Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bandara Soetta Ingin Jadi Terbaik, Travel Blogger: Cari Parkir 3 Jam

Sebab, menurut pengguna hingga pengamat, menjadi yang terbaik perlu peningkatan kualitas, bukan sekadar branding. 

Bahkan, jika dibandingkan dengan Bandara Changi, Singapura—Soetta dianggap masih kalah jauh. Plus, saat ini Changi masih menduduki peringkat pertama bandara terbaik versi Skytrax.

Namun, apakah Bandara Soetta benar-benar belum laik menjadi yang terbaik?

Kompas.com menghubungi beberapa travel blogger yang sering wira-wiri antar-bandara untuk menanggapi ajakan dukungan kepada Bandara Soetta menjadi yang terbaik di dunia.

Kondisi terminal panas saat siang hari

Travel blogger Wira Nurmansyah merasa Bandara Soetta belum saatnya untuk bisa masuk dalam nominasi bandara terbaik dunia.

Sebab, menurutnya, masih sangat banyak hal yang harus dibenahi. Terlebih jika harus mengalahkan Changi Airport.

Ada beberapa alasan dari anggapan Wira, mulai dari kondisi fasilitas hingga infrastruktur di Bandara Soetta, khususnya di Terminal 3 yang punya ukuran paling besar.

Menurutnya, kondisi di terminal itu sangat panas, terutama di siang hari. Selain itu, pencahayaan juga remang-remang, serta lampu sorot yang terlalu tajam di beberapa titik.

"Lalu alur kedatangan yang kurang jelas, kondisi area shelter kendaraan umum juga hampir selalu macet karena kurang jalur dan skytrain yang kurang banyak intervalnya," katanya.

Cari parkir sampai tiga jam!

Travel blogger Barry Kusuma juga punya pendapat senada. Menurutnya, ajakan dari Menhub Budi Karya Sumadi itu kurang tepat, karena Bandara Soetta memiliki banyak kekurangan fatal.

Tiga hal yang paling ia soroti adalah persoalan parkir, integarasi dan bagasi.

“Saya pernah untuk cari lahan parkir di terminal 3 itu bisa membutuhkan waktu 3 jam begitu pun keluarnya," kata Barry.

Lalu, soal integarsi terminal, Bary merasa perlu disorot. Ia mencontohkan, jika pergi dari terminal 3 ke terminal 1 atau 2, maka perlu jalan jauh.

Belum lagi menunggu interval skytrain yang lama. Alhasil menyita waktu jika ingin transit atau ada keperluan di terminal lain.

Terakhir adalah persoalan penanganan bagasai yang terasa sangat lamban. Biasanya, Barry mengaku menghabiskan waktu minimal satu jam setiap pengambilan bagasi.

Beberapa kekurangan dari Bandara Soetta yang paling besar, menurut Sutiknyo, mulai dari soal bagasi, parkir, kendaraan umum dan jarak antar gate yang sangat jauh.

"Bulan kemarin itu baru landing dari Sumatera terus terbang lagi ke daerah timur nusantara. Landingnya tuh di gate 26 atau 24, terus gua harus transit di ujung lagi. Itu luar biasa jauhnya," katanya.

Sutinkyo juga merasa ajakan Menhub ini berpotensi menjadi bumerang untuk Indonesia sendiri. 

Sebab, jika berhasil jadi yang terbaik, banyak turis-turis asing datang ke Indonesia dan melihat Bandara Soetta saat ini.

"Bagusnya sih diperbaiki dulu, baru deh kita branding diri kita sebagai yang terbaik. Ini sama Changi aja jauh banget, gimana mau ngalahin Changi," tutup Sutiknyo.

Masih ada harapan

Berbeda dengan travel blogger lainnya, Trinity merasa sah-sah saja Menhub meminta dukungan netizen untuk voting Bandara Soetta jadi yang terbaik di dunia.

Ia merasa Bandara Soetta tidak seburuk apa yang netizen bilang. Plus, perbandingan antara Bandara Soetta dan Changi yang dilakukan netizen tidaklah seimbang.

"Soal gate juga sebenarnya biasa aja ya. Mungkin karena lorong jalur yang kosong gak ada apa-apa jadi berasa lama,” jelas Trinity ketika dihubungi Kompas.com, Minggu (3/11/2019).

Walaupun begitu, Trinity tak menampik kondisi fasilitas Bandara Soetta masih banyak yang perlu dibenahi.

Ia menyoroti rambu penanda yang dianggap sedikit. Kondisi ini bisa menyulitkan penumpang  yang baru turun dari pesawat ketika butuh petunjuk lokasi gate lain atau mengambil bagasi.

https://travel.kompas.com/read/2019/11/04/071500127/bandara-soetta-ingin-jadi-terbaik-travel-blogger--cari-parkir-3-jam

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke