Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kuliner Nasional Indonesia Terus Disiapkan untuk Tarik Wisman

“Kuliner memberikan sumbangan cukup besar dalam ekonomi kreatif lebih dari 40 persen, dengan pertumbuhan yang sangat tinggi 15 persen per tahunnya. Nomor satu kuliner, fashion, dan kriya. Kuliner menjadi portfolio produk yang sangat besar dan pertumbuhannya tinggi serta keuntungannya besar,” ujar Arief dalam konferensi pers Wonderful Indonesia Culinary and Shopping Festival di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta (18/9/2018).

Arief juga menambahkan bahwa ada tiga hal penting yang menjadi catatan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancangegara (wisman).

Pertama adalah national food yang belum dimiliki oleh Indonesia. Kemudian Kemenpar menentukan 5 national food atas dasar Forum Group Discussion (FGD) yang dilakukan oleh Akademi Gastronomi Indonesia (AGI).

“Makanan nasional ini dari FGD yang dilakukan oleh Vita dan teman-teman AGI. Dipilih oleh mereka yang paling unggul. Tidak usah berlama-lama, lima yang kita pilih itu sudah dipilih oleh CNN juga. Satu rendang, dua sate, tiga nasi goreng. Yang tidak dipilih oleh CNN adalah coto dan gado-gado, ini kemudian dipilih oleh teman-teman,” jelasnya.

“Pertimbangan yang pertama survei populer dunia yang dilakukan oleh CNN dan restoran yang menjadi mitra Kemenpar menyediakan lima nasional food ini, jadi ketika mau campaign yah mereka masak yang sama. Komunitas-komunitas juga setuju kalau makanan-makanan ini, dan ini juga mudah dibuat kecuali rendang. Rendang juga sudah punya bumbu jadi, dan punya cara-cara masak yang cepat,” jelas Vita kepada KompasTravel.

“Kita sudah me-reverage yang namanya yang sudah dilakukan survei populer di dunia oleh CNN terhadap nomor satu rendang, nomor dua nasi goreng, nomor 14 sate. Jadi ini kemudian digunakan,"

"Lalu soto dianggap mempersatukan Indonesia karena ada di mana-mana. Gado-gado mudah ditemui, dan mudah juga cara buatnya dan bisa didiverfikasi karena terbuat dari bumbu kacang. Setelah dicek di semua restoran yang menjual makanan Indonesia di luar negeri menyediakan 5 makanan ini, jadi kalau 5 makanan ini di-campaign-kan akan lebih mudah dikenal orang baik di luar maupun di Indonesia,” tambahnya.

“Indonesia sebelumya belum memiliki destinasi kuliner yang pasti, sedangkan kuliner menjadi hal pertama yang dicari oleh para wisman. Sehingga, Kemenpar melihat ini dan dipilihlah tiga destinasi kuliner itu Joglosemar, Bali, dan Bandung,” kata Arief.

Adapun kriteria-kriteria yang ditetapkan yaitu kesiapan, para pelaku, keberagaman makanan, dan komitmen pemerintah daerah.

“Destinasi kuliner ditetapkan dengan kriteria tertentu, salah satu kesiapan, pelaku-pelakunya siap, makanannya beragam, dan sudah dianggap pemerintah daerahnya komit untuk mengembangkan, terus bisnisnya juga growth,"

"Penilaian ini dilakukan pada 2015 oleh tim khusus dari kemenpar yang terdiri dari para pakarnya untuk ke daerah untuk penilaian tersebut. Muncul 10 besar, lalu 5 besar, dan ditentukan 3 besar, Joglosemar, Bali, dan Bandung, ke tiga daerah ini dilihat sudah siap,” jelas Vita.

“Destinasi selalu ditentukan dengan kriteria, bukan berarti Jakarta, Padang, dan yang lainnya tidak menjadi destinasi kuliner, mungkin akan berkembang dengan sendirinya. Ini akan memicu daerah lain untuk berlomba-lomba untuk menjadi destinasi,” tambahnya.

Yang ketiga adalah melakukan co-branding terhadap sepuluh restoran makanan Indonesia yang ada di luar negri.

“Kami coba untuk di-co branding sepuluh restoran makanan Indonesia yang ada di luar negeri.Sebelumnya sudah pernah coba dibuat baru restoran Indonesia tetapi tidak berhasil dan tidak murah. Saya buat di China tetapi tidak terlalu berkembang, akhirnya saya memilih yang sudah jadi saja dan kemudian di co-branding oleh Wonderful Indonesia,” kata Arief.

“Tidak hanya restoran saja, tapi food truck pun kami mau meng-co-branding, atau lebih mudahnya memeberikan anggaran promosi bagi mereka. Jadi tidak masuk ke kuliner yang dijual secara spesifik tapi bagaimana menjual kuliner yang sudah ada. Kendala dalam mempromosikan makanan ke luar karena perlu biaya kalau mau terus terang, dan dana untuk itu tidak tersedia untuk mempromosikan kuliner ke luar. Cara lain kemudian ditempuh dengan meng-co branding yang sudah ada,” tambahnya.

Cara melakukan co-branding adalah dengan menempelkan logo Wonderful Indonesia di restoran dan Kemenpar berkewajiban untuk mempromosikan restoran tersebut.

https://travel.kompas.com/read/2018/09/20/141000727/kuliner-nasional-indonesia-terus-disiapkan-untuk-tarik-wisman

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke