Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Serunya Gowes Susur Lembah Bengawan Solo Purba

WONOGIRI, KOMPAS.com - Lebih dari seribu peserta mengikuti acara gowes susur Lembah Bengawan Solo Purba di Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri, Minggu (18/11/2018).

Acara itu merupakan rangkaian dari Festival Geopark Gunung Sewu, Geo Area Wonogiri yang digelar oleh Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Wonogiri di Museum Karst Indonesia, mulai Sabtu (17/11/2018).

Menurut panitia acara, Ari Winanto, acara gowes yang rutin diselenggarakan sejak tahun 2016 ini bertujuan untuk mengenalkan geosite Lembah Bengawan Solo Purba beserta kehidupan masyarakat di sekitarnya kepada khalayak.

Tahun ini, peserta gowes harus menempuh rute yang telah ditentukan oleh panitia sejauh sekitar 27 kilometer. Acara gowes dimulai pada pukul 07.00 WIB dengan garis start dari Museum Karst Indonesia.

Sebelum memasuki Lembah Bengawan Solo Purba, para peserta terlebih dahulu harus melintasi rute perkampungan penduduk sebelah utara Jalan Nasional III sampai rest area pertama di Desa Suci, Kecamatan Pracimantoro, Wonogiri.

Menyusuri lembah kering sungai purba

Selanjutnya, perjalanan berlanjut ke arah selatan memasuki kawasan Lembah Bengawan Solo Purba. Usai beberapa saat menyeberangi Jalan Nasional III, peserta mulai memasuki kawasan lembah sungai purba itu.

Seribuan sepeda kemudian melintasi jalan desa di samping lembah. Rute yang bervariasi berupa tanjakan dan turunan harus dilewati para peserta. Jalan pun tidak selalu baik, terkadang kondisinya berlubang sehingga membutuhkan kehati-hatian.

Panorama alam yang asri senantiasa mendampingi peserta gowes ketika melintas di Lembah Bengawan Solo Purba. Deretan pegunungan menjulang tinggi di samping kanan-kiri lembah. Tampak pula gua di pegunungan itu yang dulunya merupakan tempat tinggal manusia purba.

Jika ditelusuri ke arah hilir, nantinya lembah sungai purba ini akan berakhir di Pantai Sadeng, Girisubo, Kabupaten Gunung Kidul. Namun rute gowes tidak sampai Pantai Sadeng. Rest area kedua ada di perkampungan sekitar lembah, yakni Dusun Tileng, Desa Gambirmanis.

Usai rest area dua, rute perjalanan mulai melewati jalan setapak di dasar lembah. Terkadang peserta harus menuntun sepeda mereka ketika melintasi jalan setapak yang sempit. Dasar lembah ini juga dimanfaatkan warga sebagai kawasan pertanian karena tanahnya yang subur.

Setelah melewati jalan setapak di tengah lembah, peserta gowes tiba di perkampungan selanjutnya. Rest area terakhir ada di Dusun Mendak, Desa Petirsari. Garis finish kemudian ada di Desa Sumberagung, Kecamatan Pracimantoro.

Diikuti oleh Bupati Wonogiri

Salah satu dari peserta Gowes Susur Lembah Bengawan Solo Purba ini adalah Bupati Wonogiri, Joko Sutopo. Dengan mengenakan kaus berwarna biru, ia gowes sambil menyapa dan berinteraksi dengan masyarakat sepanjang rute, terutama di rest area.

“saya pribadi punya tujuan untuk menjadikan gowes sebagai media publikasi. Artinya apa, kita bisa berolahraga, kita bisa bersilaturahim dengan masyarakat, sekaligus mendapatkan input aspirasi dari masyarakat,” ujar dia.

Bupati Joko melanjutkan, media ini memang sengaja diciptakan agar antara pemerintah dengan masyarakat tidak ada sekat sehingga pihaknya bisa bercengkerama langsung dengan masyarakat.

Pak Jekek (sapaan Bupati Wonogiri) juga menyempatkan diri bercengkerama dan berfoto bersama warga. Ia pun beberapa kali tampak dengan saksama mendengarkan berbagai keluhan mereka.

Masyarakat pun sangat antusias dalam meramaikan acara gowes. Di rest area, mereka menggelar pertunjukan kesenian tari tradisional dengan diiringi live gamelan. Tak ketinggalan, makanan dan minuman khas tersaji bagi peserta secara gratis.

Kemeriahan acara juga terlihat di titik finish, Desa Sumberagung. Panitia menggelar pasar rakyat dan panggung hiburan bagi para peserta. Ini merupakan upaya pemberdayaan untuk masyarakat sekitar.

Akan diadakan kembali di tahun 2019

Acara gowes ini rencananya akan kembali digelar tahun 2019 mendatang. Tentunya, ada beberapa perbaikan yang akan dilakukan oleh panitia, salah satunya adalah semakin banyak melibatkan masyarakat dalam menampilkan seni budaya dan potensi daerah.

Hal itu disampaikan ketua pantia gowes, Anto Wijaya. Pihaknya akan berkoordinasi dengan tokoh-tokoh setempat untuk menampilkan kembali potensi sepanjang rute pada penyelenggaraan acara selanjutnya, mulai dari seni budaya sampai produk hasil masyarakat.

Anto melanjutkan, acara tahun depan rencananya akan diadakan di waktu yang lebih tepat. Menurutnya penyelenggaraan tahun ini sedikit kurang tepat karena kondisi alam masih terlalu kering. Banyak telaga alami di sepanjang rute gowes yang airnya surut.

“Mudah-mudahan tahun depan kita bisa menemukan satu tanggal dan waktu yang pas yang mana nanti situasi view alamnya lebih hijau,” ujar dia.

https://travel.kompas.com/read/2018/11/20/070900727/serunya-gowes-susur-lembah-bengawan-solo-purba

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke