Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Melihat Pasar Barang Antik di Jalan Surabaya yang Kini Sepi Pengunjung

KOMPAS.com - Jalan Surabaya di Menteng termasuk salah satu pasar barang antik yang cukup strategis di Jakarta Pusat. Tempatnya pun mudah dijangkau karena berjarak sekitar 500 meter dari Stasiun Cikini.

Sejak para pedagang barang antik melapak di trotoar Jalan Surabaya sekitar tahun 1960 hingga 1970-an, tempat ini ramai diserbu oleh pembeli. Terutama pembeli dari kalangan wisatawan mancanegara (wisman).

  • Kisah Penjual Musik Lawas di Pasar Barang Antik, Malah Berharap Dagangan Tak Cepat Habis
  • Cerita Penjual Barang Antik di Jalan Surabaya, Bertahan Lebih dari 40 Tahun

"Kawasan ini sudah beroperasi sebagai pasar barang antik sekitar 1960-an, dan ketika saya datang sekitar 1997, kawasan ini masih tetap ramai," kata ketua pasar barang antik Jalan Surabaya bernama Tamim kepada Kompas.com di lokasi, Rabu (7/6/2023).

Sayangnya, kata Tamim, peminat barang antik yang mau datang dan berburu "harta karun" di Jalan Surabaya kini mulai berkurang.

"Sekarang beginilah keadaannya, sepi, lesu, cuma ada satu-dua orang wisatawan mancanegara yang masih datang ke sini," tutur Tamim.

Ketika Kompas.com menyusuri kios barang antik di sepanjang Jalan Surabaya pada Rabu (7/6/2023), terbukti kawasan ini memang sepi.

Dari informasi yang Kompas.com peroleh saat berbincang dengan beberapa pedagang di lokasi, salah satu faktor utama yang menyebabkan sepinya pengunjung adalah pandemi Covid 19.

"Ini keliatan sekali mulai sepi setelah pandemi. Selain itu mungkin karena faktor ekonomi yang tidak menentu," kata Tamim.

Senada dengan Tamim, pedagang lainnya yakni Anas, Fikri, dan Rahmad juga bertutur demikian.

"Ekonomi dari tahun 1990 sampai tahun 2000-an masih bagus. Pengunjung masih ramai, tapi setelah dilanda pandemi Covid 19, (kawasan Jalan Surabaya) baru mulai sepi pengunjung," ujar Anas.

Selain itu, Anas menilai sedikitnya wisman datang ke Jalan Surabaya karena turut terdampak peristiwa meledaknya bom di Hotel JW Marriot di Mega Kuningan pada tahun 2003 dan 2009, serta peristiwa bom Bali pada tahun 2002 dan 2005.

Kendati demikian, Anas mengatakan masih ada beberapa wisman yang mau datang ke kawasan Jalan Surabaya untuk mencari barang antik.

"Sekarang yang datang kebanyakan orang lokal, orang luar sudah jarang. Sebagian besar yang datang itu kolektor atau orang yang mencari barang untuk dekorasi kafe," kata Anas.

Selain jumlah pengunjung yang makin sepi, ketersediaan barang antik di Jalan Surabaya pun sudah tidak sebanyak dulu.

Umumnya barang bekas yang dijual di Jalan Surabaya, kata Tamim, berasal dari pengepul, baik dari dalam maupun dari luar negeri.

"Dulu saya sempat ke China dan India untuk mencari barang bekas. Sekarang tinggal dikirim saja ke Indonesia, karena sudah kenal (dengan pengepulnya). Cuma saat ini tidak sebanyak dulu," kata Tamim.

Ia menambahkan, sumber barang bekas biasanya banyak bersumber dari India karena India adalah salah satu negara bekas jajahan Inggris.

"Barang bekas yang paling jauh itu dari Belanda, karena di luar negeri harganya lebih murah. Banyak orang Indonesia di Belanda yang mengirim barang bekas ke Indonesia," ujar Tamim. 

Melihat sepinya kawasan Jalan Surabaya saat ini membuat sebagian besar pedagang di Jalan Surabaya memperluas pasar melalui adaptasi dengan perkembangan teknologi.

Umumnya, para pedagang di Jalan Surabaya yang sudah memasuki usia senja dibantu oleh sang anak ataupun keluarga untuk memasarkan barang di marketplace.

"Kebanyakan orang sekarang belinya di online (daring), jarang ada yang mau langsung datang," kata Tamim.

Bahkan, kata Tamim, kondisi kawasan Jalan Surabaya saat ini tidak bisa dibedakan antara waktu kunjungan hari biasa dan akhir pekan.

"Dulu ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Sekarang sama saja, mau akhir pekan ataupun hari biasa tidak ada bedanya," pungkas Tamim.

https://travel.kompas.com/read/2023/06/10/141911427/melihat-pasar-barang-antik-di-jalan-surabaya-yang-kini-sepi-pengunjung

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke