Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Asal-usul Ketupat, Makanan Khas Saat Lebaran

KOMPAS.com - Ketupat merupakan makanan yang tidak pernah absen saat Hari Raya Idul Fitri. Ketupat biasanya disajikan bersama opor ayam, rendang, sambal goreng, dan lauk pelengkap lainnya.

Makanan khas Lebaran ini terbuat dari bahan dasar beras yang dibungkus dengan anyaman janur kuning. Bukan sekadar makanan, ketupat ternyata memiliki sejarah serta nilai historis yang menarik untuk diketahui.

Bahkan, ada tradisi Kupatan di beberapa kabupaten atau kota di Pulau Jawa, yang diselenggarakan sepekan setelah Lebaran. Tradisi Kupatan tersebut berasal dari kata kupat dalam bahasa Jawa yang berarti ketupat.

Pada beberapa daerah, tradisi Kupatan juga dikenal sebagai Syawalan. Sebab, umat Islam merayakannya usai menjalankan puasa sunnah selama enam hari di bulan Syawal dalam kalender Hijriah.

Ma’sumatun Ni’mah dalam Tradisi Islam di Nusantara (2019) menuliskan, bahwa ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa, dimaknai sebagai kependekan dari ngaku lepat, yang bermakna mengaku bersalah.

Makna filosoif ketupat sebagai makanan khas Lebaran adalah bahwa umat Islam mengakui kesalahannya di hari yang fitri, serta saling memaafkan.

“Artinya, pada Hari Raya Idul Fitri manusia harus berani mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada orang lain,” (Ni’mah, 2019: 12).

Sementara itu, bungkus ketupat yang terbuat dari janur juga memiliki filosofi. Menurut filosofi masyarakat Jawa, janur merupakan singkatan dari frasa sejatine nur, yang berarti cahaya sejati.

Maknanya adalah simbol bahwa manusia berada dalam kondisi yang bersih dan suci kembali kepada fitrah, setelah melaksanakan ibadah puasa Ramadhan. Selain itu, sebagian masyarakat Jawa juga mempercayai janur sebagai tolak bala, seperti dilansir dari laman NU Online.

Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip kiblat papat lima pancer, yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah SWT.

Sementara, kerumitan anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. Selanjutnya, warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian manusia setelah memohon ampunan selama bulan suci Ramadhan.

Adapun beras yang digunakan sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah Hari Raya Idul Fitri.

Asal usul ketupat 

Asal usul ketupat diyakini berkaitan dengan Sunan Kalijaga, salah satu anggota Wali Songo yang menyebarkan Islam di tanah Jawa.

Mengutip Kompas.com (3/5/2022), Sunan Kalijaga menggunakan ketupat sebagai media syiar Islam pada abad ke-15 hingga ke-16 di pesisir utara Jawa. 

Sebab kala itu, ketupat merupakan simbol perayaan Hari Raya Islam pada masa pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak pada abad ke-15. Kemudian, Sunan Kalijaga memanfaatkan ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam di kalangan masyarakat pesisir utara Jawa.

Bungkus ketupat yang terbuat dari janur menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur.

Sunan Kalijaga juga memasukkan pengaruh Hindu pada ajaran Islam, sehingga menjadi sebuah akulturasi. Tujuannya, untuk menarik hati masyarakat yang kala itu masih memeluk Hindu.

https://travel.kompas.com/read/2023/05/01/224100927/asal-usul-ketupat-makanan-khas-saat-lebaran

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke