KOMPAS.com - Melakukan pendakian di bukit atau gunung membutuhkan keterampilan matang dan persiapan yang maksimal. Salah satunya dari segi perbekalan obat dan pengetahuan bertahan hidup.
Sering kali keterampilan dan persiapan yang kurang memadai menyebabkan terjadinya insiden fatal. Oleh karena itu, seorang pendaki minimal sudah harus mengetahui teknik pertolongan pertama.
Adapun untuk obat atau alat medis yang juga tidak boleh terlupa setidaknya adalah obat-obatan pribadi dan perlengkapan standar yang sangat penting.
"Kalau peralatan medis (yang harus dibawa) itu disesuaikan dengan kondisi pendakinya. Kita punya riwayat apa, nah itu yang dibawa," ujar Kepala Basarnas SAR Semarang Heru Suhartanto saat dihubungi Kompas.com, Kamis (29/6/2023).
Di samping itu, kata dia, pendaki memang harus memiliki ilmu pengetahuan yang cukup, sehingga bisa memanfaatkan benda-benda dari alam.
"Misalnya terjadi sesuatu, kurang alat, pendaki yang sudah paham bisa memanfaatkan seperti kayu, ranting pohon, dan lainnya sehingga tidak terlalu fatal," imbuhnya.
Alat medis yang dianjurkan saat pendakian
Selain pengetahuan dan keterampilan, berikut beberapa obat serta alat medis yang menurut Heru penting sehingga tak boleh dilupakan untuk dibawa saat pendakian.
Pertama dan yang paling penting kata Heru adalah untuk mengenali diri sendiri. Jika sudah mengetahui sakit atau riwayat yang dimiliki, obat pribadi menjadi hal yang tak boleh dilewatkan saat naik gunung.
Sesuaikan dengan kebutuhan masing-masing. Pendaki juga harus sadar dan aware dengan fisik mereka sendiri.
"Obat-obatan yang biasa kita konsumsi itu ya wajib dibawa. Misalnya kita kalau kena udara dingin, flu, ya silahkan dibawa (obat flu). Ya obat-obatan pribadi," ujar dia.
Jika khawatir demam bisa membawa parasetamol, punya alergi bisa dengan CTM untuk obat minum dan krim hidrokortison untuk alergi pada kulit, lalu obat antidiare dan keracunan misalnya norit dan attapulgit, oralit untuk mengatasi dehidrasi, dan lain-lain.
Selanjutnya, kata Heru, ada satu perlengkapan yang sangat penting di pendakian namun masih jarang dibawa, yaitu elastic bandage atau perban elastis.
"Ini penting tapi jarang dibawa. Kalau kita terkilir, keseleo atau apa, pakai perban elastis itu tadi untuk menstabilkan cedera kita sehingga tetap bisa berjalan," ujarnya.
Sebagai informasi, elastic bandage atau perban elastis adalah pembalut yang dapat dibuat dari kain katun, kain kassa, flanel atau bahan elastis.
Perban elastis digunakan untuk membebat daerah pergelangan dan persendian yang mengalami cedera dalam, seperti keseleo, terkilir, patah tulang, dan persendian terlepas. Selain itu, bisa juga untuk pertolongan awal saat terkena bisa ular.
"Perban elastis selain untuk menangani cedera tadi, saat kita dipagut ular di tangan, itu kan buat alat menahan. Menahan agar tidak menyebar ke yang lain," terang Heru.
Dengan perban elastis, saat seorang pendaki terkena bisa ular, akan masih bisa ditahan sekian jam. Lalu tak lupa dikendorkan per satu atau dua jam, sehingga tidak menimbulkan kefatalan.
Alat medis yang penting lainnya, kata Heru, adalah first aid kid atau obat-obatan standar untuk pertolongan pertama.
Salah satu yang terpenting adalah alkohol atau obat merah, cairan antiseptik yang digunakan untuk membersihkan luka. Obat merah dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam luka, seperti luka lecet, luka terkena benda tajam, terjatuh, keseleo, terbeset, hingga memar.
"Untuk emergency seperti alkohol, obat merah, kasa untuk membungkus luka, karena dikhawatirkan terjadi luka yang tidak ditangani bisa membusuk," kata Heru.
Ia menyampaikan, pihaknya pernah mengevakuasi seorang pendaki asal jerman, yang ternyata memiliki luka yang sudah membusuk dan jadi belatung karena dibiarkan satu minggu.
"Dia enggak membawa alat medis seperti alkohol. Kami temukan masih hidup tapi banyak pembusukan dan belatung," imbuhnya.
4. Botol oksigen
Pendaki seringkali dihadapkan pada resiko terjadinya hipoksia saat pendakian. Hal ini terjadi saat berada di ketinggian tertentu dimana kadar oksigen di puncak gunung sangat minim.
Selain pertolongan pertama seperti berhenti mendaki, melonggarkan pakaian, turun beberapa meter untuk beristirahat, pendaki juga bisa memanfaatkan suplai oksigen melalui oksigen portable.
"Yang harus dilakukan memang istirahat sejenak, jangan memaksakan. Teman-temannya juga harus tahu, turun dulu beberapa meter, lihat seperti apa, jika kuat baru naik lagi. Tapi kalau sama saja ya jangan dipaksakan lebih baik turun," kata Heru.
Ia melanjutkan, oksigen portable dapat juga dimanfaatkan jika memang dibawa. Namun, pertolongan pertama tadi sudah harus menjadi hal standar yang diketahui dan dilakukan oleh pendaki.
https://travel.kompas.com/read/2023/07/03/120800627/4-obat-obatan-yang-harus-dibawa-saat-naik-gunung-ada-perban-elastis