Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Cagar Budaya Muaro Jambi dalam Upaya Pengakuan UNESCO 

KOMPAS.com - Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi atau Muaro Jambi, Provinsi Jambi menjadi salah satu fokus utama Kementerian Pendidikan, Budaya, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menuju pengakuan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO).

"KCBN Muarajambi telah menjadi fokus pelestarian karena situs ini memiliki bentuk struktur bata yang khas dan nilai historis yang menarik," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Kebudayaan (Ditjenbud) Kemendikbudristek Fitra Arda dalam keterangan resmi di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan revitalisasi KCBN Muaro Jambi suatu tindak lanjut dari Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. 

Dalam UU tersebut, ada dua hal yang dituju, yaitu berkaitan dengan ketahanan budaya serta kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia.

  • Rumah Dinas Kepala BI Jawa Tengah Jadi Cagar Budaya, Dibangun 1930-an
  • 3 Situs Cagar Budaya Baru di Karawang, Ada Gedung Sekolah SD

Pelestarian KCBN Muaro Jambi, kata dia, tidak hanya berfokus pada cagar budaya tetapi juga mengembangkan pelindungan alam dan lingkungan, dengan menerapkan konsep harmonisasi dengan ekosistem alam di sekitarnya.

"Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam revitalisasi di kawasan ini, yaitu menjadikan kawasan ini sebagai pusat pendidikan, penguatan sumbu imajiner dengan menata kawasan candi, penguatan ekosistem melalui ekonomi kerakyatan berbasis kebudayaan tak benda," ujar dia.

Dalam menjalankan aktivitas, Fitra menyebut kawasan ini akan dibentuk tata kelola di bawah naungan Museum dan Cagar Budaya.

Dalam upaya mendukung upaya revitalisasi ini, pihaknya telah memusatkan agenda ke Muarajambi.

Ia mencontohkan untuk menguatkan nilai dari kawasan ini, Ditjenbud melaksanakan Festival Kenduri Swarnabhumi dan Pasar Dusun Karet (Paduka).

Dia mengharapkan pengembangan kawasan ini tidak menghilangkan esensi pedesaan dan masyarakat menjadi aktor utama dalam pengelolaan.

Pembangunan KCBN Muaro Jambi juga untuk mengedukasi masyarakat bahwa kebudayaan bukan sekadar cagar budaya dan seni tari, akan tetapi kebudayaan adalah metode dalam pembangunan dan menyiapkan fondasi dasar bagi kemajuan bangsa.

"Saat ini, kebudayaan sudah tidak lagi dianggap sebagai cost, tetapi investasi jangka panjang," ujarnya.

  • Makam Wali Depok, Cagar Budaya Baru di Demak
  • Gedung Kuno Perpustakaan Daerah Bangka Tengah Ditetapkan Jadi Cagar Budaya

Dia menjelaskan investasi kebudayaan berupa pementasan dalam rangka pengenalan budaya membuka ruang inklusif yang menghubungkan kebinekaan serta membangun ekonomi kerakyatan secara jangka panjang.

Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Agus Widiatmoko mengatakan KCBN Muaro Jambi jangan hanya dipandang sebagai destinasi pariwisata melainkan pusat peradaban yang mencerminkan warisan budaya.

"Kita harus melihat Muarajambi sebagai pusat peradaban yang menyediakan ruang untuk belajar dan penelitian yang mendalam," ucap dia.

Kawasan yang memiliki luas 3.981 hektare tersebut terdiri atas 88 bangunan berstruktur bata yang beberapa di antaranya telah dipugar, seperti Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong I, Gedong II, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Astano.

Pengungkapan temuan-temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi mengindikasikan kawasan itu sebagai pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau.

  • 5 Fakta Candi Muaro Jambi, Bentuknya Unik dan Terbuat dari Bata Merah
  • 5 Aktivitas Wisata di Candi Muaro Jambi, Bisa Berkemah

https://travel.kompas.com/read/2024/02/05/150300727/cagar-budaya-muaro-jambi-dalam-upaya-pengakuan-unesco-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke