Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sejarah Gedung Sate yang Kini Berusia 100 Tahun

KOMPAS.com – Tepat pada 27 Juli 2020, Gedung Sate yang dulunya bernama Gouvernements Bedrijven berusia 100 tahun sejak pertama kali dibangun pada 27 Juli 1920.

Awalnya, pembangunan gedung bermula saat Gubernur Jenderal van Limburg Stirum pada 1918 menetapkan Bandung sebagai ibu kota Hindia Belanda.

"Alasan pemindahan itu disebabkan kondisi lingkungan di Batavia yang sudah mulai tercemar," kata Ridwan Hutagalung, kurator museum Gedung Sate, saat dihubungi via telepon seluler, Jumat (25/7/2020), mengutip Kompas.com.

Kantor pusat Departemen nstansi Pemerintahan, atau Departement van Gouvernements Bedrijven, merupakan yang pertama dibangun oleh tim arsitek pimpinan Johann Gerber.

Proyek kompleks pusat pemerintahan seharusnya dibangun dari lokasi Gedung Sate saat ini di Jalan Diponegoro hingga Monumen Perjuangan.

Namun, Ridwan menuturkan, krisis ekonomi kala itu membuat proyek tak berjalan sesuai rencana. Sejumlah bangunan yang seharusnya dibangun pun terhenti.

Hanya gedung Gouvernements Bedrijven dan Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst (kini Museum Pos Indonesia) saja yang berhasil dibangun.

Ridwan menuturkan, dulu rencananya akan dibuat sebuah kompleks besar. Gedung paling selatan adalah Gedung Sate.

“Sementara gedung paling utara itu tak jadi dibangun yang kemudian ditempati Monumen Perjuangan. Jadi Gedung Sate itu komplek perkantoran yang tak selesai dibangun," tuturnya.

Pembangunan Gouvernements Bedrijven rampung pada September 1924. Pada saat itu, gedung memiliki beberapa fungsi.

Adapun fungsi yang dimaksud adalah sebagai Hoofdbureau Post Telegraaf en Telefoondienst dan Kantor Departement Verkeer en Waterstaat (Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan).

Selanjutnya Centerale Bibliotheek (Perpustakaan Pusat) yang merupakan gabungan koleksi buku dari tujuh buah jawatan, dan Laboratorium Geologi sampai memiliki gedung sendiri di Wilhelmina Boulevard atau Jalan Diponegoro pada 1928.

Pada 1930, Gouvernements Bedrijven diresmikan sebagai Kantor Jawatan Pekerjaan Umum dan Pengairan. Hal ini memulai sejarah panjang Departemen Pekerjaan Umum Indonesia.

Selama pendudukan Jepang, Gedung Sate menjadi Pusat Pemerintahan (Shucho) Wilayah Jawa Barat dan kedudukan Komandan Militer Daerah.

Saat Indonesia merdeka, gedung kembali digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum. Hingga pada 1980, gedung dimanfaatkan sebagai kantor pemerintahan Jawa Barat hingga saat ini.

Masih kokoh hingga kini

Kendati sudah berusia 100 tahun, namun Gedung Sate masih dalam kondisi prima. Edukator Gedung Sate, Winda, menjelaskan bahwa hampir seluruh batu yang digunakan adalah batu kali dan batu gelas.

Sementara kolom bangunan Gedung Sate terbuat dari baja asli Swedia.

“Untuk batu kalinya sendiri, batu diambil dari kawasan Bandung Timur. Seperti daerahnya Sindanglaya dan Ujungberung. Diambil dari daerah sana karena batunya lebih kuat,” kata Winda saat ditemui Kompas.com di Gedung Sate, Bandung, beberapa waktu lalu.

Winda menuturkan, hingga saat ini Gedung Sate masih belum pernah melalui tahap pemugaran bangunan dan hanya renovasi kecil atau pengecatan ulang saja.

Museum Gedung Sate

Selama ini, Gedung Sate dikenal sebagai kantor untuk gubernur Jawa Barat. Namun sebenarnya ada bagian dari gedung yang didedikasikan untuk museum.

Letaknya di lantai dasar gedung. Di sana, wisatawan bisa melihat berbagai macam koleksi seni seputar Bandung.

Ada juga contoh batu kali, batu gelas, dan baja Swedia yang digunakan untuk membangun Gedung Sate. Terdapat juga enam instalasi interaktif.

Adapun instalasi interaktif yang dimaksud adalah visual Pembangunan Gedung Sate dan miniatur Gedung Sate. Ada juga visual Kota Bandung yang dilihat dari langit, letaknya di lorong dekat ruang audio visual.

Sementara lantai dua dan tiga dimanfaatkan sebagai area perkantoran pemerintahan Provinsi Jawa Barat. Di kedua area tersebut ada beberapa ruang rapat yang masih digunakan hingga kini.

Lantai empat Gedung Sate dulunya dijadikan sebagai tempat museum. Namun sejak 2017, museum ditaruh di lantai dasar sehingga lantai empat saat ini dibiarkan kosong.

Lantai lima, juga disebut “Menara”, merupakan area untuk melihat sebagian Kota Bandung dari lantai paling tinggi Gedung Sate.

Namun untuk menuju ke sana melalui elevator hingga lantai empat dan menaiki tangga ke lantai lima, wisatawan harus mengurus perizinan.

“Kalau satu atau dua orang bisa datang ke lantai lima, tetapi dilihat dulu apakah sedang dipakai atau tidak oleh pemerintah setempat. Kalau datangnya rombongan, harus bikin surat dulu ke Biro Umum. Untuk naik ke sana tidak ada biaya tambahan,” tutur Winda.

https://travel.kompas.com/read/2020/07/27/151000927/sejarah-gedung-sate-yang-kini-berusia-100-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke