KOMPAS.com - Istilah overtourism (wisatawan berlebih) sebenarnya sudah lama muncul. Beberapa destinasi wisata, seperti Bali, Barcelona, dan Amsterdam, masuk daftar prediksi terkena overtourism sejak 2018 lalu oleh Conde Nast Traveler.
Bahkan, terbaru, Bali kembali masuk daftar destinasi yang berpredikat overtourism pada 2023 lalu menurut CNN.
Pengamat Pariwisata sekaligus Guru Besar Ilmu Pariwisata Universitas Udayana Bali, I Gede Pitana menyampaikan bahwa sesungguhnya overtourism tidak bisa hanya diukur berdasarkan jumlah wisatawan.
"Overtourism itu indikatornya sangat kualitatif, di mana masyarakat lokal sudah mulai terasa terganggu dengan wisatawan," kata Pitana saat dihubungi Kompas.com, Jumat (16/2/2024).
Sama halnya dengan warga lokal, wisatawan juga merasa terganggu dengan banyaknya wisatawan lain yang menikmati satu obyek wisata, bila terjadi overtourism.
Ia mencontohkan Bali dan Singapura. Meskipun Pulau Dewata lebih luas daripada Negeri SInga, tetapi jumlah wisatawan Singapura sempat lebih banyak daripada Bali pada tahun 2023.
"Wisatawan Singapura sampai 10 juta lebih, tetapi enggak ada yang bilang overtourism," ujar Pitana.
Menurut Pitana, penyebab overtourism di Bali adalah infrastrukturnya. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya jalan yang tidak begitu luas, padahal toko-toko berjejeran.
Akhirnya, tidak ada ruang untuk parkir dan memakan badan jalan untuk orang-orang menepikan mobil atau motornya.
"Dulu mungkin tidak masalah karena orang Bali tidak punya mobil. Sekarang, rata-rata satu keluarga punya satu atau dua mobil," tuturnya.
Belum lagi, tambahnya, penumpukan wisatawan di satu sisi di Bali selatan, seperti di Kuta, Jimbaran, Nusa Dua, dan Uluwatu.
Sementara itu, wisatawan di sisi Bali utara tak seramai Bali Selatan. Pitana menyebut, keberadaan bandara menjadi penyebab terbesarnya.
Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai terletak di sisi Bali selatan sehingga bisa memicu banyak wisatawan mampir ke tempat wisata terdekat.
Alasan lainnya, lanjut dia, adalah budaya. Wisatawan yang datang ke suatu tempat, seperti Bali, dan tidak mengikuti budaya setempat, bisa mengganggu warga lokal.
Aktivitas wisatawan yang mengganggu, membuat warga lokal merasa tidak membutuhkan wisatawan sehingga muncullah overtourism.
"Ada wisatawan yang naik sepeda motor dengan gayanya sendiri. Tanpa baju, hanya pakai bikini, dan berhenti seenaknya," ucap dia.
https://travel.kompas.com/read/2024/02/17/191332827/apa-itu-overtourism-dan-penyebabnya