Memang sebelum Waduk Gajah Mungkur ada, wilayahnya merupakan kawasan permukiman yang terdiri dari tujuh kecamatan, yakni Wonogiri, Ngadirojo, Nguntoronadi, Baturetno, Giriwoyo, Eromoko, dan Wuryantoro.
Hal itu memang benar adanya. Saat KompasTravel menyusuri dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut di Kecamatan Wuryantoro Hari Minggu (8/9/2019) lalu, tampak beberapa peninggalan permukiman masa lalu di sana.
Akses menuju dasar Waduk Gajah Mungkur yang KompasTravel lewati adalah dari Pasar Wuryantoro ke arah selatan. Jika musim kemarau, jalan itu akan mencapai dasar waduk yang surut. Sebaliknya jika musim hujan, jalan akan terputus oleh air waduk.
Peninggalan infrastruktur hingga permukiman
KompasTravel menemukan peninggalan infrastruktur berupa jalan hingga jembatan yang dulu merupakan jalan utama Wonogiri menuju Kecamatan Pracimantoro. Masih tampak sisa aspal dan jembatan yang bahkan bisa dilalui kendaraan.
Sementara itu, tampak pula beberapa peninggalan permukiman masa lalu yang telah ditinggalkan sekitar 39 tahun yang lalu.
Selebihnya dasar Waduk Gajah Mungkur yang surut dimanfaatkan oleh warga masyarakat untuk menanam padi karena kondisinya yang masih cukup basah. Bagian yang tidak menjadi sawah juga berubah menjadi padang rumput hijau yang menyegarkan mata.
Saksi hidup saat Waduk Gajah Mungkur merupakan permukiman
Ternyata masyarakat yang menanam padi di areal persawahan tersebut beberapa di antaranya dulu merupakan warga permukiman yang terdampak pembangunan Waduk Gajah Mungkur.
KompasTravel bertemu dengan seorang warga bernama Darti yang dulunya merupakan warga Desa Pondok Sari. Kini desa itu sudah tidak ada karena menjadi bagian Waduk Gajah Mungkur. Kini, ia merupakan warga Sumberejo, Kecamatan Wuryantoro, Wonogiri.
“Saya tidak ikut pindah (transmigrasi) karena masih punya tanah yang tidak terdampak. Dulu sawahnya di sana (luar waduk), tetapi rumahnya di sini (yang kini menjadi waduk). Yang punya tanah ya enggak ikut transmigrasi, tetapi tetap dapat ganti rugi,” ujar Darti.
Ia melanjutkan, warga yang tidak mempunyai tanah lagi akan ikut transmigrasi bedhol desa ke Sumatera.
Kondisi sekitar saat belum menjadi Waduk Gajah Mungkur juga masih diingatnya dengan baik. Salah satunya adalah jalan utama Wonogiri-Pracimantoro masa lalu yang kini ada di dasar waduk.
“Dulu itu jalan besar, mas. Kalau dari Wonogiri mau ke Pracimantoro, ya lewatnya jalan itu. Dulu sungai di bawah jembatan itu besar dan dalam. Namanya Sungai Tempuran karena merupakan gabungan dua sungai,” kata Darti.
Jalan itu dulunya dilewati oleh berbagai jenis kendaraan, mulai truk, bus hingga mobil. Bahkan ia masih ingat lokasi biasa bus menurunkan penumpang.
Darti juga masih hafal lokasi rumahnya dulu. Kini rumahnya dulu sudah tidak tersisa lagi. Saat waduk surut, lahan bekas rumahnya turut menjadi areal persawahan.
“Itu yang ada motor itu, mas. Terus agak ke pojok sedikit. Itu dulu rumah saya,” ujar Darti sembari menunjuk lokasi rumahnya dulu.
Selain rumahnya, ia juga masih hafal lokasi tetangganya. Salah satunya adalah rumah Kepala Dusun yang dulunya ada di dekat jembatan.
Jalan utama ternyata bukan hanya Wonogiri-Pracimantoro saja. Terdapat jalan yang mengarah ke timur di selatan jembatan. Jalan itu dulunya adalah akses dari Kecamatan Wuryantoro menuju Baturetno atau sebaliknya.
“Dulu ini juga jalan utama, mas kalau mau ke Baturetno. Jalan ini ramai, banyak kendaraan yang melintas. Jalan ini biasanya dilewati mereka yang akan berjualan di Pasar Baturetno atau Wuryantoro,” imbuh Darti.
Ia juga masih ingat tempat para pedagang biasanya berhenti di suatu rumah makan atau penginapan saat hendak menjual barang dagangannya.
“Di situ dulu ada warung punya Bu Darso. Warung itu dulu ramai oleh pedagang yang beristirahat. Biasanya pedagang menginap dulu di sana kalau ingin berjualan di Pasar Wuryantorom” kata Darti.
Tempat tinggal Presiden RI ke-2?
Saat KompasTravel hendak berpamitan, Bu Darti tiba-tiba mengatakan jika Presiden Indonesia kedua, Suharto pernah tinggal di permukiman yang kini ada di dasar Waduk Gajah Mungkur.
“Dulu Pak Harto semasa kecil tinggal di rumah pakde-nya, Pak Bei Tani. Dulu kalau enggak salah ia pernah tinggal di sini (sambil menunjuk salah satu areal sawah), sebelum pindah ke tempat yang sekarang ini menjadi Museum Wayang Indonesia,” imbuh dia.
Memang Kecamatan Wuryantoro pernah menjadi lokasi masa kecil Presiden Indonesia kedua. Rumah masa kecil Pak Harto yang bisa dikunjungi sekarang ada di Museum Wayang Indonesia, Wuryantoro.
https://travel.kompas.com/read/2019/09/12/140000627/mengenang-perkampungan-yang-kini-menjadi-waduk-gajah-mungkur-wonogiri
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.