Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pertahankan Resep Kuno, Becek Ndeso Bu Yati Digemari Para Pejabat

Masakan berkuah asam yang mengandalkan olahan rendaman iga sapi sebagai senjatanya ini merupakan warisan leluhur yang telah menjadi ikon Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Dahulu kala, warga pedesaan di Kabupaten Grobogan meramu becek untuk disajikan sebagai hidangan khas saat ada hajatan rakyat saja.

Namun, seiring perkembangan dari masa ke masa, makanan berkuah segar yang begitu sedap menggoyang lidah itu mulai dikomersialkan.

Saat ini cukup mudah menemukan sejumlah rumah makan yang menjajakan becek di wilayah Kabupaten Grobogan.

"Entah kapan nama becek itu mulai populer. Becek mulai dijual di warung-warung sekitar tahun 2000-an," kata Sekda Kabupaten Grobogan, Moh Sumarsono.

Para pelaku usaha kuliner yang menggeluti santapan becek pada umumnya masih berupaya mempertahankan keaslian ramuan becek. Secara turun temurun resep nenek moyang itu terus dilestarikan.

Bumbu-bumbu becek lazimnya sama, diantaranya bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, dan cabai. Dikombinasikan dengan daun kedondong dan daun dayakan untuk menciptakan rasa asam pada kuah.

Salah satu warung makan spesial becek yang menjual cita rasa tradisional adalah warung makan "Yati Becek". Rumah makan yang berlokasi di Desa Krangganharjo, Kecamatan Toroh, Grobogan ini beroperasi dari pagi hingga malam hari.

Meski letaknya jauh dari perkotaan, namun ramuan becek dari olahan tangan sang pemilik warung, Paryati (56), mampu menyedot pembeli dari berbagai kalangan masyarakat. Bahkan, rasa becek yang disajikan langsung oleh Paryati itu digemari oleh para pejabat.

"Bupati terdahulu dan jajarannya sering jajan ke sini. Pejabat-pejabat banyak yang langganan becek saya. Becek ndeso tetapi idola para pejabat," kata Bu Yati sapaannya kepada Kompas.com, Jumat (1/2/2019).

Menurut Yati, ia mulai menggeluti bisnis kuliner becek iga sapi sekitar 27 tahun yang lalu. Semula, Yati yang hobi memasak itu berburu resep kuno becek ke pelosok-pelosok desa di wilayah Kabupaten Grobogan.

"Resepnya sama dengan becek-becek lainnya. Hanya saja saya punya resep rahasia yang bisa menambah kenikmatan kuah becek. Iga sapi juga saya rendam dengan bumbu khusus yang menambah nendang rasa dagingnya. Ini resep kuno yang saya peroleh dari desa ke desa dan ini rahasia," kata ibu tiga anak itu.

Tak Pelit Bumbu

Sepintas sajian becek iga sapi buatan Yati tidak berbeda jauh dengan becek-becek yang lain. Hanya saja, dari segi kualitas rasa, becek iga sapi milik Yati tak bisa diremehkan. Becek iga sapinya berkarakter kuat karena tidak pelit bumbu.

Kenikmatan becek iga sapinya langsung terasa saat pertama kali kita mencicipi kuahnya. Kuah rebusan iga sapi bercampur dengan asam pedasnya resep kuno becek begitu memikat. Susah menghentikan nafsu untuk menyeruput berkali-kali kuah beceknya yang segarnya sangat memanjakan lidah.

Selain kuahnya yang aduhai, tebalnya daging sapi yang melekat pada tulang itu begitu mulus mengelupas saat bersentuhan dengan bibir. 

Iga sapi dalam becek Bu Yati, dagingnya lebih tebal jika dibandingkan dengan becek-becek lain. Karenanya, dari segi harga lebih mahal yakni Rp 37.000 per porsi. Cukup sebanding juga dengan kepuasannya. Apalagi Bu Yati mempersilakan menambah nasi sekenyangnya.

Becek Bu Yati tidak disajikan dengan cabai hijau yang telah digoreng. Untuk menambah cita rasa pedas, Bu Yati lebih memilih langsung merajang cabai untuk dijadikan satu dengan bumbu becek.

"Saya tidak pelit bumbu. Inilah sebenarnya yang membedakan. Umumnya supaya irit, bumbu ditumbuk, sedangkan saya bumbunya dirajang. Kalau dirajang membutuhkan setengah kilogram bawang merah untuk 10 kilogram iga. Nah kalau ditumbuk lebih irit lagi atau istilahnya pelit bumbu. Becek buatan saya, cabai langsung dirajang dijadikan satu dengan kuah. Jadi kuahnya terasa lebih pedas," ungkap Yati.

Dalam sehari, di warung kecilnya itu, Yati mengaku mampu menghabiskan 20 kilogram iga sapi untuk becek yang ia jual. Yati hanya dibantu seorang pekerja dalam urusan melayani pengunjung warung beceknya.

"Alhamdulilah, sehari rata-rata seratus pengunjung yang datang," kata Yati.

"Saya baru pertama kali mencobanya. Luar biasa beceknya. Dagingnya empuk dan kuahnya sangat enak. Pokoknya maknyus! Harga segitu saya rasa wajar dengan rasanya yang memuaskan dan dagingnya yang tebal. Siapa pun harus mencobanya. Rugi kalau datang ke Grobogan tidak mencicipi becek Bu Yati," ungkap Adi.

https://travel.kompas.com/read/2019/02/02/150400027/pertahankan-resep-kuno-becek-ndeso-bu-yati-digemari-para-pejabat

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke