Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Reza Sulila, Nou Gorontalo Ujung Tombak Pariwisata

Nou dan Uti, seperti None dan Abang Jakarta, merupakan  seleksi kaum muda Gorontalo untuk memilih yang terbaik, cerdas, berkepribadian dan visioner.

Reza Seprianty Sulila yang akrab disapa Eca, bersama  Bayu Anggala Putra dari Boalemo yang terpilih sebagai Uti, menjadi ujung tombak komunikasi pariwisata Gorontalo.

Eca adalah mahasiswa semester 3 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Gorontalo.  Ia memahami daerahnya sebagai provinsi yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata, Gorontalo menyimpan kekayaan alam dan budaya.

“Hutan kami masih yang terbaik di kawasan Wallacea, juga tradisi yang masih dianut masyarakatnya. Silakan datang untuk membuktikan,” ujar Eca.

Ia menyontohkan, mulai manusia Gorontalo masih dalam rahim ibunya, tradisi sudah dijalankan untuk memuliakan kehidupannya, dijalankannya tradisi molonthalo atau raba puru yang diikuti kerabat dan tetangga, juga saat dilahirkan yang dilanjutkan dengan mohuntingo, momeati, siraman, pernikahan dengan ragam tata upacara hingga pada kematian manusia.

“Kekayaan budaya ini belum banyak dieksplorasi untuk kepentingan pariwisata, menggerakkan ekonomi masyarakat,” ujar Eca.

Eca yakin pariwisata Gorontalo akan berkembang seiring waktu tanpa harus menunggu waktu yang lama. Ia memaparkan, kekayaan alam yang berlimpah, hutan yang masih perawan merupakan rumah yang nyaman berbagai satwa unik, termasuk yang endemik.

Posisi Gorontalo di kawasan Wallacea menjadikan daerah ini memiliki keragaman hayati yang unik, perpaduan antara Asia dan Australia. Sang penjelajah dunia, Alfred Russel Wallace sudah membuktikan betapa kaya daerah ini.

“Sudah banyak wisatawan asing yang datang, namun ini perlu digenjot lagi agar memberi manfaat yang lebih banyak bagi masyarakat,” ujar Eca.

Ia menyadari selama ini banyak wistawan asing hanya lalu lalang di Gorontalo dalam perjalanannya antara Manado dan Togean.

“Kami punya semuanya, tinggal bagaimana strategi komunikasinya,” ujar Eca.

Ia tidak sendirian, banyak orang  yang memiliki visi yang sama untuk kemajuan pariwisata Gorontalo. Mereka berada di berbagai lini, hotel, travel, pemandu, restoran, sanggar seni, masyarakat lokal, juga pemerintah.

Eca berharap semua unsur ini bisa bersinergi yang mampu menghasilkan percepatan pengembangan pariwisata, seperti yang diharapkan Nancy Lahay, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo.

“Kami berusaha melakukan koordinasi dengan pemangku kepentingan pariwisata, termasuk dengan pemerintah kabupaten/kota,” kata Nancy Lahay.

Gorontalo memiliki keindahan laut di perairan utara, membujur dari perbatasan dengan Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara hingga ke perbatasan Buol, Sulawesi Tengah.

Di sepanjang  pantai ini terdapat lebih dai 50 pulau kecil yang eksotis, termasuk Pulau Saronde yang terkenal, Pulau Raja, Mas dan Popaya yang menjadi Cagar Alam kelas dunia. Bahkan Pulau Raja ini menjadi kawasan konservasi setelah ditetapkan oleh Ratu Wilhemina, pada masa kolonial Belanda.

Sementara di perairan selatan, Teluk Tomini adalah jaminan keindahan tersendiri. Teluk terbesar di dunia yang berada di khatulistiwa ini menyimpan keindahan lautan tiada tara.

Salah satunya adalah Kepulauan Togean yang masuk wilayah Sulawesi Tengah, keindahan serupa juga berada di wilayah Gorontalo seperti taman laut Olele.

Ia berharap para wisatawan asing bisa berlama-lama tinggal di Gorontalo karena apa yang dibutuhkan ada di sini. Jika sudah mendapat kepercayaan wisatawan, ini harus dijaga agar reputasi daerah ini terus meningkat di mata internasional.

https://travel.kompas.com/read/2018/12/17/075200527/reza-sulila-nou-gorontalo-ujung-tombak-pariwisata

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke