Kami menuju Misono, restoran teppanyaki yang didirikan tahun 1945 dan melestarikan tradisinya sampai saat ini.
Karena popularitasnya, tidak hanya warga lokal yang memilih menikmati daging sapi "wagyu" Jepang yang lezat di Misono.
Beberapa orang, sengaja datang ke Misono hanya untuk menikmati kelezatan daging sapi hitam Kobe yang diolah langsung di lempengan besi panas atau dikenal sebagai teppan.
Didirikan oleh Shigeji Fujioka pasca kehancuran perang dunia kedua, kini Misono tersebar di Osaka, Kyoto, Ginza, dan Shinjuku.
Kami mendapat kesempatan menikmati kelezatan teppaanyaki Misono ini di Ginza, Tokyo.
Terletak di ketinggian, sementara menyaksikan chef beraksi di pelat besi panas, pandangan bisa dilempar ke keramaian Ginza yang merupakan pusat kota terbesar di Jepang.
Begitu kami tiba, chef menyambut kami dengan ramah dan membungkukkan badan. Makanan pembuka berupa salad sayur dihidangkan.
Sementara salad kami santap, chef memanggang bawang bombai, terong ungu dan jamur sebagai santapan pendamping untuk menu utama wagyu dari daging sapi yang diklaim sebagai yang terbaik kualitasnya di dunia.
Untuk kamu yang tidak makan daging sapi, Misono menyediakan makanan laut seperti lobster sebagai pilihan.
Semua pelanggan di Misono duduk di depan panggangan besi teppan. Ketrampilan dan seni yang sempurna dari chef bisa disaksikan sekaligus dinikmati sebelum makanan siap.
Kekhasan Misono Ginza adalah meja panjang dengan pelat besi teppan di sepanjsng dinding yang seluruhnya terbuat dari kaca. Toko dan keramaian Ginza tergambar jelas dari balik meja panjang ini.
Ginza yang sejuk di akhir Oktober menjadi hangat karena sajian di meja teppan yang mengalir dan percakapan yang lepas, setelah beberapa jam kaki diajak berjalan menelurusi relung-relung Ginza yang ramai.
Tidak lebih dari 30 menit kemudian, wagyu yang terkenal karena pola "marmer" kelar diolah dengan bumbu sangat minimal. Kepulan saat wagyu dipotong-potong sebesar jam tangan menggugah selera.
Bersamaan dengan potongan bawang putih yang diolah menjadi berwarna coklat, wagyu yang sudah dipotong-potong disajikan. Semua yang di depan meja mendapat jatah dan ditambah saat piring kosong.
Asal mula pelat teppan
Berdasarkan keterangan di web resmi mereka, Misono diawali oleh Shigeji Fujioka yang mempercayakan mimpinya pada lempengan besi di Kobe setelah semua hal terbakar oleh api perang dunia kedua.
Restoran dengan pelat teppan ini dikenal dari para pelanggan awal mereka yaitu para penari. Saat makan, para penari ini membawa perwira tentara pendudukan.
Kepada periwa tentara yang dibawa para penari ini, Fujioka mengolah steak daging sapi Tajima yang menjadi cikal bakal bisnis Misono saat ini.
Fujioka memasak daging dan sayuran berkualitas satu demi satu dengan spatula tepat di depan para pelanggan. Ini jadi ciri khas yang bertahan dan tersebar sampai saat ini.
Steak Teppanyaki yang dibuat Fujioka dengan cepat menjadi sangat populer di kalangan penari dan perwira tentara pendudukan. Selain memang lezat, proses memasak yang layaknya pertunjukan menjadi daya tarik tersendiri.
https://travel.kompas.com/read/2019/11/08/190909327/menikmati-wagyu-teppanyaki-pertama-dunia-di-ginza-jepang