Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Absen Selama Pandemi, Mubeng Beteng di Yogyakarta Digelar Lagi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tradisi Mubeng Beteng di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kembali digelar setelah tiga tahun absen karena pandemi Covid-19.

Mubeng Beteng atau keliling beteng Keraton Yogyakarta ini dilakukan dalam rangka menyambut tahun baru Islam atau tahun baru Hijriyah sebagai bentuk ajakan untuk jeda sejenak dari hiruk pikuk dunia nyata dan maya.

Menurut KRT Kusumanegara, mubeng beteng tahun ini merupakan pertama kali dilakukan mengingat saat pandemi tiga tahun ditiadakan.

Tahun ini, diperkirakan pesertanya mencapai 4.000 orang.

“Karena pandemi tahun-tahun lalu tetap menyelenggarakan tetapi tidak mubeng beteng, tetapi diselenggarakan dengan doa bersama," ujarnya di Yogyakarta, Rabu (19/7/2023).

  • Mengenal Laku Tapa Bisu yang Dilakukan Peserta Kirab Malam 1 Suro di Solo dan Yogya
  • Kirab Pusaka Istana Mangkunegaran Sambut Satu Suro Digelar 18 Juli 2023

Pada tradisi ini, para abdi dalem dan masyarakat berkeliling beteng untuk melakukan kontemplasi perenungan atas apa yang diperbuat selama satu tahun ke belakang. 

Ketika berkeliling, masyarakat sekaligus berdoa pada Tuhan untuk keselamatan dan ketentraman satu tahun ke depan.

KRT Kusumanegara menjelaskan, makna dari mubeng beteng berbeda dengan budaya Eropa yang merayakan tahun baru dengan hingar bingar. Masyarakat Jawa, kata dia, merayakan tahun baru dengan cara kontemplasi.

“Kegiatan bersifat spiritual berdoa kepada Tuhan agar tahun yang akan datang lebih baik dari tahun sebelumnya,” katanya.

Pelaksanaan mubeng beteng

Pukul 21.00 abdi dalem Keraton Yogyakarta mulai berkumpul di Keben Keraton Yogyakarta. Mereka duduk bersila dengan menggunakan pakaian adat Jawa, lengkap dengan keris. Sedangkan abdi dalem perempuan menggunakan pakaian adat Jawa dan sanggul.

Mereka duduk melingkar, dengan meja berada di tengah sudah berisi ubo rampe, seperti pisang, dan ingkung, atau ayam utuh.

Tak lama kemudian, pada 21.00-24.00 mereka menggelar macapatan, yakni tembang atau puisi berbahasa Jawa.

Selama macapatan masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong memasuki area Keben Keraton untuk melihat prosesi dan ikut untuk serta mubeng beteng.

Pukul 24.00 lonceng Kyai Brajanala dibunyikan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta yang membawa berbagai macam bendera, termasuk bendera Indonesia, keluar dari pintu gerbang Keraton.

  • 5 Fakta Tradisi Kirab Malam 1 Suro Keraton Solo 
  • Apakah Dilarang Menikah Saat Bulan Suro? Ini Penjelasannya 

Menggunakan pakaian adat Jawa tanpa menggunakan alas kaki, rombongan keluar gerbang Keraton dengan hening. Hanya suara langkah kaki yang terdengar dari rombongan mubeng beteng.

Cuaca dingin saat itu tak menyurutkan ribuan masyarakat untuk ikut langsung dalam prosesi ini, sebagian dari mereka berjalan tanpa alas kaki. Bahkan, terlihat juga beberapa wisatawan asing ikut dalam acara mubeng beteng tahun ini.

Mubeng beteng dimulai dari area Keben Keraton Yogyakarta ke arah barat Jalan Rotowijayan, Kauman, Jalan Agus Salim, Jalan Wahid Hasyim, ke Selatan Jalan MT Haryono, Jalan Mayjen Sutoyo, Brigjen Katamso, Ibu Ruswo, Alun-alun utara, dan kembali ke Keraton Yogyakarta.

"Tradisi mubeng beteng ini juga sudah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda dari DIY oleh Kemendikbudristek. Jadi aksi-aksi yang memang harus kita lakukan untuk melaporkan bahwa karya budaya ini juga masih tetap lestari itu kita lakukan," ujar Kepala Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Dian Laksmi Pratiwi saat ditemui di Keraton Yogyakarta.

https://travel.kompas.com/read/2023/07/20/190339427/absen-selama-pandemi-mubeng-beteng-di-yogyakarta-digelar-lagi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke