Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Natal Identik dengan Pohon Cemara?

KOMPAS.com - Selain salju dan warna merah-hijau, Hari Raya Natal juga kerap dikaitkan dengan pohon Natal.

Adapun pohon yang biasanya digunakan saat perayaan tersebut adalah berbagai jenis cemara, yang umumnya berdaun hijau sepanjang tahun (evergreen).

  • 40 Ucapan Selamat Natal 2022 dalam Bahasa Inggris dan Artinya
  • 40 Ucapan Selamat Natal 2022 Penuh Makna untuk Orang Terkasih

Lantas, kenapa Natal identik dengan pohon cemara?

Sebelum beranjak ke pohon Natal, perlu diketahui bahwa pohon dan wreath (hiasan berbentuk bundar yang biasanya terdiri dari buah dan ranting) dari pohon berdaun hijau sepanjang tahun kerap digunakan oleh masyarakat zaman dahulu, di antaranya Mesir kuno, China, dan Ibrani.

Dilansir dari Britannica, Kamis (22/12/2022), penggunaan pohon dan wreath merupakan lambang kehidupan yang abadi. 

  • Kenapa Natal Dirayakan Tiap Tanggal 25 Desember?
  • Kenapa Natal Identik dengan Warna Merah dan Hijau? Simak Jawabannya

Tidak hanya itu, masyarakat zaman dahulu menggantung dahan pohon di pintu dan jendela mereka. Dilansir dari History, Kamis (22/12/2022), tradisi tersebut diyakini bisa mengusir penyakit, roh jahat, dan hantu.

Ada pula kepercayaan bahwa sang dewa, yang dilambangkan oleh matahari, tengah "sakit" dan "lemah" sehingga musim dingin muncul setiap tahun.

Masyarakat pada zaman dahulu pun merayakan momen titik balik balik matahari musim dingin (winter solstice), yang jatuh pada 21-22 Desember, dengan harapan agar sang dewa "sembuh".

Dahan pohon yang daunnya hijau sepanjang tahun mengingatkan mereka akan tanaman hijau yang tumbuh ketika kondisi sang dewa "membaik" dan musim panas.

Jerman sering disebut sebagai negara sumber pohon Natal, tepatnya di wilayah Alsac pada abad ke-16. Wilayah tersebut kemudian menjadi bagian dari Perancis.

Pada tahun 1539, pohon Natal ditanam di Strasbourg Cathedral (Katedral Strasbourg). Tradisi itu pun menjadi populer, bahkan sempat ada larangan menebang pohon untuk Natal pada tahun 1554. 

Terdapat beragam alasan mengapa pohon digunakan saat Natal. Salah satunya adalah kepercayaan bahwa pohon Natal terinspirasi dari pohon surga, lambang dari Taman Eden yang muncul dalam drama abad pertengahan tentang Adam dan Hawa. 

Dalam drama tersebut, dikatakan bahwa sejenis pohon cemara (fir) digantung dengan buah apel.

  • 10 Tradisi Perayaan Natal di Indonesia, Bernyanyi Keliling Kampung
  • Serba-serbi Jelang Natal 2022 di Gereja Katedral Jakarta, Jemaat Bisa Parkir di Masjid Istiqlal

Ada pula yang meyakini bahwa pohon Natal merupakan perubahan dari piramida Natal. Dilansir dari National Geographic, Kamis (22/12/2022), piramida Natal adalah benda dari kayu yang dihiasi beragam dahan cemara dan patung sejumlah tokoh agama.

Sementara itu, salah satu sosok yang diyakini sebagai orang pertama yang menerangi pohon Natal adalah Martin Luther, pembaru Protestan pada abad ke-16.

Pada waktu itu, Luther dikatakan tengah berjalan pulang ketika ia melihat gemerlap bintang di antara pepohonan cemara. Setibanya di rumah, ia pun merangkai lilin di pohon Natal agar keluarganya turut melihat apa yang ia saksikan.

Pada abad ke-18, pohon Natal dinilai telah menyebar ke seluruh penjuru Eropa.

Pohon Natal menjadi populer di Inggris, salah satunya berkat ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert. Untuk diketahui, Pangeran Albert lahir di Jerman.

Pada tahun 1848, majalah mingguan The Illustrated London News merilis ilustrasi Ratu Victoria, Pangeran Albert, dan keluarga mereka mengelilingi pohon Natal.

Pohon tersebut dihiasi aneka mainan, pita, lilin, dan benang. Di bawahnya juga terlihat beragam hadiah dan mainan. 

Pada waktu itu, Ratu Victoria dikenal sebagai salah satu trendsetter atau penentu tren. Alhasil, pohon Natal pun menjadi semakin dikenal luas.

https://travel.kompas.com/read/2022/12/22/201047027/kenapa-natal-identik-dengan-pohon-cemara

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke