KOMPAS.com - Sejak beberapa pedagang membuka lapak barang antik pada 1970-an di trotoar Jalan Surabaya, kawasan ini mulai ramai dikunjungi oleh wisatwan, khususnya turis asing.
"Dulu bule-bule banyak yang datang ke sini, mereka banyak mencari patung-patung kuno," kata salah seorang pedagang barang antik bernama Rahmad kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (7/6/2023).
Saat Kompas.com menyusuri kios-kios barang antik di sepajang Jalan Surabaya pada Rabu (7/6/2023), Kompas.com menemukan kios musik kuno yang nampak teduh dengan iringan musik lawas dari gramofon.
Pemilik kios musik kuno tersebut bernama Irwansyah, dirinya menawarkan beragam musik lawas Indonesia maupun luar negeri. Ia menjajakan jenis musik yang dikemas dalam bentuk kaset, tape, hingga piringan.
Jika biasanya pedagang ingin agar dagangannya laris, lain halnya dengan Irwansyah yang tidak ingin barang dagangannya cepat habis. Mengapa demikian?
Ketersediaan piringan yang makin terbatas
Di antara beragam jenis musik yang dijual oleh Irwansyah, ia mengaku tidak ingin musik jenis piringan yang ia miliki cepat habis terjual karena ketersediaan piringan yang kini sulit ditemukan.
"Ya semoga tidak cepat habis, kalau ini (piringan) habis, saya susah mencarinya saat ini, lalu saya jualan apa?," tutur Irwansyah kepada Kompas.com.
Beberapa musik piringan yang dimiliki Irwansyah saat ini yakni piringan The Beatles, Elly Kasim, Robin Gipp, Tuna Netra's, Supremez Warja Orange, hingga Musik of Bali yang dirilis sekitar 1953.
Langkanya piringan musik lawas membuat Irwansyah cermat menentukan harga jual. Contohnya untuk satu piringan karya Elly Kasim ia hargai sekitar Rp 500.000 dan tidak bisa dinego untuk penurunan harga.
"Kalau saya jual ini (piringan musik karya Elly Kasim) Rp 300.000, belum tentu dalam satu hingga dua tahun ke depan saya bisa mendapatkan barang serupa," katanya.
Menurut Irwansyah, seseorang yang memahami seni dan mengetahui kelangkaan suatu musik piringan, biasanya tidak akan melakukan negosiasi terlalu lama.
Maka dari itu, peluang kelangkaan ini kerap dijadikan sebagai celah oleh Irwansyah untuk mematok harga tinggi.
"Semisal ada bule yang datang dan tanpa banyak tanya langsung bertanya harga, kita asal sebut harga saja (biasanya menyebut harga tinggi), karena mereka (pembeli) tahu, belum tentu mereka bisa menemukan barang ini di tempat lain," ujar Irwansyah.
Harga piringan dan tape musik lawas, kata Irwansyah ditentukan oleh tujuan sang pembeli saat membeli.
Jika piringan atau kaset dibeli untuk tujuan dekorasi ruangan, biasanya harganya cenderung lebih murah dibanding piringan untuk dimainkan.
"Kalau musik yang untuk dimainkan, paling murah itu di angka Rp 50.000. Sementara untuk yang dipajang harganya mulai dari Rp 20.000, ini pun kalau dimainkan masih keluar musiknya," pungkas Irwansyah.
https://travel.kompas.com/read/2023/06/09/203100127/kisah-penjual-musik-lawas-di-pasar-barang-antik-malah-berharap-dagangan-tak