Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Rasakan Markisa dari Dataran Tinggi Gayo

Jalan lintas itu dibuka untuk umum dua tahun terakhir. Dulu, jalan itu hanya dilalui oleh mobil angkutan kayu pinus milik PT Kertas Kraf Aceh.

Pinus dari Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah diangkut sebagai bahan baku pengolahan kertas ke pabrik PT KKA di Desa Jamuan, Kecamatan Banda Baro, Kabupaten Aceh Utara.

Jalan ini pula menjadi pendorong kawasan wisata di dua kabupaten di dataran tinggi tersebut yaitu Aceh Tengah dan Bener Meriah. Petani memanfaatkan akses mudah untuk membuka usaha baru seperti menjual hasil pertanian kepada wisatawan.

Salah satunya terlihat di sepanjang kiri-kanan Desa Bale Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah. Di sepanjang jalan ini, warga mendirikan tenda dan pondok kecil di depan rumah.

Di tenda itu, aneka buah khas dataran tinggi dijual untuk wisatawan. Buah yang paling diburu yaitu markisa.

“Kalau untuk masyarakat umum mereka tak akan beli. Biasa ini memang wisatawan yang beli, buat oleh-oleh pulang dari Aceh Tengah atau Bener Meriah,” sebut Uni Kasim, seorang pembeli yang ditemui Kompas.com.

“Saya timbang itu dua kilogram. Tapi namanya buah pasti akan susut dari sisi berat. Kan dia layu juga kalau lama,” kata Uni.

Ia menjamin markisa itu manis dan segar. Pasalnya, langsung dibeli dari petani di desa itu.

“Pohonnya jauh ke pegunungan. Kami beli setiap kali petani panen dan bawa pulang ke kampung,” katanya.


Untuk buah lainnya, seperti nanas, dan terong belanda, sambung Uni, dijual sesekali.

“Nenas juga khas daerah sini. Tapi dia tidak ada tiap hari. Karena petaninya sedikit. Kalau markisa itu bisa ada tiap hari,” katanya.

“Kalau akhir pekan seperti Sabtu dan Minggu, itu bisa lebih banyak. Karena sebagian wisatawan dari kabupaten lain mengunjungi daerah ini akhir pekan,” katanya.

Ucapan Uni diamini seorang pembeli Hamdani. Menurutnya, kualitas markisah dataran yang dihuni suku Gayo itu terjamin.

“Buahnya terjamin manis. Seperti pedagang memilihnya. Tidak ada buah yang asam,” kata Hamdani.

Setiap kali ke Gayo, sambung Hamdani, dia singgah di Desa Bale Musara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah, untuk membeli oleh-oleh berupa buah.

“Bahkan buahnya tidak ada yang busuk,” kata Hamdani dan ditimpali oleh Uni. Baginya berjualan harus jujur.

“Saya pun kalau nerima buah busuk atau tidak bagus, pasti kesal. Begitu juga pembeli. Apalagi ini wisatawan pembelinya, itu bisa merusak citra pedagang seluruhnya,” katanya.

Gerimis mulai turun sore itu. Pelan-pelan kami meninggalkan pedagang. Di sana buah segar masih menggantung. Menunggu pembeli membawa pulang.

https://travel.kompas.com/read/2019/10/04/160000327/rasakan-markisa-dari-dataran-tinggi-gayo

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke