Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Salin Artikel

Mengenal Suku Osing di Banyuwangi, Ujung Timur Pulau Jawa

KOMPAS.com - Suku Jawa bukanlah satu-satunya suku yang mendiami Pulau Jawa. Sunda, Baduy, dan Osing adalah beberapa suku lain yang juga berasal dari pulau ini.

Osing merupakan suku yang berasal dari ujung Pulau Jawa, tepatnya Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Suku ini sampai kini masih bisa di beberapa daerah Banyuwangi salah satunya adalah Desa Kemiren.

Dilansir dari jurnal berjudul Kajian Bahasa Osing dalam Modernitas karya Andhika Wahyudiono, Osing berasal dari kata using yang dalam bahasa Bali berarti tidak.

Keberadaan suku Osing di Banyuwangi tak bisa terlepas dari Kerajaan Blambangan dan peristiwa puputan bayu.

Dikutip dari jurnal Perancangan Film Dokumenter: Tribute to East Java Heritage karya Evan Permana, pada akhir kekuasaan Majapahit terjadilah perang saudara. Perang tersebut membuat banyak wilayah Majapahit melemah.

Konflik internal yang terjadi di dalam Majapahit membuat kerajaan tersebut akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Malaka.

Kerajaan Blambangan yang dulunya merupakan bagian dari Majapahit pun akhirnya berdiri sebagai kerajaan sendiri. Selama kurun waktu dua abad, sekitar tahun 1546 sampai tahun 1764, kerajaan Blambangan menjadi sasaran penaklukan dari kerajaan di sekitarnya.

Penduduk Blambangan akhirnya melakukan migrasi ke sejumlah daerah karena serangan-serangan dari kerajaan sekitar.

Mereka akhirnya tersebar ke sejumlah tempat. Beberapa mengungsi ke lereng Gunung Bromo yang kini menjadi suku Tengger, beberapa ke Bali, dan beberapa bertahan di Blambangan yang kini dikenal sebagai Banyuwangi.

Masyarakat yang memutuskan untuk menetap di Blambangan inilah yang menjadi cikal bakal dari suku Osing.


Puputan Bayu

Dikutip dari Sekilas Puputan Bayu yang disusun Pemerintah Kabupaten Banywangi, Puputan Bayu adalah peperangan yang terjadi antara pasukan VOC dan pejuang-pejuang Blambangan pada tahun 1771 sampai 1772.

Peperangan ini pecah di daerah Bayu, yang kini menjadi Kecamatan Songgon, Kabupaten Banyuwangi.

Kubu pejuang Blambangan dipimpin oleh Rempeg atau yang lebih dikenal dengan julukan Pangeran Jagapati. Ia merupakan buyut dari Raja Blambangan, Prabu Susuhan Tawangalun.

Puputan Bayu dipicu tindakan Belanda yang saat itu mulai menguasai daerah Blambangan. Kebijakan seperti tanam dan kerja paksa yang diterapkan untuk kaum pribumi membuat Raden Jagapati geram.

Tak hanya itu, Belanda dan pasukannya memperlakukan wanita pribumi dengan semena-mena. Mereka tak memandang apakah si wanita gadis, janda, atau istri orang.

Hal ini kemarahan Raden Jagapati memuncak. Ia kemudian menyusun rencana di daerah Bayu bersama para pejuang untuk menyingkirkan Belanda.

Banyak penduduk daerah lain yang akhirnya bergabung dengan Jagapati di Bayu. Wilayah ini pun menjadi kekuatan baru yang dianggap berbahaya bagi kedudukan VOC di Blambangan.

Puncak Puputan Bayu terjadi pada 18 Desember 1771. Peperangan tersebut memakan banyak korban dari kedua pihak.

Ibu kota Blambangan kemudian dipindahkan ke Banyuwangi. Perang ini berakhir setelah VOC berhasil merebut benteng milik pejuang pada 11 Oktober 1772.

Penduduk Blambangan yang bertahan di kawasan Banyuwangi inilah yang akhirnya menjadi suku Osing.


Rumah adat suku Osing

Dikutip dari jurnal berjudul Sistem Struktur Rumah Adat Tradisional Suku Osing karya Prasetya dan kawan-kawan, rumah tradisional Osing memiliki sistem struktur yang sederhana.

Konstruksi utama dari rumah tersebut adalah empat pilar utama yang menopang bangunan. Empat pilar utama ini disebut soko. Rumah tradisional ini diturunkan oleh sebuah keluarga dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Bahasa suku Osing

Dilansir dari Kajian Bahasa Osing dala Modernitas karya Andhika Wahyudiono, istilah Using atau Osing untuk menyebut bahasa di Banyuwangi muncul pertama pertama kali dalam tulisan Lekkerkerker yang terbit pada 1923.

Bahasa Jawa dan Bahasa Osing sebenarnya merupakan pengembangan dari Bahasa Jawa Kuno. Bahasa Using sebelumnya hanya dikenal sebagai dialek dari bahasa Jawa.

Namun, pada Agustus 1997, DPRD Banyuwangi melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mulai mengizinkan mata pelajaran Bahasa Osing menjadi salah satu muatan lokal di sekolah.


Baju adat Osing

Dilansir dari Konstruksi Sosial pernikahan Adat Suku Osing Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaaten Banyuwangi karya Ningwulansari, Zuryani dan Aditya, Baju Jebeng dan Baju Thulik merupakan pakaian adat yang digunakan dalam pernikahan suku Osing.

Baju ini juga menjadi ikon dari Kota Banyuwangi. Busana tersebut menggunakan kain batik paras gempal, gajah uleng, dan moto pitik.

Dalam kehidupan sehari-harinya, masyarakat suku Osing terkenal dengan busana berwarna hitam yang dipadukan dengan kain batik sebagai bawahan.

https://travel.kompas.com/read/2021/08/21/090806227/mengenal-suku-osing-di-banyuwangi-ujung-timur-pulau-jawa

Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Aktivitas di Festival Munara Beba, Cicip Kuliner Lokal hingga Sasisen

Aktivitas di Festival Munara Beba, Cicip Kuliner Lokal hingga Sasisen

Jalan Jalan
10 Masjid Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun 

10 Masjid Tertua di Indonesia, Usianya Mencapai Ratusan Tahun 

Jalan Jalan
Dilarang Pakai Sepeda Listrik di Pedestrian Sanur Bali, Mulai 1 April

Dilarang Pakai Sepeda Listrik di Pedestrian Sanur Bali, Mulai 1 April

Travel Update
Syarat Naik Pesawat untuk Lebaran 2023, Cek Status Vaksinasi

Syarat Naik Pesawat untuk Lebaran 2023, Cek Status Vaksinasi

Hotel Story
Ngabuburit di Kota Tua Jakarta, Bisa Mampir 5 Museum Ini

Ngabuburit di Kota Tua Jakarta, Bisa Mampir 5 Museum Ini

Jalan Jalan
Ngabuburit di Masjid Istiqlal, Ada Tausiyah Agama hingga Takjil

Ngabuburit di Masjid Istiqlal, Ada Tausiyah Agama hingga Takjil

Travel Update
Tempat Ngabuburit Sekitar UGM dan UNY, Sentra Kuliner Sepanjang 1,2 Km

Tempat Ngabuburit Sekitar UGM dan UNY, Sentra Kuliner Sepanjang 1,2 Km

Jalan Jalan
Eks Napi Terorisme di Kota Malang Dirangkul Jadi Pelaku Wisata

Eks Napi Terorisme di Kota Malang Dirangkul Jadi Pelaku Wisata

Travel Update
Garuda Indonesia Buka Rute Singapura-Surabaya PP mulai Rp 1,7 Juta

Garuda Indonesia Buka Rute Singapura-Surabaya PP mulai Rp 1,7 Juta

Travel Update
Aplikasi M-Paspor Diperbarui, Bisa Cek Kuota E-Paspor dan Daftar Layanan Percepatan

Aplikasi M-Paspor Diperbarui, Bisa Cek Kuota E-Paspor dan Daftar Layanan Percepatan

Travel Update
Hari Libur April 2023, Jumlah Libur Nasional dan Cuti Bersama Total 8 Hari

Hari Libur April 2023, Jumlah Libur Nasional dan Cuti Bersama Total 8 Hari

Travel Update
Cara ke Museum Basoeki Abdullah Naik MRT, Dekat dari Stasiun MRT Fatmawati

Cara ke Museum Basoeki Abdullah Naik MRT, Dekat dari Stasiun MRT Fatmawati

Travel Tips
8 Tempat Ngabuburit Murah Jakarta Utara, Bioskop Rakyat hingga Pantai 

8 Tempat Ngabuburit Murah Jakarta Utara, Bioskop Rakyat hingga Pantai 

Jalan Jalan
Panduan Wisata ke Museum Fatahillah 2023, Jam Buka hingga Harga Tiket

Panduan Wisata ke Museum Fatahillah 2023, Jam Buka hingga Harga Tiket

Travel Tips
Syarat Naik Kapal Laut Terbaru Jelang Mudik Lebaran 2023  

Syarat Naik Kapal Laut Terbaru Jelang Mudik Lebaran 2023  

Travel Update
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+