Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Bar dan Pub Tahun 70-an yang Masih Beroperasi di Jakarta

Namun sayangnya, sebagian besar bar, diskotek hingga pub yang dibangun pada era 70-an kini telah gulung tikar. Sebut saja Tanamur atau Tanah Abang Timur, Green Pub, Nirwana, hingga Mini Disco yang kini tinggal nama.

Namun tahukah Anda, masih ada bar hingga pub di sekitar Jakarta yang dibangun pada era 70-an yang masih beroperasi hingga saat ini? Pub dan bar ini merupakan milik keluarga artis senior Frans Tumbuan dan Rima Melati. Kini, tempat-tempat hiburan malam tersebut dikelola oleh sang anak, Ardianto Airlangga.

Lalu dimana saja lokasi bar hingga pub era 70-an itu? Berikut Kompas.com merangkumnya untuk Anda.

1. Jaya Pub

Jaya Pub didirikan pada tahun 1975 dan masih aktif beroperasi hingga kini. Pub ini berlokasi di Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, tepatnya di belakang Gedung Jaya di kawasan Sarinah.

Lima tahun yang lalu pub ini berada lebih dekat dengan Gedung Jaya, namun karena proyek pelebaran Kali Cideng, pub ini berpindah lokasi. Meski telah berpindah lokasi, interior hingga suasana yang dihadirkan di pub ini tetap dipertahankan seperti 44 tahun yang lalu.

Ketika berkunjung, Anda harus masuk melalui sebuah pintu kaca gelap dan menaiki tangga terlebih dahulu. Di sana Anda akan menemukan pintu masuknya.

Hampir seluruh interior dalam pub ini terbuat dari kayu, mulai dari dinding berlapis kayu, lantai berlapis kayu, meja dan kursi, hingga bar yang terbuat dari kayu.

Lagu-lagu yang biasa dibawakan oleh grup band di pub ini biasanya juga merupakan lagu tahun 70-an. Tak hanya itu, para pelayan mengenakan kemeja putih, rompi dan celana hitam, serta sepatu pantofel yang merupakan ciri khas pelayan pub tempo dulu.

Di sini Anda akan dapat menemukan beragam jenis makanan western dan Asia. Menurut Ardianto konsep makanan, minuman, lagu, hingga interior pub sengaja tak diubah sama sekali.

2. Le Bistro

Le Bistro merupakan restoran dan bar yang lokasinya tak terlalu jauh dari Jaya Pub. Anda cukup berjalan kaki sekitar 100 meter untuk menuju ke sana.

Menurut Ardianto, Le Bistro didirikan di waktu yang tak terpaut jauh dari Jaya Pub. Sama halnya dengan Jaya Pub, Le Bistro juga memiliki konsep yang sama seperti ketika pertama kali didirikan.

Interior Le Bistro mirip dengan interior Jaya Pub. Mayoritas barang dan interior Le Bistro terbuat dari kayu.

Le Bistro juga menampilkan live music. Hanya saja, jika di Jaya Pup terdapat panggung utama untuk menampilkan grup band lengkap dengan sound system berukuran besarnya, Le Bistro hanya memiliki ruang tak begitu luas untuk meletakkan piano tua yang menjadi satu-satunya hiburan untuk pengunjung.

Di sisi selatan piano, sebuah bar yang terbuat dari kayu diletakkan dan dapat melayani permintaan minuman beralkohol para tamu.

Le Bistro menjual berbagai menu makanan Perancis. Namun nasi goreng, sop buntut, hingga sate juga masih dapat ditemui di sini.

3. La Bodega

La Bodega merupakan bar dan restoran ketiga milik keluarga Frans Tumbuan yang masih beroperasi hingga saat ini. Lokasinya di Jalan Terogong Raya, Cilandak Jakarta Selatan. La Bodega juga didirikan pada tahun 70-an.

Konsep La Bodega tak jauh berbeda dengan Le Bistro. Interior terbuat dari kayu, live music, minuman beralhohol juga masih dipertahankan seperti saat pertama kali dibangun.

Ardianto memiliki alasan khusus mengapa tiap bar dan pub ini masih dipertahankan beroperasi hingga kini.

“Ya nomor satu gini, selain itu yang menciptakan orang tua kami sendiri, dan juga masih ada market yang membutuhkan tempat seperti ini. Jadi kami putuskan tidak merubah dan kita tetap meneruskan seperti Jaya ini pertama kali dibangun.  Jadi tidak ada perubahan dari segi dekor, tipe lagu, dari segi market,” papar Ardianto saat dihubungi Kompas.com baru-baru ini.

Menurutnya, tak banyaknya pub dan bar tahun 70-an yang masih beroperasi menjadi sebuah peluang baginya. Apalagi melihat kecenderungan anak muda sekarang yang berbalik menyukai hal-hal yang berbau klasik.

“Tentunya kan ada regenerasi ya, cuma memang klien kami adalah umuran yang lebih dewasa. Tapi mahasiswa mungkin saja datang karena sekarang kan zaman berputar ya. Kalau kita lihat sudah banyak yang mulai bosan dengan hiruk pikuk barangkali. Terus mereka udah mulai kembali kepada lagu-lagu klasik, maksudnya klasik itu yang 70-an, 80-an, yang bisa diterima sama kuping mereka sekarang,” ungkapnya.

Jadi bagaimana? Tertarik mengunjungi tempat-tempat hiburan malam kasih ini?

https://travel.kompas.com/read/2019/04/20/100200227/ini-bar-dan-pub-tahun-70-an-yang-masih-beroperasi-di-jakarta-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke