Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman Pertama Naik Pesawat Perintis di Papua Barat...

 

KOMPAS.com - Saya harus berangkat untuk melakukan survei kondisi wilayah salah satu lokasi Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI, yaitu Kabupaten Teluk Bintuni, sebelum tim besar datang. Pesawat kecil menjadi pilihan kendaraan yang dapat mempersingkat waktu untuk menuju lokasi tersebut yakni dengan pesawat Cessna 208 tepatnya.

Dengan ukuran yang minim membuatnya hanya dapat diisi oleh 12 penumpang saja. Setiap penumpang harus membayar harga sebesar Rp 300.000 untuk dapat naik pesawat ini.

 

Pagi itu, saya dan salah satu kawan dari Universitas Papua berada di Bandar Udara Rendani, Manokwari. Pesawat terlambat 20 menit dari jadwalnya.

Saya memilih untuk duduk persis di belakang kursi pilot. Saya tidak mau kehilangan kesempatan emas untuk bisa mengintip langsung bagaimana sebuah pesawat kecil dioperasikan.

Ketika kru masuk saya menyadari bahwa pilot pesawat perintis ini adalah seorang warga negara Indonesia sedangkan copilot dari warga asing. Entah mengapa alasannya, tetapi ternyata memang selalu begitu penempatan kru yang dilakukan di sini.

Kini, saatnya pasang sabuk pengaman. Pesawat pun siap terbang. Pesawat take off dan saya langsung disuguhkan dengan pemandangan berupa birunya laut timur Indonesia.

Setelah 40 menit terbang, Bandara Merdey pun sudah terlihat. Ditandai dengan munculnya landasan pesawat yang dikelilingi oleh sungai besar. Pesawat pun siap pendarat.

 

“Cloud! Cloud!!” Terdengar suara panik dari sang copilot saat ada awan menutupi jalur menuju landasan penerbangan.

Pesawat pun langsung menikuk tajam ke kiri dan kembali ke atas. Rasanya seperti menaiki salah satu wahana di Dunia Fantasi di Ancol.

“Pesawat ini tidak dapat menembus awan. Bahkan jika wilayah bandara tertutup awan semua, kita bisa saja balik lagi ke Manokwari,” ujar seorang ibu yang duduk di sebelah saya.

Saat menemukan kesempatan, pesawat langsung kembali menukik untuk mendarat. Terlihat dari jauh bagaimana kondisi lahan bandara.

Landasan di Bandara Merdey berupa dataran berpasir dan berbatu yang belum diaspal. Proses pendaratan terasa sangat kasar tetapi tetap aman karena kemahiran sang pilot.

Ya, bandara disini masih terbilang sangat sederhana. Hanya ada barisan bangku, timbangan, dan meja. Sesampainya di bandara kami langsung disambut baik oleh Pak Aris, Komandan Rayon Militer di Distrik Merdey. Setelah saya turun, pesawat pun siap lanjut terbang menuju ke Bintuni kota.

“Hey babi! Babii!! Belum saatnya kita makan daging cincang!!” tiba-tiba seorang warga di sana berteriak.

 

“Di bandara ini semuanya lewat. Kendaraan bermotor, anak-anak pulang sekolah, bahkan anjing dan babi pun lewat sini,” ujar salah satu penduduk setempat yang belum sempat saya tanyakan namanya.

Ternyata di bandara ini kita dapat dengan mudah berlalu lalang karena landasan ini adalah jalan utama di Distrik Merdey! Wah ternyata.

Penerbangan kali ini menjadi pengalaman pertama saya menggunakan pesawat kecil. Sekilas seperti sangat menyeramkan tetapi sebenarnya tetaplah menyenangkan.

(Artikel dari anggota Tim Ekspedisi Bumi Cenderawasih Mapala UI, Abdurrahman Aslam. Artikel dikirimkan langsung untuk Kompas.com di sela-sela kegiatan Ekspedisi Bumi Cenderawasih di Papua Barat)

https://travel.kompas.com/read/2018/08/14/221000527/pengalaman-pertama-naik-pesawat-perintis-di-papua-barat--

Terkini Lainnya

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Harga Tiket Candi Borobudur April 2024 dan Cara Belinya

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke