Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Berburu Oleh-oleh di Karanglo...

Meski begitu, saya tetap melanjutkan rencana untuk berburu oleh-oleh dari kota dengan patung Ken Arok dan Ken Dedes yang tersohor itu.

Dari Harris Hotel & Conventions di Jalan Ahmad Yani Utara, Riverside C1, saya menggunakan mobil menuju sentral pedagang kecil yang menjajakan aneka oleh-olah khas Malang.

Karena cuaca mendung ditimpali gerimis, maka opsi yang dipilih yaitu terdekat dengan lokasi hotel yaitu Sentra Buah STT Sati. Nama itu merujuk ke Sekolah Tinggi Teologi Satyabhakti, persis di belakang sentral buah-buhan itu.

Lokasinya terletak di Jalan Raya Karanglo, Kecamatan Singosari, Kota Malang. Namun, masyarakat lokal lebih mudah menyebutnya Karanglo atau STT Sati.

“Di situ harganya lebih murah, jauh lebih murah,” kata Yuni, seorang warga Kota Malang, menyampaikan informasi soal harga jual oleh-oleh di kota tersebut.

Di sana, berjejer rapi pedagang kecil dengan segala macam buah-buahan dan aneka makanan ringan.

“Mampir-mampir,” kata Ngatuwi, pemilik Kios Tuwi, menyambut kedatangan kami.

Dia sibuk mengatur buah apel malang nan tersohor itu. Sebagian apel berukuran sebesar tinju murid sekolah dasar itu dibungkus dengan benang, rapi dan indah. Lalu digantung berjejer dengan pola beragam. Sehingga terlihat indah dan rapi.

Apel berwarna hijau mungil itu dibanderol Rp 30.000 per satu bungkus. Berat apel per bungkus ini 1,7 kilogram. Ada juga dengan berat 2 kilogram per bungkus. Silakan memilih sesuai keperluan masing-masing.

Sebagian apel diatur di meja sederhana. “Jangan beli yang itu Pak. Itu agak asem,” kata Ngatuwi, dengan logat Jawa khas Malang nan medok.

Pria yang berjualan sejak tahun 1985 itu menganut prinsip jujur pada konsumen. Menurutnya, jika Malang ingin maju dari sektor wisata, maka seluruh pedagang oleh-oleh harus jujur pada konsumen.

Seluruh apel itu diantar petani apel asal Batu, Malang. Tentu, Batu menjadi sentral penghasil apel. Dari Batu, apel itu dijual per karung. “Sampai di sini baru saya bungkus-bungkus,” kata Ngatuwi. Tidak hanya apel, Ngatuwi juga menjual ubi jalar dan pisang.

Lebih Murah

Di warung ini pula dijual aneka kripik mulai dari kripik nangka, rambutan, apel, hingga strawberry. Dengan berat 100 gram, Ngatuwi membandrol keripik itu seharga Rp 10.000 per bungkus.

“Ini dari perajin lokal di Malang. Merknya semakin beragam. Makin banyak perajin yang membuat keripik,” katanya.

Untuk membuktikan pernyataan bahwa Karanglo lebih murah, saya pun mengunjungi sentral oleh-oleh yang menyediakan makanan khas Malang di sejumlah rumah dan toko. Tak jauh dari lokasi Ngatuwi berjualan.

Di sejumlah pedagang dengan merk toko tertentu, harga keripik dengan merk dan berat yang sama dipatok Rp 16.000 per bungkus. Untuk itu, ada baiknya jika ingin murah, maka belilah oleh-oleh pada pedagang kaki lima.

Nah, jika Anda berkunjung ke Malang, maka singgahlah ke Karanglo. Harga murah, lokasi bersih, pedagang ramah dan terpenting sambil berkeliling menikmati kesejukan Kota Malang. Selamat menikmati Kota Malang.

https://travel.kompas.com/read/2018/08/31/210300527/berburu-oleh-oleh-di-karanglo-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke