Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Semilir Angin Segar dari Danau Toba

Pada sebuah sore jelang kepulangan ke Jakarta, saya masih ingin menjelajahi Danau Toba. Keindahan alam Danau Toba yang dikelilingi tebing dengan ketinggian 1.200 meter ini serasa memanggil untuk datang.

Akhirnya, dari Bandara Silangit di Siborong-Borong, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, Bukit Penatapan Hutaginjang jadi pilihan. Sebuah pilihan obyek wisata yang tak pernah saya sesalkan untuk dikunjungi.

Letak Bukit Panatapan Huta Ginjang berada sekitar 8 kilometer dari Bandara Silangit. Bukit Huta Hinjang menawarkan pemandangan Danau Toba dari ketinggian.

Di sepanjang jalan menuju lokasi Huta Ginjang, banyak pepohonan pinus yang tumbuh di di pinggir jalan.

Sejauh mata memandang, hamparan hutan pinus yang kokoh dan tumbuh liar menjadi pemandangan yang menyegarkan mata dan siap membuat hati tenang bagi yang melihatnya.

Begitu tiba, semilir angin bertiup di punggung bukit yang terjal di sisi ujung yang menghadap ke Danau Toba. Seorang warga dari Tapanuli Utara, Danang, menyebutkan Bukit Panatapan Huta Ginjang ini juga merupakan tempat landasan terbang olahraga udara gantole dan paralayang.

Bukit Huta Ginjang memang salah satu alasan yang tepat saat berlibur ke Danau Toba. Bagi warga ibukota seperti saya yang kerap terjebak dengan kemacetan lalu lintas, Huta Ginjang adalah tempat yang bisa meningkatan hormon endorphin.

"Di sini tempat yang pas untuk berlibur. Kalau dari Bandara Silangit, mesti mampir ke Huta Ginjang," kata Danang.

Lokasi Bukit Huta Ginjang terletak di ketinggian sekitar 1.555 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dataran berketinggian setengah dari tinggi Gunung Gede di Jawa Barat ini memang kaya akan angin yang bertiup.

Di sekitar bukit, terdapat toilet yang bisa digunakan oleh wisatawan. Beberapa penjual juga terlihat menjajakan makanan dan minuman.

Danang menceritakan obyek wisata Bukit Huta Ginjang memang kerap menjadi incaran wisatawan. Rata-rata wisatawan ingin menghabiskan waktu untuk menikmati pemandangan hamparan air Danau Toba dari ketinggian.

Danau Toba memang menyimpan keajaiban. Di balik danau yang membentang luas nan elok, Danau Toba ternyata merupakan sebuah gunung.

Kini, gunung api raksasa (supervolcano) bersemayam di bawah Danau Toba. Setelah meletus hebat, Kaldera Toba tertutup bebatuan beku. Air kemudian mengisi kaldera hingga membentuk danau.

Perjalanan saya ke Bukit Huta Ginjang memberikan pengalaman yang tak terlupakan, setidaknya hingga saat ini. Kesan megah dan magis Danau Toba selalu memanggil kembali untuk datang. Akankah saya bisa menikmati angin segar di Danau Toba?

Pada akhir bulan Juli 2019, Jokowi bersama menteri-menteri terkait seperti Menteri Pariwisata, Arief Yahya; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono; Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perhubungan, Budi Karya Sumadi bertolak ke Danau Toba dalam rangka kunjungan kerja untuk memastikan pengembangan pariwisata Danau Toba.

Pemerintah sepakat untuk mempercepat pembangunan destinasi wisata Danau Toba agar menjadi destinasi wisata yang berskala internasional. Jokowi mengatakan, pembangunan akan dimulai tahun ini dan diperkirakan rampung pada 2020.

"Dulu (kita) memutuskan dan merencanakan pengelolaan Danau Toba sebagai sebuah destinasi wisata yang betul-betul berkelas. Tetapi produk di sini harus diperbaiki, brandnya harus diangkat. Sehingga betul- menjadi sebuah tempat yang wajib dikunjungi,” ungkap Jokowi, saat mengunjungi Geosite Sipinsur, Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.

Pengembangan wisata Danau Toba juga akan dilakukan secara terintegrasi, dengan mengkaji aspek alam, sumber daya manusia, budaya, sosial dan potensi investasi yang akan menambah devisa negara. Hal itu diharapkan akan berujung pada kesejahteraan masyarakat.

Salah satu cara yang dipilih untuk mengembangkan pariwisata Danau Toba yaitu penetapan strategi storynomics tourism. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, penetapan strategi storynomics tourism berlandaskan pada kekayaan budaya Indonesia.

“Awareness berkaitan dengan marketing, sedangkan experience berkaitan dengan faktor aksesibilitas, amenitas, dan atraksi (3A) yang melekat ke setiap destinasi-destinasi wisata. Kedua hal tersebut harus menjadi satu kesatuan yang padu,” katanya dalam siaran pers.

“Kalau itu infrastur dasar sudah selesai, investor akan cepat masuk. Itulah destinasi super prioritas,” ujar Arief saat ditemui di Jakarta.

Di Danau Toba, menurut Arief sudah ada 7 investor ingin menanamkan investasi tahap pertama yaitu Rp 6 triliun. Investor tertarik untuk membangun nomadic tourism seperti glamorous camping (glamping) dan penginapan berbasis high end market.

Danau Toba sendiri dari tahun ke tahun mengalami peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung. Pada tahun 2017, wisatawan yang berkunjung ke Danau Toba mencapai 300.000 orang. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya wisatawan yang datang, kurang dari 200.000 orang.

Dari segala rencana pemerintah untuk pengembangan pariwisata Danau Toba seakan membawa angin segar. Danau Toba kini selangkah menuju wisata berkelas dunia.

https://travel.kompas.com/read/2019/08/22/070000527/semilir-angin-segar-dari-danau-toba

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke