Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Surau Tertua di Belitung, Masjid Sijuk yang Berdiri Sejak 1817

BELITUNG, Kompas.com - Persis di ujung tikungan Jalan Penghulu, Desa Sijuk, Kabupaten Belitung, tampak bangunan yang mencolok dengan dominasi warna coklat tuanya.

Masjid Sijuk, surau yang sudah berusia lebih dari dua abad ini masih berdiri kokoh, mempertahankan desain awalnya sejak dibangun pada awal abad ke-19 Masehi.

Tidak ada yang tahu pasti, siapa pembuat masjid itu. Namun, saat berkunjung Rabu (6/7/2022) lalu, Kompas.com menemukan sebuah poster di dinding Masjid Sijuk, yang menerangkan sejarah masjid.

Masjid Sijuk yang diberi nama Masjid Al-Ikhlas ini merupakan satu-satunya masjid yang masih ada dari empat masjid pertama di daerah Kecamatan Membalong.

Dalam poster tertulis, Masjid Sijuk dibangun oleh seorang bernama Tuk Dong yang kabarnya merupakan seorang penyebar agama Islam dari Kalimantan.

Namun, ada pula yang mengatakan bahwa masjid dibangun oleh dua orang bersaudara dari negeri China.

Satunya membangun masjid, sedangkan satunya lagi membangun kelenteng. Adapun Kelenteng Sijuk dibangun dua tahun lebih awal dari Masjid Sijuk, tepatnya tahun 1815.

Selama berdiri, Masjid Sijuk sempat direnovasi tahun 1948 dan 1970. Pada 1948, ada penambahan dinding penyekat, sehingga masjid terbagi menjadi ruang tertutup dan terbuka tanpa dinding.

Pada renovasi tahun 1970, dilakukan untuk penggantian atap dan seng tanpa mengubah bentuk asli masjid yang sesungguhnya.

  • Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya, Wujud Akulturasi Arab dan Tionghoa
  • Masjid Bersejarah di Wonogiri, Lebih Tua dari Masjid Agung Demak
  • Masjid Terapung An-Nur, Destinasi Wisata Religi Saat ke Maumere NTT

Pada tahun 1980, masjid ini sempat ditelantarkan sebab tempat ibadah telah dipindahkan ke masjid yang lebih besar, yakni Masjid Al-Muhajirin yang juga berada di daerah Sijuk.

Hingga akhirnya di tahun 1999, masyarakat Dusun Ulu bermusyawarah untuk memperbaiki dan mempergunakan kembali masjid yang sempat ditinggalkan hampir 20 tahun ini.

"Karena luasnya terbatas, paling cuma muat 40 orang, jadi kalau ada Jumat'an dan salat Idul Adha besok, orang-orang milihnya ke masjid yang lebih besar," demikian kata Jaenudin (Momon) pemandu perjalanan sekaligus warga lokal Sijuk, kepada Kompas.com, Rabu.

Orang-orang Sijuk beraktivitas di masjid baru yang lebih besar karena jemaah semakin banyak. Setelah belasan tahun di masjid baru, orang-orang Sijuk memilih menggunakan lagi Masjid Al-Ikhlas sampai sekarang.

Momon mengatakan bahwa masjid ini ditopang oleh empat pilar tiang utama dari kayu yang hanya tumbuh di daerah hutan bakau.

"Kayu ini disebut Kayu Teruntum, didapat dari daerah hutan Mengguru di Desa Sungai Padang. Kayu dibawa dengan rakit di sungai selama berbulan-bulan, karena waktu itu kan belum ada transportasi seperti sekarang," kata dia.

Sedangkan dinding masjid terbuat dari papan dan atapnya terbuat dari sirap (bahan tipis kayu ulin) yang berasal dari Pulau Kalimantan.

https://travel.kompas.com/read/2022/07/09/111100927/surau-tertua-di-belitung-masjid-sijuk-yang-berdiri-sejak-1817

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke