Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Fakta Hari Raya Galungan, Pernah Berhenti Dirayakan Selama 23 Tahun

KOMPAS.com - Umat Hindu akan merayakan Hari Raya Galungan pada esok hari, Rabu (2/8/2023). Hari suci umat Hindu ini diperingati setiap enam bulan sekali berdasarkan penanggalan Saka Bali.

Hari Raya Galungan mempunyai makna yang sangat mendalam bagi umat Hindu. Terdapat sejumlah rangkaian dalam Hari Raya Galungan yang dijalani umat Hindu secara hikmat.

  • 8 Rangkaian Acara Hari Raya Galungan Serta Maknanya 
  • Makna Hari Raya Galungan dan Sejarahnya

Fakta Hari Raya Galungan 

Kompas.com merangkum sejumlah fakta mengenai Hari Raya Galungan sebagai berikut.

1. Apa yang dimaksud dengan Galungan? 

Hari Raya Galungan adalah hari suci umat Hindu yang memperingati terciptanya alam semesta beserta seluruh isinya, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Pada hari suci Galungan, umat Hindu merayakan kemenangan kebaikan (dharma) melawan kejahatan (adharma). Umat Hindu melakukan persembahan kehadapan Sang Hyang Widi dan dewa atau bhatara sebagai tanda puji syukur serta permohonan untuk keselamatan.

Hari Raya Galungan juga dimaknai untuk memperingati kemenangan Dewa Indra yang mewakili kebaikan, dalam melawan Mayadenawa yang merupakan simbol kejahatan, seperti dikutip dari Kompas.com (8/6/2022).

2. Makna Galungan 

Makna Hari Raya Galungan adalah kemenangan umat manusia dalam mengendalikan dirinya. laman Paruman Walaka Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), galungan berasal dari kata galung, artinya perang atau pertarungan.

Sementara, Hari Raya Galungan jatuh pada wuku Dungulan, yang berarti menang. Jadi galungan dan dungulan adalah perang serta menangnya manusia dari godaan para bhuta tiga atau kala tiga.

Pertarungan melawan bhuta tiga tersebut dimulai dari Minggu dungulan sampai Selasa dungulan. Kemudian, puncak kemenangannya diperingati pada Rabu dungulan yakni Hari Raya Galungan.

Adapun, perwujudan bhuta atau kala tersebut adalah hawa nafsu manusia. Menurut kepercayaan umat Hindu, perwujudan hawa nafsu manusia terbagi menjadi tiga kala.

Meliputi, kala amangkutat (nafsu ingin berkuasa), kala dungulan (nafsu ingin merebut milik orang lain), dan kala galungan (nafsu ingin selalu menang dengan melakukan segala cara).

  • 20 Ucapan Hari Suci Galungan dalam Bahasa Indonesia dan Bali 
  • Kapan Hari Raya Galungan dan Kuningan 2023? 

3. Diperingati dua kali dalam setahun 

Hari Raya Galungan dirayakan oleh umat Hindu setiap enam bulan berdasarkan penanggalan Saka Bali, atau setiap 210 hari sekali.

Tepatnya pada Rabu kliwon wuku Dungulan. Oleh sebab itu, Hari Raya Galungan diperingati selama dua kali pada penanggalan masehi.

Sepanjang 2023 ini, Hari Raya Galungan diperingati pada Rabu, 4 Januari 2023 dan Rabu, 2 Agustus 2023.

Hari Raya Galungan terdiri dari rangkaian ritual panjang yang sudah dimulai sejak 25 hari sebelumnya. Sejumlah rangkaian Hari Raya Galungan itu meliputi, Tumpek Wariga, Sugihan Jawa, Sugihan Bali, Hari Penyekeban, Hari Penyajan, dan Hari Penampahan yang jatuh sehari sebelum Hari Raya Galungan.

Ritual masih berlanjut bahkan setelah Hari Raya Galungan, seperti Hari Umanis Galungan, di mana umat Hindu melaksanakan sembahyang dan dilanjutkan dengan Dharma Santi. Kemudian, umat Hindu saling mengunjungi sanak saudara atau tempat rekreasi.

Setiap rangkaian ritual Hari Raya Galungan memiliki makna mendalam bagi umat Hindu.

5. Sudah dirayakan sejak 882 masehi

Bagaimana sejarah Hari Raya Galungan? Menurut lontar Purana Bali Dwipa, Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan pada 882 masehi atau tahun 804 saka, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Lontar adalah kitab pedoman yang disucikan oleh umat Hindu. Pada Lontar Purana Bali Dwipa disebutkan bahwa upacara Hari Raya Galungan pertama adalah pada Rabu kliwon, duku dungulan bulan keempat tanggal 15 tahun 804 Saka.

  • Apa Perbedaan Hari Raya Galungan dan Kuningan? Ini Penjelasannya
  • Apakah Hari Suci Galungan Termasuk Libur Nasional, Ini Jawabannya

6. Pernah berhenti dirayakan selama 23 tahun 

Setelah dirayakan pertama kali pada 822 masehi, Hari Raya Galungan diperingati selama tiga abad, seperti dikutip dari website PHDI Banten. Namun, perayaan Galungan sempat berhenti selama 23 tahun lamanya.

Tepatnya, peringatan Hari Raya Galungan dihentikan pada 1103 Saka di bawah pemerintahan Raja Sri Ekajaya. Konon, musibah datang saat perayaan Galungan ditiadakan.

Pada 1126 Saka, perayaan kembali dilaksanakan pada masa pemerintahan Raja Sri Jayakasunu, seperti yang tertulis dalam lontar Sri Jayakasunu. Perayaan Galungan kembali diadakan setelah Raja Sri Jayakasunu melakukan tapa brata dan semedi di Bali.

Dalam pertapaannya itu, Raja Sri Jayakasunu mendapat wangsit bahwa musibah yang terjadi tersebut lantaran umat Hindu tidak menggelar perayaan Galungan. Sejak saat itu, perayaan Galungan kembali digelar hingga sekarang.

Pada Hari Raya Galungan, umat Hindu memasang penjor. Bagi umat Hindu, penjor merupakan simbol kemenangan dan kemakmuran, serta sebagai wujud rasa syukur dan persembahan kepada bhatara, sesuai dengan makna Hari Raya Galungan. 

Penjor merupakan simbol gunung yang dianggap suci tempat Sang Hyang Widi dan simbol kekuatan Sang Hyang Brahma, seperti dikutip dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng.

Penjor pada umumnya terbuat dari sebatang bambu yang ujungnya dibuat melengkung. Sebatang bambu tersebut dihiasi dengan daun kelapa (janur) dan dilengkapi dengan berbagai hasil pertanian, seperti umbi-umbian (pala bungkah), buah-buahan (pala gantung), dan biji-bijian (palawija), dan sebagainya.

Umat Hindu juga melengkapi penjor dengan sajen. Unsur-unsur tersebut melambangkan simbol-simbol suci yang berkaitan erat dengan nilai-nilai dan etika Hindu.

Pemasangan penjor dilaksanakan pada Hari Penampahan atau sehari sebelum Hari Raya Galungan, tepatnya pada Selasa wage wuku Dungulan setelah pukul 12.00 siang.

https://travel.kompas.com/read/2023/08/01/184000827/7-fakta-hari-raya-galungan-pernah-berhenti-dirayakan-selama-23-tahun

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke