (KSP) terus melakukan pendataan lokasi penyebaran komodo dan jumlah populasinya,” katanya.

Catatan Kompas.com, komodo hidup di kawasan Pulau Flores dan tersebar di sejumlah pulau-pulau kecil. Memang populasinya belum didata secara resmi.

Pulau Flores disebut Pulau Komodo karena penyebarannya terdapat di sejumlah pulau kecil di Flores. Hanya belum dilaksanakan konservasi dan pengelolaannya, kecuali di Pulau Ontoloe, Riung yang dipantau terus oleh pegawai Balai Konservasi Sumber Daya Alam NTT. Beberapa tahun lalu, komodo di Pulau Ontoloe menetas.

Bahkan peneliti dari Yayasan Komodo Survival Program (KSP) sudah melakukan ekspedisi Komodo Flores di pesisir utara dan Selatan dari Pulau Flores.

Keprihatinannya adalah warga membunuh komodo dengan alasan binatang itu makan ternak mereka di sekitar perkampungan.

https://travel.kompas.com/read/2018/07/26/143200927/tak-hanya-di-tn-komodo-si-naga-purba-juga-hidup-di-pulau-flores

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke