Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengapa Liburan Terasa Cepat Berlalu? Ini Penjelasannya 

KOMPAS.com - Periode libur lebaran 2022 sebentar lagi akan berakhir. Selanjutnya, masyarakat akan kembali ke rutinitas dan kesibukan masing-masing. 

Apa kamu pernah merasa liburan cepat berlalu? Jika iya, jangan khawatir karena kamu tidak sendirian. 

Liburan merupakan waktu yang ditunggu-tunggu oleh setiap orang untuk melepas penat dari rutinitas sehari-hari. Namun, mungkin ada orang-orang yang merasa liburan cepat berlalu, berbeda dengan hari-hari biasanya.

Ternyata, ada penjelasan psikologis atas hal tersebut. Psikolog dari Universitas Indonesia (UI) Rose Mini Adi Prianto menjelaskan bahwa perasaan tersebut muncul karena ada harapan yang ditanamkan dalam pikiran (mindset) kita selama liburan. 

Harapan yang tertanam dalam mindset kita tersebut, menjadi sebuah standar yang kita berikan pada masa liburan. Misalnya, selama liburan kita berencana untuk bertemu dengan semua saudara, mengunjungi beberapa tempat wisata, atau melakukan sejumlah kegiatan.

“Karena masih ada banyak rencana-rencana yang mau dilakukan tapi belum tersampaikan. Ternyata kok belum sampai ke sana, belum selesai, sehingga hal itu yang membuat kita merasa kok cepat sekali berlalunya (waktu liburan),” jelasnya pada Kompas.com, Sabtu (07/05/2022).

Rommy, saapaan akrabnya, melanjutkan, penyebab lain mengapa liburan terasa cepat berlalu adalah, tidak ada kegiatan rutinitas yang dilakukan secara berulang-ulang. 

Kondisi ini tentunya berbeda dengan hari-hari kerja yang diisi dengan kegiatan berulang dan terjadwal. Hal ini membuat waktu liburan terasa cepat berlalu. 

“Kalau liburan itu tidak pakai jadwal, setiap hari bebas bangun jam berapa, mau melakukan apa, pergi ke mana, dan sebagainya. Kalau kita lakukan itu dalam waktunya terbatas, misalnya libur masa Lebaran seminggu, itu berdampak pada rasa, 'ih kok sudah mau masuk lagi ya', begitu,” terangnya.

  • 15 Tempat Wisata Bali, Cocok untuk Libur Panjang 
  • 10 Alasan Mengapa Orang Suka Berlibur ke Tempat yang Selalu Sama

Jadi, menurut Rommy, secara umum terdapat dua penyebab mengapa liburan terasa cepat.

Pertama, liburan tidak mempunyai jadwal rutin seperti hari-hari kerja.

Kedua, kedua setiap orang mempunyai banyak harapan yang ditanamkan dalam mindset tentang kegiatan-kegiatan selama liburan. Sayangnya, waktu liburan hanya singkat sehingga belum semua harapan-harapan itu bisa diwujudkan selama periode liburan.


Holiday paradox atau paradoks liburan

Sementara itu, Pengajar mata kuliah Biofisika dan Kompleksitas, program studi S2 Biofisika, Institut Pertanian Bogor (IPB), Husin Alatas mengatakan, penyebab liburan terasa cepat berlalu adalah paradoks liburan atau holiday paradox.

“Dalam paradoks ini, orang merasa bahwa waktu yang dijalani ketika melakukan aktivitas liburan terasa berjalan lebih cepat ketimbang ketika melakukan aktivitas rutin di kantor atau di sekolah,” terangnya kepada Kompas.com, Minggu (08/05/2022).

Ia menjelaskan, liburan menghasilkan persepsi menyenangkan, yang dipicu oleh produksi hormon dopamin dalam jumlah berlebih di otak. Sebab, liburan banyak memberikan pengalaman baru yang menyenangkan, serta terekam lebih lama dalam ingatan.

“Hal yang berbeda mungkin terjadi dalam aktivitas rutin seperti kerja dan lainnya, yang kemungkinan besar tidak memberikan pengalaman baru yang menyenangkan dan terekam dalam ingatan, akibat kurangnya produksi hormon dopamin,” paparnya.

Produksi hormon dopamin tersebut mempengaruhi aktivitas otak. Husin menuturkan, otak manusia memiliki cara unik dalam mempersepsikan waktu dan memprediksi jeda waktu. 

Aktivitas otak mempersepsikan waktu dan memprediksi jeda waktu itulah, yang memicu perasaan waktu terasa lama dan terasa singkat.

Secara umum, lanjutnya, aktivitas otak ditentukan oleh jumlah neurotransmiter berupa hormon yang terlibat.

Jumlah neurotransmiter yang diproduksi bagian-bagian tertentu dalam otak sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan respon individu atas kondisi lingkungan tersebut. 

“Salah satu neurotransmiter yang amat berpengaruh pada persepsi otak terhadap prediksi jeda waktu adalah hormon dopamin,” terangnya.

Ia mengatakan, dalam beberapa eksperimen yang melibatkan hewan, telah diamati bahwa hormon dopamin dapat mempengaruhi kerja jam internal biologis.

Pada gilirannya, lanjut Husin, kemungkinan besar kondisi tersebut dapat memengaruhi kemampuan otak dalam memprediksi lamanya waktu suatu aktivitas.

“Banyaknya pengalaman menyenangkan baru yang terekam di otak dalam aktivitas liburan, oleh sementara ilmuwan diduga menjadi penyebab munculnya prediksi jeda waktu aktivitas yang lebih singkat, ketimbang aktivitas rutin lainnya. Hal ini tentunya erat terkait dengan produksi hormon dopamin,” jelasnya.

Dikutip dari Daily Mail, Psikolog Claudia Hammond juga pernah membahas tentang holiday paradox. Ini berkaitan dengan persepsi manusia tentang waktu, yang dipengaruhi oleh jumlah ingatan terbentuk.

Hammond menuturkan, jika kita melakukan sesuatu yang baru, waktu terasa berlalu dengan cepat. Tapi, semua pengalaman dalam waktu singkat itu menghasilkan banyak kenangan.

Sebaliknya, ketika kita berada dalam rutinitas normal, lebih sedikit ingatan yang tersimpan. 

  • Pilot Ungkap Alasan Sulitnya Mendaratkan Pesawat Saat Malam Hari
  • Mengapa Ratu Elizabeth II Merayakan 2 Kali Ulang Tahun dalam Setahun?

Istilah holiday paradox ini disampaikan dalam konferensi British Psychological Society di London, Inggris. Dosen psikologi itu menyatakan bahwa hidup kita dalam hari-hari biasa sangat membosankan. 

Alhasil, hanya enam hingga sembilan pengalaman dalam dua minggu kita ingat. Sebaliknya, saat liburan kita mampu mengingat enam sampai sembilan hal setiap hari karena melakukan kegiatan di luar rutinitas.

https://travel.kompas.com/read/2022/05/07/150500627/mengapa-liburan-terasa-cepat-berlalu-ini-penjelasannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke