Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kelelawar Diduga Penyebar Virus Corona, Mengapa Ada Tradisi Menyantap Kelelawar?

KOMPAS.com - Virus corona yang berasal dari Wuhan, China telah terkonfirmasi menyebar ke beberapa negara seperti Jepang, Singapura, Korea Selatan, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, Vietnam, Nepal, dan Perancis.

Virus tersebut diduga berasal dari kelelawar dan ular berjenis krait dan kobra. Virus dapat berpindah dari hewan ke manusia yang berada dalam satu area yang sama.

Virus ini diduga bermula dari Pasar Wuhan yang terkenal menjual banyak sekali jenis hewan, salah satunya kelelawar.

- Merak Sampai Kelelawar, Kuliner Ekstrem dari Pasar Wuhan yang Diduga Sumber Virus Corona

- Virus Corona Diduga dari Kelelawar di Pasar, Mengapa Orang China Suka Makanan Ekstrem?

Baru-baru ini, viral video yang menampilkan perempuan asal China menyantap sup kelelawar.
“Seorang perempuan pemakan kelelawar asal China...” tutur pemilik akun Twitter @Byron_Wan yang unggahan videonya pada Kamis (23/1/2020) lalu viral di media sosial.

Melansir New York Post, seorang pria dari balik video terdengar mengucapkan kata-kata “Makan dagingnya! Jangan makan kulitnya. Kamu harusnya memakan daging di bagian belakang kelelawarnya”.

Sebelum viral di Twitter, video tersebut sebelumnya diunggah pertama kali Rabu (22/1/2020) lalu oleh sebuah media Hong Kong bernama Apple Daily.

Dilansir dari The Sun, sup kelelawar merupakan salah satu hidangan khas China yang populer di beberapa daerah di China termasuk Wuhan.

Cara memasak sup kelelawar ini, biasanya dengan langsung merebus. Kelelawar dimasak dalam kuah berkaldu dalam kondisi utuh.

Jadi, tidak melewati proses kelelawar dipotong-potong terlebih dahulu. Bulu kelelawar pun tidak dibersihkan.

Simbol kebahagiaan

Mengutip buku “Strange Food” (1999) yang terbitan Tuttle Publishing, penulisnya Jerry Hopkins mengungkapkan bahwa terdapat sebuah kepercayaan bahwa dengan memakan kelelawar, kesuburan seseorang akan semakin bertambah.

Tidak hanya itu, kelelawar juga dianggap dapat meningkatkan kesempatan untuk hidup lebih lama dengan bahagia. Di kebudayaan China sendiri, ada kepercayaan terkait simbol lima kelelawar.

Simbol tersebut menandakan keberkahan atas kekayaan, kesehatan, kebajikan, usia tua, dan kematian secara alami. Bahkan, memakan kelelawar juga dipercaya dapat meningkatkan kejelian mata.

Sebagai obat

Tidak hanya di China, India juga memiliki kepercayaan sendiri dalam menyantap kelelawar. Namun, mereka lebih merujuk pada minyak kelelawar yang dibuat dari lemak kelelawar yang dicampur dengan darah hewan tersebut, minyak kelapa, dan kapur barus.

Minyak kelelawar dikatakan dapat menyembuhkan reumatik dan radang sendi. Sementara di Kamboja, minyak kelelawar digunakan sebagai obat batuk anak.

Di balik beberapa kepercayaan kuno ini, kini kelelawar dianggap hanya sebagai santapan biasa bagi beberapa orang di kawasan Asia dan Pasifik.

Bahkan, salah satu jenis kelelawar di Teritori Guam mengalami kepunahan akibat diburu.

Salah satu jenis kelelawar yang paling dicari untuk disantap adalah kelelawar pemakan buah atau codot.

Kelelawar codot merupakan jenis kelelawar yang sangat mudah ditemukan di Filipina, Indonesia, dan beberapa negara lain dalam gugus kepulauan Mikronesia.

Terkait penggunaan kelelawar sebagai obat, melansir National Geographic, terdapat beberapa kepercayaan bahwa darah kelelawar dapat digunakan untuk menyembuhkan penderita epilepsi. Salah satu negara yang kental akan kepercayaan tersebut adalah Bolivia.

Menurut seorang ahli antropolog University of Mississippi Kate McGurn Centellas, kepercayaan akan darah kelelawar tersebut kemungkinan datang dari anggapan masyarakat bahwa kelelawar merupakan hewan kuat yang memiliki beberapa karakter unik.

“Ada kemungkinan bahwa dengan meminum darah kelelawar, mungkin kamu dapat membenarkan dan menyeimbangkan apa yang dilihat sebagai gangguan atau ketidakseimbangan dalam tubuh manusia. Seperti kejang, atau dalam istilah medis adalah epilepsi,” tutur Centellas.

Mengutip sebuah studi “Trafico y Comercio de Murcielagos en Bolivia” (2010) yang ditulis oleh Dennis Lizzarro dan Luis F. Aguirre, setidaknya terdapat kurang lebih 3.000 kelelawar yang dijual setiap bulannya di empat kota di Bolivia.

Beberapa spesies kelelawar yang dijual antara lain adalah kelelawar buntut pendek Seba (Carollia perspicillata), kelelawar kuping tikus (Myotis), dan kelelawar kecil yang memiliki hidung berbentuk daun (Desmodus rotundus).

Tradisi menyantap hewan liar

Tradisi menyantap hewan liar, termasuk kelelawar, bisa dirunut hingga 50.000-70.000 tahun sebelum Masehi. Pada masa itu, nenek moyang manusia modern menyebar ke berbagai penjuru, seperti Asia Australia, Eropa, dan Amerika.

Seperti dikutip dari National Geographic Indonesia, Maret 2006, para nenek moyang manusia tersebut hidup bergerak menjelajahi gunung dan padang. Pergerakan selama ribuan tahun ini seiring dengan pergerakan hewan yang kerap diburu untuk dimakan.

Tradisi yang dibawa nenek moyang itu bertahan di sebagian masyarakat Afrika, Asia, dan Amerika Selatan yang tinggal dekat savana, semak-semak, atau hutan. Orang Afrika Barat dan Afrika Tengah mengonsumsi gajah, antelop, rusa, zarafah, dan monyet-monyet besar.

https://travel.kompas.com/read/2020/01/26/165502727/kelelawar-diduga-penyebar-virus-corona-mengapa-ada-tradisi-menyantap

Terkini Lainnya

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Jakarta Tetap Jadi Pusat MICE Meski Tak Lagi Jadi Ibu Kota

Travel Update
Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Ketua PHRI Sebut Perkembangan MICE di IKN Masih Butuh Waktu Lama

Travel Update
Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Astindo Nilai Pariwisata di Daerah Masih Terkendala Bahasa Asing

Travel Update
Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Kereta Api Lodaya Gunakan Kereta Eksekutif dan Ekonomi Stainless Steel New Generation Mulai 1 Mei 2024

Travel Update
Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Deal With Ascott 2024 Digelar Hari Ini, Ada Lebih dari 60 Properti Hotel

Travel Update
4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

4 Tempat Wisata Indoor di Kota Malang, Alternatif Berlibur Saat Hujan

Jalan Jalan
3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

3 Penginapan di Rumpin Bogor, Dekat Wisata Favorit Keluarga

Hotel Story
Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Pendakian Rinjani 3 Hari 2 Malam via Sembalun – Torean, Perjuangan Menggapai Atap NTB

Jalan Jalan
Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Rekomendasi 5 Waterpark di Tangerang, Harga mulai Rp 20.000

Jalan Jalan
Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Tips Pilih Kursi dan Cara Hindari Mual di Pesawat

Travel Tips
4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

4 Playground di Tangerang, Bisa Pilih Indoor atau Outdoor

Jalan Jalan
Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Tradisi Syawalan di Klaten, Silaturahmi Sekaligus Melestarikan Budaya dan Tradisi

Jalan Jalan
Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Aktivitas Seru di World of Wonders Tangerang, Bisa Nonton 4D

Jalan Jalan
Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Cara ke Pasar Senen Naik KRL dan Transjakarta, buat yang Mau Thrifting

Travel Tips
8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

8 Tips Kemah, dari Barang Wajib DIbawa hingga Cegah Badan Capek

Travel Tips
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke