Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Heko Genda, Musik Suling Khas Ende

Kamis (13/9/2018), KompasTravel mendengarkan sendiri heko genda, musik khas Ende di Flores. Liputan kali ini berbeda dengan liputan sebelumnya di Kabupaten Ende.

Hari itu heko genda dibawakan masyarakat Nangapanda untuk menyambut Pendiri Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Ramah Anak, Nila Tanzil dan Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Ende, Cornelis Wara bersama dengan pejabat teras lainnya di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Ende.

Hari itu Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Ramah Anak dan Pemerintah Daerah Kabupaten Ende meresmikan Taman Bacaan Pelangi yang ke-100 di Indonesia Timur yang dilaksanakan di Taman Bacaan Pelangi Sekolah Dasar Katolik Nangapanda I, Desa Ndorurea, Kecamatan Nangapanda.

Sesungguhnya heko genda jarang ditampilkan di muka publik, namun kali ini warga Nangapanda menampilkannya untuk menyambut tamu yang berbuat nyata bagi peningkatan sumber daya manusia di Pulau Flores pada umumnya dan khususnya di Kabupaten Ende melalui Taman Bacaan Pelangi.

Untuk mengungkapkan kegembiraan dan hormat kepada pendiri Taman Bacaan Pelangi itu maka warga Nangapanda menyambut kedatangan mereka di depan pintu gerbang Sekolah Dasar Katolik Nangapanda I dengan iringan musik heko genda.

Hari itu rombongan Ibu Nila Tanzil datang dari arah Timur dengan mobil travel yang disewanya. Memasuki komplek Sekolah Dasar Katolik Nangapanda I, pemusik heko genda sudah menunggu sambil meniup musik seruling, heko dan genda, gendang.

Rumba semacam gendang berbentuk bulat yang biasa ditabuhkan. Dari kejauhan rombongan mendengar musik heko genda. Semua rombongan yang didalamnya juga ada wartawan nasional sangat kagum dengan suara heko genda yang dimainkan pemusik dari Nangapanda.

Panitia peresmian Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Ramah Anak sudah siap menyambut Nila Tanzil dan Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Ende, Cornelis Wara bersama dengan jajarannya. Hari itu Asisten I mewakili Bupati Ende, Marsel Y Petu yang berhalangan hadir karena sedang tugas ke luar daerah.

Selanjutnya dua perempuan yang ditugaskan mengalungkan kain tenun selendang kepada Asisten I Sekretariat Daerah Kabupaten Ende, Cornelis Wara dan Ibu Nila Tanzil, Pendiri Taman Bacaan Pelangi di Indonesia Timur.

Selesai pengalungan penari dan pemain musik heko genda menghantar rombongan menuju ke tempat acara peresmian di halaman sekolah Dasar Katolik Nangapanda I. Setiba di pintu gerbang SDK Nangapanda I, kaum perempuannya menjemput rombongan dengan tarian khas setempat.

Hermanus Seto dan Arcadeus Siku, dua pemain heko genda kepada KompasTravel, Kamis (13/9/2018) menjelaskan, "heko" adalah bahasa lokal warga Ende yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia adalah suling. Ini merupakan alat tiup tradisional yang diwariskan leluhur orang Ende.

Dan "genda" yang biasa disebut rumba sejenis alat tabuh bulat seperti gendang, namun rumba ini berbentuk bulat, kalau gendang berbentuk bulat vertikal.

Seto dan Siku menjelaskan, musik tradisional ini merupakan warisan leluhur orang Ende di Nangapanda. Memainkan musik ini harus secara kelompok. Pemainnya bisa 15-25 orang apabila ada upacara besar di wilayah ini maupun di Kabupaten Ende.

Wihelmus Gaso, warga dari Kampung Teondua kepada KompasTravel menjelaskan musik heko genda sudah sering tampil di tingkat Kabupaten Ende saat acara hari Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya. Dulu pernah ditampilkan di Maumere, ibukota Kabupaten Sikka saat peresmian air bantuan dari Ausaid dari Australia.

“Saat peresmian Taman Bacaan Pelangi di SDK Nandapanda I musik ini ditampilkan sebagai rasa bangga dan kegembiraan dari warga setempat bagi lembaga yang memberikan perhatian bagi peningkatan minat baca anak kami di Nangapanda. Saat peresmian Taman Bacaan Pelangi yang ke-100 ada tujuh buah genda dan lima pemain musik heka,” katanya.

Ketua Heko Genda kampung tradisional Teondua, Bernadus Jania dan Sekretarisnya, Klemens Enu menjelaskan musik heko genda biasa ditampilkan saat ritual Nggua Ka Uwi atau ritual makan ubi.

Saat ritual itu dilangsungkan ada banyak lagu yang dimainkan dengan alat tiup heko, suling. Selain itu di tengah kampung tradisional Teondua ada Watu Tumbu Musu, batu leluhur. Biasanya pemain musik heko genda memainkan di sekeliling batu tersebut.

Pendiri Taman Bacaan Pelangi sekaligus Perpustakaan Ramah Anak di Indonesia Timur, Nila Tanzil kepada KompasTravel di Hotel Grand Wisata Ende, Kamis (13/9/2018) menjelaskan, dirinya jatuh cinta pada Indonesia Timur bermula dari keunikan alam bawah laut di Taman Nasional Komodo.

"Ikan parimanta yang ada di bawah laut di Taman Nasional Komodo memikat saya untuk lebih mencintai Indonesia Timur," katanya.

Tanzil menjelaskan, keindahan alam, budaya dan manusia di Indonesia Timur menantang dirinya untuk berbuat sesuatu bagi pengembangan dan kemajuan di Indonesia Timur.

“Saya tergugah dan terpanggil dengan melihat dan mendengarkan kisah anak-anak di pelosok Indonesia Timur yang minim bahan-bahan bacaan buku yang berkualitas. Bahkan, ada anak-anak usia sekolah belum bisa membaca. Minat baca buku anak-anak Indonesia Timur masih belum bisa bersaing dengan anak-anak di luar Indonesia Timur. Saya prihatin dengan kondisi anak-anak di pelosok Indonesia Timur yang belum terpenuh hak-hak mereka dalam mengakses buku bacaan berkualitas yang disedikan di perpustakaan sekolah. Ada perpustakaan sekolah namun belum difungsikan dengan baik,” katanya.

Tanzil menjelaskan, pergolakan batin untuk membantu anak-anak Indonesia Timur terus terjadi dalam dirinya. Sepulang dari menyelam di Raja Ampat, Papua Barat, Nila Tanzil memutuskan berhenti berkarya di korporasi.

“Memutuskan antara bekerja di korporasi dengan gaji yang lumayan besar dengan terjun di karya sosial dan kemanusiaan sangat berat awalnya. Antara pikiran dan perasaan selalu muncul pertimbangan apakah bisa terwujud niat baik untuk membantu anak-anak sekolah di Indonesia Timur. Perlahan tapi pasti karena kerja sama semua pihak dan penyandang dana maka Taman Bacaan Pelangi sudah mendirikan 104 Taman Bacaan Pelangi di Indonesia Timur. Perjuangan yang tidak mudah dan pengorbanan yang tidak kenal lelah demi sumber daya manusia di Indonesia Timur yang bisa bersaing dengan anak-anak sekolah dari daerah lain maupun luar negeri di masa yang akan datang,” kata Nila Tanzil.

https://travel.kompas.com/read/2018/09/26/131500927/heko-genda-musik-suling-khas-ende

Terkini Lainnya

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Pencabutan Status Bandara Internasional Tidak Pengaruhi Kunjungan Turis Asing

Travel Update
Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Bagaimana Cara agar Tetap Dingin Selama Heatwave

Travel Tips
Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Gedung Pakuan di Bandung: Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Travel Update
Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jogging with View di Waduk Tandon Wonogiri yang Berlatar Perbukitan

Jalan Jalan
7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

7 Tips Berkemah di Pantai agar Tidak Kepanasan, Jangan Pakai Tenda di Gunung

Travel Tips
Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Berlibur ke Bangkok, Pilih Musim Terbaik untuk Perjalanan Anda

Travel Tips
Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Cuaca Panas Ekstrem, Thailand Siapkan Wisata Pagi dan Malam

Travel Update
Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Pantai Kembar Terpadu di Kebumen, Tempat Wisata Edukasi Konservasi Penyu Tanpa Biaya Masuk

Travel Update
Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Siaga Suhu Panas, Petugas Patroli di Pantai Bangka Belitung

Travel Update
Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Cara ke Museum Batik Indonesia Naik Transjakarta dan LRT

Travel Tips
Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat 'Long Weekend'

Layanan Shower and Locker Dekat Malioboro, Personelnya Bakal Ditambah Saat "Long Weekend"

Travel Update
Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Museum Batik Indonesia: Lokasi, Jam Buka, dan Harga Tiket Masuk 2024

Hotel Story
3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

3 Destinasi Wisata Unggulan Arab Saudi, Kunjungi Museum Bersejarah

Travel Tips
Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Mengenal Subak Jatiluwih yang Akan Dikunjungi Delegasi World Water Forum 

Jalan Jalan
Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Area Baduy Dalam Buka Lagi untuk Wisatawan Setalah Perayaan Kawalu 

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke