Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pengalaman Berkunjung ke Pameran Repatriasi, Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

KOMPAS.com - Penyuka sejarah, tentu tahu bahwa saat Belanda menjajah Indonesia, mereka juga membawa benda bersejarah.

Benda bersejarah tersebut terhitung cukup lama berada di Belanda dan rencana pengembalian benda tersebut ke Indonesia sudah diusulkan sejak 1951 oleh Mohammad Yamin.

Sayangnya, realisasi pengembalian benda bersejarah tersebut baru dilakukan 21 tahun kemudian.

Saat ini, di gedung Galeri Nasional Indonesia sedang diadakan Pameran Repatriasi, yaitu pameran benda-benda bersejarah Indonesia yang telah dipulangkan oleh Belanda.

Kompas.com berkesempatan untuk mampir dan melihat isi pameran tersebut pada Jumat (1/12/2023).

Jika sudah mendaftar secara online, pengunjung tinggal memindai QR Code dan menitipkan barang bawaan.

Di pintu masuk ruang pameran, pengunjung diberi tahu oleh petugas mengenai aturan selama di dalam ruang pameran. Setelah itu lanjut dilakukan pemeriksaan pemindaian tubuh demi keamanan.

Setelah masuk, pemandangan pertama yang dilihat, yaitu arca-arca pada masa Kerajaan Singasari yang berdiri gagah secara melingkar dan membelakangi satu sama lain.

Jarak antara arca dan pengunjung dibatas pagar berbentuk kaca. Tujuannya, supaya pengunjung tidak menyentuh kaca.

Ruangan arca juga dilengkapi dengan permainan lampu imersif, sehingga tampak menarik dari segi visual.

Berpindah ke ruangan berikutnya, ada penampilan sejarah proses repatriasi di Indonesia yang dihadirkan dalam bentuk imersif.

Pengunjung tampak tidak hanya menyimak informasi yang disampaikan. Tetapi juga berpose di tengah permainan lampu imersif.

Lihat Pusaka Pangeran Diponegoro

Beranjak dari ruangan arca dan imersif, terdapat ruangan berisi benda bersejarah lainnya. Sayangnya, pengunjung dilarang mendokumentasikan dalam bentuk apa pun.

Sebagai gambaran, dari pantauan Kompas.com selama di ruang pamer, informasi mengenai sejarah benda-benda yang dipamerkan ditampilkan di bagian dinding.

Beberapa benda pusaka milik Indonesia yang Kompas.com lihat yaitu benda pusaka peninggalan Pangeran Diponegoro.

Di antaranya ada Keris Kiai Nogo Siluman, Tombak Kiai Rondhan, Tongkat Kiai Tjokro, dan Pelana Kuda Kiai Genyatu. Selain itu, ada pula koleksi Rampasan Lombok yang terdiri dari perhiasan dan senjata.

Pameran Repatriasi ini dibagi menjadi beberapa ruangan yang saling terhubung satu sama lain. Di setiap ruangan juga didampingi oleh petugas pameran.

Dilarang menggunakan ponsel sama sekali

Selama berada di dalam area pameran, Kompas.com mulanya menulis informasi di ponsel. Namun, ada petugas yang menegur.

Pasalnya saat masuk ke dalam pameran, tidak ada pengumuman mengenai larangan menyalin informasi sejarah dalam bentuk ketikan di ponsel.

Petugas lalu menyarakan Kompas.com untuk beralih mencatat menggunakan alat tulis dan buku demi keamanan.

Durasi 55 menit untuk mengelilingi kawasan pameran ini nyatanya terhitung sebentar. Setelah keluar dari ruang pamer, pengunjung kemudian menuju meja registrasi untuk mengambil barang titipan.

Sebelum pulang, Pengunjung akan ditawari dua majalah bertema sejarah secara gratis. Majalah tersebut juga bebas diambil oleh pengunjung lainnya.

Jika tertarik datang berkunjung, pameran ini dibuka hingga 10 Desember 2023, mulai pukul 10.00 WIB sampai pukul 20.00 WIB.

Lokasinya di gedung A Galeri Nasional Indonesia, Jalan Medan Merdeka Timur Nomor 14, RT 6/ RW 1, Gambir, Kecamatan Gambir, Jakarta Pusat.

https://travel.kompas.com/read/2023/12/03/120100627/pengalaman-berkunjung-ke-pameran-repatriasi-lihat-pusaka-pangeran-diponegoro

Terkini Lainnya

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Kasus Covid-19 di Singapura Naik, Tidak ada Larangan Wisata ke Indonesia

Travel Update
Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Museum Kebangkitan Nasional, Saksi Bisu Semangat Pelajar STOVIA

Travel Update
World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

World Water Forum 2024 Diharapkan Dorong Percepatan Target Wisatawan 2024

Travel Update
Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Tebing di Bali Dikeruk untuk Bangun Hotel, Sandiaga: Dihentikan Sementara

Travel Update
Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Garuda Indonesia dan Singapore Airlines Kerja Sama untuk Program Frequent Flyer

Travel Update
5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

5 Alasan Pantai Sanglen di Gunungkidul Wajib Dikunjungi

Jalan Jalan
Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Pantai Lakey, Surga Wisata Terbengkalai di Kabupaten Dompu

Travel Update
Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Bali yang Pas untuk Pencinta Liburan Slow Travel

Travel Tips
Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Turis Asing Beri Ulasan Negatif Palsu ke Restoran di Thailand, Berakhir Ditangkap

Travel Update
19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

19 Larangan dalam Pendakian Gunung Lawu via Cemara Kandang, Patuhi demi Keselamatan

Travel Update
Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Harga Tiket Camping di Silancur Highland, Alternatif Penginapan Murah

Travel Update
Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Harga Tiket dan Jam Buka Terkini Silancur Highland di Magelang

Travel Update
Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Awas Celaka! Ini Larangan di Waterpark...

Travel Tips
BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

BOB Downhill 2024, Perpaduan Adrenalin dan Pesona Borobudur Highland

Travel Update
Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Terraz Waterpark Tanjung Batu: Harga Tiket, Lokasi, dan Jam Buka

Jalan Jalan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke