Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengunjungi Gedung Juang 45, Wisata Sejarah di Bekasi  

KOMPAS.com - Warga Bekasi dan sekitarnya mungkin sudah mengetahui keberadaan Gedung Juang 45, destinasi yang kini difungsikan untuk menyimpan jejak sejarah Bekasi dari masa ke masa.

Sayangnya, keberadaan spot wisata sejarah ini sepertinya masih kurang dikenal oleh masyarakat luar Bekasi. 

Padahal, jika dikenali lebih dekat, bukti peninggalan serta sejarah Bekasi dijelaskan secara runtut dan menarik di sini sehingga bisa menjadi wisata edukasi.

Lokasi Gedung Juang 45 ada di Jalan Sultan Hasanudin Nomor 39, Mekarsari, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Penasaran dengan isi Museum Bekasi Gedung Juang 45, beberapa waktu lalu Kompas.com memutuskan untuk bertolak ke Bekasi dengan menumpangi KRL Commuter Line ke Stasiun Tambun.

Berkunjung ke Museum Bekasi Gedung Juang 45

Bekasi siang itu terasa cukup terik dan di sekitar pintu keluar Stasiun Tambun tampak ramai oleh pedagang jajanan kaki lima.

Berdasarkan informasi yang saya baca dari beberapa sumber, lokasi museum berada persis di sebelah stasiun. 

Tak sulit mencari museum ini jika kamu datang menggunakan kereta rel listrik (KRL).

Sebab, puncak gedung museum sudah tampak dari dalam kereta, sesaat sebelum berhenti sempurna di stasiun.

Keluar dari Stasiun Tambun, saya sudah bisa melihat bagian belakang gedung museum. Sayangnya terdapat dinding yang membatasi, sehingga saya perlu berjalan kaki sekitar 200 meter menuju pintu gerbang museum.

Gedung museum dari Bekasi Gedung Juang 45 ini bergaya neoklasik, dengan warna putih gading khas rumah bangsa Belanda.

Halaman gedung pun cukup luas, terdapat kolam, kursi taman, dan beberapa pohon yang dimanfaatkan masyarkat setempat untuk berteduh.

  • 5 Aktivitas di Museum Bekasi Gedung Juang 45, Nonton Gratis
  • 4 Tips ke Museum Bekasi Gedung Juang 45, Ketahui Jadwal Teater

Saya sampai di lokasi sekitar pukul 12.30 WIB, bertepatan dengan waktu istirahat petugas museum. Maka dari itu, saya memutuskan untuk menungggu hingga museum dibuka kembali.

Tepat pukul 13.00 WIB, museum pun dibuka dan saya langsung masuk untuk menemui petugas di lokasi.

"Pengunjung didata dahulu untuk registrasi, setelah itu bisa masuk," kata petugas Museum Bekasi Gedung Juang 45, Dania, Sabtu (9/9/2023).

Usai registrasi, saya didampingi oleh pemandu museum bernama Sani, yang akan membantu menjelaskan isi museum kepada pengunjung.

Di ruangan pertama, pengunjung akan disambut oleh jajaran patung para petinggi yang pernah memimpin Kota Bekasi.

Setelah itu lanjut diceritakan mengenai sejarah Bekasi sejak zaman Prasejarah, kerangka manusia purba di Bekasi, dan harta benda manusia purba yang masih ada sampai saat ini.

Kata Sani, manusia purba di Bekasi disebut juga dengan manusia buni, yang replika kerangkanya tersimpan di museum ini.

Sementara kerangka aslinya ada di Museum Nasional.

Di sebelah replika kerangka manusia buni, terdapat jajaran peninggalan manusia buni yang masih asli. Beberapa di antaranya ada batu dan perhiasan berupa manik-manik.

"Harta benda ini masih asli, jadi tidak boleh didokumentasikan," kata Sani.

Di ruangan selanjutnya terdapat sebuah gapura tiruan sebagai pengingat bahwa di Bekasi pernah berkuasa Kerajaan Tarumanegara.

Kekuasaan Kerajaan Tarumanegara di Bekasi dibuktikan dengan persebaran tujuh buah prasasti. Di antaranya ada Prasasti Tugu, Prasasti Ciaruteun, Prasasti Pasir Awi, Prasasti Jambu, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Kebon Kopi, dan Prasasti Cidanghiang.

Menariknya, di sini terdapat media interaktif yang menceritakan sejarah Kerajaan Tarumanegara dengan media gambar dan audio berupa narasi.

Pindah ke ruangan berikutnya, terdapat ruangaan yang menyediakan informasi seputar pecahnya perang Pasunda Bubat.

Kata Sani, perang Pasunda Bubat ini terjadi antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Galuh. 

Mulanya, Raja Hayam Wuruk dari Kerajaan Majapahit hendak mempersunting Dyah Pitaloka dari Kerajaan Galuh.

Pertemuan pun dilakukan. Pada saat itu, Kerajaan Galuh datang untuk menerima lamaran dari Kerajaan Majapahit.

Sebaliknya, lamaran tersebut ternyata hanyalah jebakan oleh Kerajaaan Majapahit untuk menaklukan kerajaan Galuh.

"Saat pertemuan tersebut, Kerajaan Galuh datang berniat untuk besanan dengan Kerajaan Majapahit. Nyatanya Majapahit datang bersama pasukan perangnya," kata Sani.

Alhasil, terjadilah perperangan dan anggota Kerajaan Galuh gugur saat perperangan karena tidak ada persiapan hendak perang.

Di beberapa ruangan museum yang saya lewati tersedia media untuk permainan. Sayangnya, saat itu fasilitas tersebut tidak bisa digunakan.

Lanjut ke lantai dua, terdapat informasi mengenai keberadaaan bangsa Belanda di Bekasi, cerita mengenai Entong Tolo sang jawara dari Bekasi, serta terdapat ruang teater.

Di ruang teater, pengunjung bisa menyaksikan tayangan seputar sejarah Kota Bekasi, seni dan budaya yang ada di Bekasi, serta kuliner khas Bekasi.

Hawa dan aroma ruangan lantai satu dan dua terasa berbeda. Lantai satu museum terasa sejuk, ditambah adanya pendingin udara.

Sementara di lantai dua museum terasa hawa panas, meskipun terdapat pendingin udara, dan tercium aroma ruangan serupa rumah tua.

Menurut Sani, aroma seperti rumah tua ini terasa karena gedung yang difungsikan sebagai museum ini dulu sempat menjadi rumah bagi banyak kelelawar.

"Memang, saat kita naik ke lantai dua, hawanya sudah berbeda, padahal gedung ini sudah direvitalisasi," katanya.

Bahkan, di lantai dua museum pun ada monumen kelelawar, sebagai penanda bahwa gedung museum sempat menjadi sarang kelelawar belasan tahun yang lalu.

Saya keluar dari museum pukul 16.00 WIB, bertepatan dengan tutupnya operasional museum. 

Keluar dari museum, di halaman museum tampak banyak masyarakat yang akan melakukan olahraga bersama. 

Sembari menikmati angin sore dan suasana di Bekasi, saya memutuskan untuk duduk sejenak di lapangan museum hingga pukul 17.00 WIB.

Setelah itu, sekitar pukul 18.00 WIB, saya kembali bertolak ke Jakarta menumpangi KRL dari Stasiun Tambun.

Bagaimana, tertarik untuk berkunjung ke Mengunjungi Museum Bekasi Gedung Juang 45?

https://travel.kompas.com/read/2023/09/13/140700827/mengunjungi-gedung-juang-45-wisata-sejarah-di-bekasi-

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke